RXA 31

3.7K 315 16
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

Melihat sang ibu mendekat membuat si sulung segera menyadari presensi ibunya. Ia sedikit menggeser tempatnya agar sang ibu bisa duduk di sebelah nya untuk melihat apa yang ia lakukan.
"Mom, apa Arcan meninggalkan suatu pesan?"

Tak bisa di pungkiri. Meski ia tidak tau akan kronologi awalnya, tapi ia merasa khawatir dan cemas saat mendengar kabar jika adiknya belum pulang. Jadi dengan segera ia meninggalkan pekerjaannya dan bergegas kembali ke Mansion untuk melakukan pencarian.

"Tidak ada, dia bahkan tid—"

Ting

Ucapan Tia terhenti saat ia mendengar notifikasi di ponsel nya. Segera ia membuka nya karena itu dari bungsunya. Hanya saja...

“Mom, aku tau tindakanku mungkin terlalu nekat. Tapi aku mohon, jangan cari aku beberapa hari ke depan. Aku berjanji akan kembali secepatnya”

Diam. Itu yang terjadi padanya. Tia termangu saat melihat pesan yang dikirim oleh putranya. Apa-apaan maksudnya itu? Dia harus membiarkan putranya berkeliaran di luar sana yang jelas banyak musuh yang mengincar keluarga Dhaneswara sedangkan dia hanya duduk manis di Mansion?

Yang benar saja, ia akan menghukum anak itu jika ia berhasil menemukan nya.

Kurasa.

"Cari letak posisi nomornya" Ujar Tia pada Sean seraya menunjukkan deret nomor seseorang yang terlihat di sana.

Sean segera melakukan yang di perintahkan. Ia tidak mungkin menolak jika ibunya sudah dalam mode Queen nya itu. Sekali ia salah, mungkin ia yang akan menjadi sasaran ibunya malah.

Karya yang sedari tadi memeriksa apa yang di lakukan adiknya mengerutkan keningnya saat ia menemukan tujuan adiknya adalah para musuh keluarga temannya. (Cakrawala, Maulana, Erlangga, Wijaya).

Karya tidak menemukan tujuan adiknya yang mungkin akan merujuk ke sesuatu yang berbahaya. Justru mungkin pihak yang adiknya incar yang dalam bahaya. Ia memutuskan acuh dan kembali mencari hal yang ia butuhkan.

Tanpa ia sadari, ada sebuah titik hitam yang sangat kontras dengan layar laptopnya. Dan titik itu adalah tujuan utama di mana Keano pergi. Tapi karena warna nya hitam tersamarkan sehingga ia tidak menyadari keberadaan titik hitam itu.

————

Langit menerobos jalanan malam dengan cepat. Menghiraukan semua umpatan dan makian yang tertuju padanya karena ia membawa motor secara ugal-ugalan. Yang terpenting baginya saat ini adalah Ketuanya.

Hingga tak lama ia sampai di tempat tujuan. Ia segera melambatkan laju motornya, dan berhenti saat seorang bodyguard menahannya di gerbang Mansion.

"Ada perlu apa datang kemari? Dan siapa tuan?" Tanya bodyguard tadi dengan sopan.

"Rekan Keano, kemari untuk bertemu dengannya" Ujar Langit dengan sedikit tidak niat.

Ayolah, ia masih dalam keadaan emosi tapi ia sendiri tidak mungkin merusak attitude yang di ajarkan Ketuanya itu.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang