Sorry for typo...
Pulang sekolah, Alvin mencari lowongan kerja. Tidak menerima ajakan Fahri untuk pulang bersama dan beralasan pada orangtuanya jika Alvin akan pulang telat karena banyak tugas kelompok.
Vincent dan Julia tentu percaya, mengingat anaknya ini tidak pernah berbohong soal sekolah. Jadi mereka membiarkan Alvin pulang telat. Awalnya Steven sempat mengajukan diri untuk menjemput Alvin saat Alvin selesai, tapi Alvin menolaknya yakin."Ngga usah bang. Ntar Alvin pulang sendiri aja, lagian Alvin udah gede. Harus mandiri."
"Okey. Tapi kalo ada apa-apa telpon abang aja ya. Kerkomnya jangan kemaleman dek."
Alvin hanya mengangguk pasti setelahnya.
Dipusat perbelanjaan, Alvin mengambil kerja menjadi tukang angkat barang, secara manual tentu saja. Hanya mengandalkan kedua tangan, punggung serta bahu untuk memikul barang. Alvin sedikit lambat saat mengangkat barang yang beratnya melebihi kapasitas energinya. Merasa tidak percaya diri saat melihat bagaimana pekerja lainnya membawa barang tampak mudah dan ringan sedangkan Alvin sendiri yang masih muda malah sudah capek lebih awal. Padahal baru mulai, tapi rasanya tulang-tulangnya sudah minta diistirahatkan.
"Istirahat dulu nak. Itu ada bubur kacang hijau dimeja, kalo mau tinggal ambil ya, dari bos."
Alvin mengangguk dan tersenyum. "Okey pak, makasih."
Segera setelahnya Alvin langsung menyelesaikan mengangkat barang dan menyusul ke rombongan bapak-bapak yang sedang menikmati bubur kacang hijau dingin. Merasa agak malu karena Alvin yang termuda disitu.
"Masih sekolah ya?"
"Iya Pak."
Alvin duduk agak jauh dari kumpulan bapak-bapak tadi karena tidak mau ditanya lebih jauh.
Alvin senang, dihari pertama mulai kerja sudah mendapat uang lima puluh ribu dari hasil jerih payahnya sendiri.
"Maaf nak. Tapi mulai besok kamu sudah tidak bisa bekerja disini. Bos kami tidak menerima pekerja seorang pelajar. Sekali lagi saya minta maaf ya."
Awalnya Alvin sedikit kecewa, tapi setelahnya berusaha memasang senyum pada asisten bos dihadapannya sambil pamit pergi.
"Tidak papa pak. Kerja saya juga kurang bagus disini, harusnya saya yang minta maaf. Terimakasih sudah mengijinkan saya kerja pak, lumayan menambah pengalaman hehe."
"Kerja kamu bagus nak. Lumayan untuk anak muda bisa kerja dengan giat. Kalo adek benar-benar butuh kerjaan, bapak punya kenalan pemilik restaurant, siapa tau adek sedang butuh kerja."
"Boleh pak. Boleh saya tau dimana tempatnya?"
"Tidak jauh dari sini ada resto burger. Saya dengar disana kekurangan pekerja, hanya ada total 3 pekerja disana, sedangkan akhir-akhir ini toko burgernya memang selalu ramai nak. Kemungkinan besar kamu bisa kerja disana."
Sepertinya keberuntungan memihak Alvin kali ini. Baru saja dipecat, namun kini ia sudah mendapat pekerjaan kembali sebagai pegawai tetap direstaurant. Awalnya Alvin sempat ragu mengetahui bagaimana sibuknya pekerja yang tengah bekerja di restaurant burger yang nampak masih baru itu. Satu orang melayani dan bekerja dikasir, satu menyiapkan pesanan dan satu orang tersisa menjadi pengantar makanan.
Mereka semua bergerak gesit dan sangat ramah, bahkan tidak ragu saat Alvin menawarkan diri sebagai pekerja. Alvin langsung dipercayakan menjadi koki burger, tanpa seleksi. Sangat mengejutkan karena Alvin tadinya hanya ditanyai mengenai kemampuan memasaknya didapur, tanpa ragu pemiliknya menaruh Alvin didapur, menemani pemiliknya memanggang daging.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...