Sorry for typo...
"Ngga dijemput Vin?"
Fahri yang kebetulan lewat berpas-pasan dengan Alvin yang berdiri di depan sekolah sambil sibuk menilik layar HPnya sendiri.
"Engga Ri, mau naik ojol."
Alvin menunjukkan layar HP nya pada Fahri. Memberitahu Fahri bahwa tukang ojol yang Alvin pesan akan segera datang.
"Tumben Vin, emang ngga dimarahin abang lo?"
Tanya Fahri memasang wajah menakut-nakuti, tapi Alvin malah tertawa karena melihat wajah sahabatnya ini malah tampak konyol.
"Engga, kan udah ijin. Sana ah duluan aja Ri."
Usir Alvin sambil mendorong sepeda motor Fahri dari belakang. Alhasil motor Fahri terdorong ke depan dan Fahri pun memilih menurut untuk segera pulang.
"Ati-ati banyak culik lho Vin. Kalo ada orang asing jangan diladenin."
Peringat Fahri sebelum melajukan motornya ke jalan raya meninggalkan Alvin yang merengut tidak terima. Apalah, emangnya Alvin anak kecil yang masih suka nurut kalo dikasi permen, Alvin udah SMA lho padahal.
Alvin mengecek sekali lagi alamat rumah bang Mahen agar tidak salah masuk rumah. Setelah memastikan bahwa rumah megah dihadapannya ini sesuai dengan alamat yang tadi Mahen share lewat pesan, Alvin pun memencet bel rumah satu kali dan tanpa menunggu lama gerbang tinggi dihadapannya langsung terbuka. Tampak seorang penjaga gerbang mempersilahkannya untuk masuk ke dalam.
"Den Alvin ya? tadi tuan muda Mahen sudah bilang kalau nanti temannya mau berkunjung. Mari den."
"Hehe, iya pak."
Alvin menggaruk tengkuknya canggung. Merasa malu dipanggil aden oleh orang yang lebih tua karena Alvin terbiasa dipanggil adek selama ini.
Penjaga gerbang bernama pak wawan itu mengantar Alvin hingga kini berada didepan pintu kamar Mahen.
"Langsung masuk aja den."
"Makasi pak."
Alvin sempatkan diri untuk berterima kasih pada pak Wawan yang sudah mengantarkannya ke kamar Bang Mahen. Segera setelah pak Wawan pergi, Alvin langsung membuka pintu dengan semangat.
"AAAA...Bang Mahen!!"
Alvin berteriak kencang melihat pemandangan Mahen yang berdiri tanpa mengenakan penutup apapun. Sepertinya baru selesai mandi dan akan memakai baju, tapi karena waktunya tidak tepat jadi Alvin malah melihat rupa badan Mahen yang telanjang bulat. Bocah SMA itu menutup seluruh wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Berdoa agar dirinya tidak terkena bintitan akibat melihat hal yang seharusnya menjadi privasi setiap orang, lagipula Mahen tidak mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu. Alvin sebagai tamu yang tidak tau apa-apa kan jadi malah melihat hal yang seharusnya tidak dilihat anak kecil sepertinya.
"Bang Mahen ih..."
Alvin memberengutkan wajah dan merengek. Untung saja makanan yang ia bawa tidak jatuh dari tangan, kan sayang kalo jatuh. Alvin membeli buburnya langsung dari chef hotel, harganya pun sangat mahal untuk semangkuk bubur ayam.
Sedangkan si Mahen bukannya merasa malu, malah terkekeh geli melihat Alvin yang terlihat seperti anak gadis yang memergoki abangnya bertelanjang badan. Wajah hingga daun telinga anak itu memerah tanda malu.
Mana mungkin juga Mahen merasa malu. Lagipula ia memliki badan bagus untuk dipamerkan, bukan perut buncit ala bapak pejabat dengan lengan tanpa guratan otot. Perut Mahen ramping dan memiliki bentuk kotak-kotak diperutnya. Seperti roti sobek tapi yang ini tidak bisa dimakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...