RXA 12

8.7K 565 17
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

"Bro, lo pada gak papa kan? Lesu amat keliatannya"

Dani menoleh ke arah temannya yang baru saja menanyakan soal dirinya itu, lalu ia menggeleng pelan sebagai sahutan.

"Asli dan lo kenapa sih? Seminggu ini lo banyak diemnya, ada masalah? Cerita aja sama kita. Kita siap bantu kok" Ujar temannya yang lain.

"Engga papa, cuma... Masalah keluarga dikit" Ujar Dani menjawab di akhiri berucap lirih.

"Bocah si*lan itu bikin lo repot lagi?"

Dani dengan cepat menggeleng saat temannya menanyakan tentang Keano.

"Trus? Kalo bukan karena dia siapa lagi? Selama ini kan lo selalu di buat pusing sama dia yang terus buat onar di sekolah?" Tutur yang lain.

"Eh, sekarang udah enggak tau, udah semingguan ini juga udah gak ada tuh yang jadi korban dia. Yang ada dia nya malah yang jadi kalem" Sahut yang di sebelahnya.

"Masa? Gak yakin gue" Sahutnya tak percaya.

"Terserah mau percaya apa engga, gue bilang gini bukan berarti bela dia ya, gua sendiri heran. Biasanya dia bakal ngamuk gak jelas, bahkan mukul anak lain tanpa alesan. Tapi sekarang gak ada tuh yang jadi korban dia. Yang ada suasana sekolah jauh lebih adem dari yang di kira malah" Ujar yang lain menjelaskan.

"Hmmm, mencurigakan juga sih tiba-tiba berubah gitu"

"Sepemikiran"

Di saat teman-teman nya masih membahas masalah adiknya, Dani kembali termenung memikirkan cara agar bisa secepatnya berbaikan dengan Keano.

Seminggu ini ia sedikit kesulitan untuk bertemu dengan nya karena semenjak ia dapat hukuman dari ayahnya ia tidak pernah kembali ke kediaman Wijaya.

Ia sudah memerintahkan beberapa bodyguard untuk mencari keberadaan adiknya, tapi nihil tak seorang pun tau dimana dia berada.

Dani kembali menghela nafas lelah sepertinya ia tidak ada cara lain selain menunggu waktu yang tepat.








Kasa meletakkan segelas air di meja, lalu beralih menatap Keano yang saat ini sedang duduk diam di sofa.

Keduanya kini berada di luar ruang rapat, yang di sana hanya diisi satu set sofa, meja persegi, dan ada satu meja khusus tempat Kasa dan Zyan yang tak jauh dari posisi keduanya.

"Jadi.. Lo bener anak 14 tahun lalu itu?" Tanya Kasa kembali memastikan.

Keano mengangguk.

"Anak yang katanya ikut latihan bertahan hidup di hutan belantara itu?" Tanya Kasa lagi.

Keano menatap nya datar, apa tidak jelas dari sahutan nya?

"Oke, gue cuma memastikan aja. Masih sakit?" Tanya Kasa (lagi).

Keano menggeleng sembari memijat pangkal hidungnya. Sebenarnya semenjak ingatan tadi memaksa masuk ke kepalanya, rasanya sesuatu yang keras menghantam kuat kepalanya.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang