Sorry for typo...Tatapan mata Steven menajam dan kedua tangannya mengepal erat. Hendak memukul orang asing yang tiba-tiba mengatakan kata-kata busuk tidak jelas.
"Maksud lo apaan?! Lo ngatain adek gue sialan!!"
Bugh
bugh
bugh
Steven memukul lelaki asing tadi dengan membabi buta. Tidak peduli jika kelakuannya mengundang satpam yang berjaga di lobi depan.
"Udah udah. Jangan ribut di rumah sakit mas mas, atau mau saya bawa ke kantor polisi?!"
"Orang ini duluan pak, tiba-tiba ngatain adik saya. Saya kakaknya ya jelas ngga terima ada orang asing ngatain adik saya penyakitan!"
"Lho? memang iya kan? bentar lagi juga mati."
Balas lelaki asing tadi sambil tersenyum miring. Ekspresi wajahnya memicu emosi Steven yang sudah diujung tanduk. Hampir saja Steven memberi bogeman lagi pada lelaki asing dihadapannya, tapi tangan Alvin menahan pergerakan Steven sehingga Steven tidak jadi memukul dan berbalik menatap wajah Alvin yang tampak takut.
"Ke kamar yuk bang."
Cicit Alvin sambil mengusap punggung tangan kakaknya yang memerah, masih sangat emosi, tapi melihat bagaimana Alvin tampak tidak nyaman, Steven pun mengangguk dan menurut, mendorong kursi roda adiknya menuju kamar.
"Lho, kok cepet banget baliknya. Buburnya udah abis? atau bang Steven yang ngabisin ya jangan-jangan?"
Tanya Julia penuh selidik. Kedua matanya dengan jeli menatap anak bungsunya yang nampak berkeringat, padahal sore ini sama sekali tidak panas. Malah diluar tampak seperti akan turun hujan, tidak mungkin kan Alvin habis lari-lari.
"Cepet bun. Wong tadi buburnya buat kasih makan ikan koi. Adek kayaknya minta disuntik ya dek?"
Jawab Steven sambil menggoda Alvin yang sudah menggeleng ribut, tidak mau disuntik.
"Abang panggilin dokter Rafi ya biar adek disuntik aja. Soalnya kan ngga mau makan."
"Ngga mau bang. Biar bang Ven aja bunda yang disuntik."
Adunya dengan wajah tidak terima.
"Liat bang. Punggung tangan Alvin jadi bengkak gara-gara di suntik. Alvin ngga mau disuntik lagi bang."
Ujar Alvin sambil memperlihatkan punggung tangan kanannya yang membengkak dengan raut sedih yang malah tampak lucu dimata Steven.
"Gapapa dek. Ntar juga balik kaya biasanya. Tuh dokter Rafi bentar lagi kesini, bunda udah chat barusan."
"iih bundaa... Alvin ngga mau."
"Ngga papa, kalo suntik vitamin mah ngga bikin tangan adek bengkak kok."
Ujar bunda sambil tersenyum, mengamati anak bungsunya yang tampak gelisah di atas ranjang. Tampak seperti balita yang tidak mau di imunisasi.
"Tapi kan sakit bundaa.."
"Engga kok, dikit doang sakitnya. paling segini.."
Julia menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya sambil menyipitkan mata, memberi isyarat jika rasa sakitnya hanya sebatas cubitan kecil. Kecil tapi dalam, pantas saja Alvin tidak mau, karena sebelumnya Alvin juga pernah suntik vitamin.
Steven menginap, sangat rugi jika malam minggu ia tidak menemani adiknya dirumah sakit. Besok juga Alvin sudah dibolehkan pulang karena kondisi lambungnya sudah membaik, lukanya sudah menutup perlahan berkat minum obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...