RXA 25

4.9K 422 40
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

........
.
.
.
.
.
"Dia gak papa, yang tadi cuma karena dia tertekan sama pikirannya. Mungkin selama beberapa hari terakhir ini dia terlalu maksain diri buat tetap make otaknya. Itu yang memicu dia sakit kepala, tapi buat sekarang dia udah gak papa"

Tia bisa bernafas lega mendengar penjelasan Deon, kemudian ia kembali menatap Keano yang terlelap dengan wajah damainya. Sedangkan Ethan terlihat ada di belakangnya dan menatap intens ke arah Keano yang masih tak sadarkan diri.

Dilihat lagi wajahnya yang mirip dengan nya itu, meski bagian mata hidung dan telinganya terlihat jauh lebih mirip istrinya. Ia jadi semakin yakin saat melihat tanda lahir di bagian bawah telinga Keano bahwa dia adalah bungsu Dhaneswara.

"Dad, bagaimana dengan hasilnya?" Si gak sabaran kembali bertanya.

"Hasilnya keluar nanti, bersabarlah sedikit boy" Sahut Ethan menatap datar si empu.

"Yahh aku kan hanya penasaran"

"Ethan.."

Mereka yang ada di sana kompak menoleh ke arah Tia yang barusan memanggil Ethan.

"Why darling? Apa ada sesuatu yang menganggu hatimu?" Ethan segera mendekat dan duduk di sebelah Tia.

"Apa aku boleh yakin jika dia adalah Bungsu kita?" Tia bertanya dengan wajah yang menyorot raut sedu. Kesedihan yang besar kembali memeluk hatinya saat melihat Keano.

Dan mereka yang ada di sana tentunya menyadari maksud perkataan ibu mereka.

"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" Sahut Ethan seraya mengusap kepala Tia.

Keempatnya tersentak saat mendengar ucapan sang ayah. Apa maksudnya itu? Apa dia mencoba berbohong lagi?

"Untuk kali ini, aku tidak berbohong, kau bisa menganggapnya bungsu kita" 'Karena dia memang benar bungsu kita' Ujar Ethan yang paham akan tatapan keempat putranya.

"Terimakasih"

Tia mendekatkan tangan yang ia genggam itu ke dahinya. Dapat ia hirup aroma Bunga Sakura dan Buah Strawberry di saat yang sama pada tangan itu. Aroma itu... Sama persis dengan Bungsu Dhaneswara. Sewaktu ia menggendong nya di saat masih bayi, aroma itu juga tercium pekat olehnya.

Bolehkah ia berharap besar kali ini? Ia benar-benar ingin bungsu sekaligus putra terakhir nya kembali ke dalam pelukannya. Ia benar-benar tersiksa secara batin saat mendengar kabar putranya tiada. Ia masih tak rela, semua perjuangannya 18 tahun untuk melupakan si bungsu dulunya benar-benar menyiksa batinnya. Ia masih bahkan tetap tidak akan rela untuk melupakan bungsunya. Keempat anaknya yang lain memang ada membuatnya sedikit melupakan bungsunya. Tapi setiap melihat Karya ia selalu teringat bungsunya. Ia jadi bimbang antara mempercayai bungsunya tiada atau menuruti egonya jika bungsunya masih hidup?

"Kondisinya tidak memburuk kan? Deon?" Tanya Sean seraya menatap adiknya itu.

"Tidak, ia hanya sedikit tertekan karena pikiran nya terlalu di paksakan. Jika bisa ingatkan dia untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri, dia juga butuh istirahat" Ujar Deon menjelaskan.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang