RXA 34

3.5K 259 3
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

.
.
.
.
.
.
.
......

Mengambil langkah besar, dirinya memasuki ruangan itu dengan perlahan tanpa menimbulkan suara.

Bisa dilihat jika seseorang yang sudah lama ia tunggu kehadirannya berbaring di ranjang pesakitan itu. Menatap sekeliling dan sedikit bingung karena hanya ada dirinya sendirian di sana. Tapi ia memutuskan acuh dan tetap mendekati pasien tersebut.

Tangannya seketika mengepal begitu melihatnya. Entahlah.. Tiba-tiba ia merasa kesal sendiri. Hingga tak lama tangannya melemas dan terangkat mengusap wajah pasien tersebut.

Cukup lama ia berdiam sambil mengusap wajah pasien itu, hingga akhirnya ia sedikit menunduk dan mengecup singkat kening yang terbalut perban itu.

"Cepatlah bangun, aku khawatir setiap kali melihat mu begini"

"Kenapa kamu senekat ini? Apa kamu gak tau? Aku terus khawatir kamu selalu pergi tanpa izin dan kembali membawa luka. Kamu itu... Sebenarnya apa?"

Ia menunduk untuk menahan dirinya sendiri yang tiba-tiba bergetar menahan gejolak asing pada relung hatinya.

"Kenapa kamu bisa membuat aku terjerat begini? Jahat, di saat ayah ibu dan saudara ku sibuk membantuku mencari mu, kau dengan serampangan nya malah pergi jauh melakukan segala sesuatu sendirian"

"Apa kamu tidak lelah terus melakukan ini?"

Cklk

Di saat yang sama pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang pria dewasa yang terbalut jas kerjanya. Melangkah perlahan dan menghampiri putranya yang saat ini masih di sebelah pasien tersebut dengan tangan yang senantiasa bertaut dengan tangan pucat itu.

"Jadi... Dia yang Dad katakan? Kenapa baru sekarang di temukan?"

Pemuda itu berucap tanpa memalingkan muka. Pria dewasa tadi menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengusap kepala pemuda itu.

"Maaf, Dad sedikit kesulitan menemukan titik koordinasi yang sesuai dengannya. Ia sendiri menyembunyikan keberadaan nya dengan sangat baik" Sahut pria dewasa itu.

"...."

Tatapan pria itu beralih menatap pasien yang di pakaikan perban pada sebagian wajahnya. Tapi yang membuatnya yakin adalah tanda lahir pada bawah telinganya yang sama persis dengan data yang ia baca kemarin.

"Jadi dia yang kamu maksud? Anak yang menyelamatkan kamu 14 tahun lalu?" Tanya pria dewasa itu.

"Ya, dia yang menyelamatkan nyawa ku. Jika dia tidak datang waktu itu mungkin aku tidak akan bertahan hingga saat ini" Sahut Pemuda tersebut.

"Apa ada alasan khusus kenapa kau sangat khawatir padanya? Dilihat dari sikapmu itu tidak hanya sekedar sikap balas budi" Ujar pria dewasa itu dengan heran.

"Alasan khusus? Karena bagiku... Dia istimewa"

"Siapa?"

Tepat saat pemuda tadi menyelesaikan ucapannya, pasien yang ia tunggu akhirnya terbangun. Ia terlihat menguatkan genggamannya tanpa sadar yang membuat pemuda itu dengan hati-hati mengusap tangannya.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang