Sebut saja Alvin, remaja yang putus sekolah demi bekerja menjadi tukang paket. Usianya baru menginjak 16 tahun bulan September lalu. Mungkin jika ibunya tidak meninggal, maka Alvin masih melanjutkan sekolahnya ke SMA favorit.
Alvin anak yang sangat pintar dan cerdas. Bahkan menjurus ke jenius. Namun ia memutuskan untuk bekerja pada usia dini demi mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Selain karena tanggungan biaya yang melunjak, Alvin juga butuh uang untuk biaya makan dan tempat tinggalnya yang masih belum lunas dari hutang. Sebab kekurangan biaya membuat Alvin memutuskan untuk bekerja dan meninggalkan pendidikan SMA nya yang seharusnya kini ia jalani.Akhir-akhir ini, cuaca memang kurang bersahabat. Waktu masih siang, namun langit tampak menggelap tertutup awan hitam, tanda akan turun hujan sebentar lagi. Ramalan cuaca di hp Alvin tidak tepat, Alvin bahkan tidak memiliki mantel hujan. Motor yang ia gunakan untuk mengantar paket adalah motor yang memang di sediakan dari kantor paket nya langsung. Alvin hanya sebagai tukang pengantar, maka dari itu saat melihat rintik-rintik hujan yang mulai turun, Alvin segera menepi untuk mengamankan angkutan paket yang ia bawa agar tidak basah. Memasukannya ke dalam kantung kresek hitam besar.
"Masih kurang 8 paket lagi, mana ini besar banget paketnya. Isi basreng kali ya?" Ujarnya saat memasukkan paket berbungkus plastik hitam yang lumayan banyak memakan ruang. Mungkin ada sekitar 3 kg beratnya.
"Semangat vin, bentar lagi selese ni."
Alvin menyemangati dirinya sendiri kala melihat air hujan turun begitu deras dari sebelumnya.Motor yang dikendarai nya berhenti di depan rumah yang cukup elit, memencet bel beberapa kali sambil menunggu pemilik paket menjemput. Kebanyakan memang paket COD, jadi Alvin tidak bisa mengantarkannya begitu saja, ia harus menunggu bayaran paket dari pembelinya.
Langkah tergesa-gesa menghampiri Alvin yang masih berdiri di depan gerbang, sebelum akhirnya berucap dengan terburu pada Alvin dan menyodorkan uang.
"Maaf ya mas, yang beli paket masih di sekolah."
Alvin mengangguk, segera ia menerima uang dan menyerahkan paketnya pada wanita paruh baya di depannya. Membuka resleting tas kecilnya guna mengambil kembalian, namun suara wanita tadi menghentikannya."Kembaliannya buat mas aja katanya."
"Lho bu?"
Alvin sedikit berteriak karena wanita tadi lari begitu saja, tampak tidak mau menerima kembalian.
Udahlah vin, rezeki ngga boleh ditolak. Lagi hujan juga kan.
Alvin berujar sembari tersenyum, melangkahkan kakinya ke arah motornya yang terparkir dan lanjut mengantarkan paket berikutnya. Sebelum itu, ia juga membuka Android miliknya untuk mengonfirmasi lewat aplikasi 'S' jika paket sudah sampai tujuan. Beralih membuka WA dan mengirimi pesan pada penerima paket berikutnya.Misi kak
Ada paket COD Rp 122.000
Oh iya tolong disiapkan ya? klo mau pergi uang taruh di depan rumah atau bisa juga lewat transfer
Selesai memberitahu penerima paket, Alvin segera mengendarai motornya ke alamat tujuan. Hingga Alvin memarkirkan motornya di halaman rumah bercat hijau. Penerima paket sudah berdiri di depan rumah untuk menyambut kedatangan paket. atau mungkin sebenarnya menunggu tukang paket karena tatapan gadis tadi tampak mengkhawatirkan Alvin yang tetap mengantar paket walaupun seluruh badannya sudah basah kuyup.
"Kakak masuk dulu yuk. Kakak basah takutnya nanti sakit."
Gadis di hadapan Alvin menampakkan raut khawatir, mengabaikan Alvin yang sudah menyodorkan uang kembalian.
Alvin sendiri menggeleng sopan, tersenyum teduh pada gadis yang sering membeli paket ini, sampai Alvin hapal nama gadis didepannya."Makasih dek. Tapi kakak mau lanjut anterin paket, ini kembaliannya."
Gadis tadi tampak merengut, bibirnya mengerucut lucu. "Ya udah deh, kapan-kapan main ya kak. Hati-hati dijalan, kembaliannya buat kakak aja, yuna ikhlas."Alvin menggeleng tidak setuju. "Tapi ini kebanyakan dek, kalo limaratus perak mah ngga papa saya terima."
Alvin berusaha mengembalikan uang kembalian gadis tadi, tapi yuna malah tambah menampakkan raut gemas. "Rezeki ngga boleh di tolak lho kak. Lain kali pake mantel ya kak, biar ngga kehujanan. Semangat nganterin paketnya. Hehe..."
Alvin tergelak, gadis dihadapannya seperti menaruh simpati pada Alvin. Membuat kedua pipi Alvin bersemu hingga terpaksa tidak menolak rezeki. Baru kali ini ia salah tingkah mendapat perlakuan manis dari seorang gadis. Umur berapa si Alvin sampai tidak ingat jika kini adalah masa-masanya Alvin mengalami pubertas dan mulai tertarik pada lawan jenis. Alvin terlalu sibuk memikirkan biaya hidup sampai hatinya seakan tertutup pada hal yang namanya cinta.
Alvin sempat melirik pada kaca spion. Memperhatikan yuna yang tersenyum lebar dengan tangan melambai ke arahnya. Hey, Alvin jadi terlihat seperti habis mengunjungi rumah pacarnya, padahal ia masih jomblo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...