7. Makan Malam Ro-moris?

1.2K 103 22
                                    

Sorry for typo...


"Udahan la pak!! Ini udah keringetan banyak. Ntar kulitku yang langsat ini makin berubah sawo matang pak. Diomelin nenek."
Axel sedang menjalani hukuman, sengaja merokok didepan ruang guru supaya mendapat hukuman.
Badannya pegal-pegal jika sehari saja tidak berulah. Sudah seperti kebutuhan sehari-hari.

"Aduh, kayaknya aku bakal pingsan ini pak."
Axel mengeluh sebelum menjatuhkan dirinya sendiri ke rerumputan. Mencoba mengelabui gurunya agar menghentikan hukuman lari lapangan.

Dan berhasil, gurunya mengira Axel pingsan akibat melihat wajah Axel yang penuh keringat. Axel langsung dibawa ke UKS setelahnya.


"Ngadem dulu lah, gerah-gerah malah diselimutin."
Melihat penjaga UKS pergi, Axel beranjak dari ranjang untuk menyalakan kipas angin. Menghadap kipas angin sambil menyibak-nyibak rambutnya yang basah oleh keringat. Untung saja UKS sepi.
Tidak sengaja pandangan Axel jatuh pada sosok mungil yang tengah tertidur pulas.

"Eh, Alvin lagi tidur ya?"
Axel mendekat ke arah ranjang tempat Alvin berbaring. Memandangi wajah imut Alvin dari dekat membuat gejolak rindu dalam diri Axel menggebu-gebu.

Alvin terlalu mirip, bahkan saking miripnya dengan mendiang sang adik sampai membuat Axel jadi merasa adiknya hidup lagi. Nama mereka pun hampir sama, Avin dan Alvin.







🄰🄻🅅🄸🄽


"Beli es duren dulu yuk kak. Katanya es duren yang diperempatan jalan sana enak, murah juga."
Beritahu Devran setelah masuk ke dalam mobil. 

"Pengin si. Gas lah mumpung lagi musim juga."

Sepanjang jalan Alvin hanya diam, mengamati jalanan lewat kaca mobil. Ia seolah dianggap tidak ada sejak tadi. Tidak diajak mengobrol ataupun ditanyai sesuatu. Bagai figuran benda mati penghias cerita.

Ngomong-ngomong Alvin masih takut dengan kakak kelas yang namanya Axel itu. Gelagatnya seperti orang yang tengah terobsesi pada Alvin. Benar-benar ngeri jika setiap keluar kelas dibuntuti Axel, Alvin tidak suka.
Apalagi setelah insiden tersedak hampir mati itu, Alvin trauma makan buru-buru ditambah mendapat wink dari Axel. Alvin jadi tidak nafsu makan di kantin lagi.







Alvin menangis di dalam kamar. Tadi saat pulang sekolah, Steven membagikan es durian yang mereka beli sewaktu pulang sekolah. Alvin sudah berdiri di situ, ikut berdiri menunggu Steven yang katanya akan membagikan es durian.

Alvin yang tidak pernah makan durian tentu saja sangat bersemangat. Tatapannya berseri-seri melihat es durian yang tengah ditenteng Devran. Hanya menunggu bagiannya dibagikan.

"Wuhuu... Tau aja kalo gue ngidam duren."
Kebetulan juga Gerry dan Rafiv baru pulang, mereka pun langsung mengambil jatah.

"Eh, es nya kurang ya. Biasanya cuma empat si, ngga inget kalo ada 5 orang."
Devran memberitahu Steven, tapi Steven hanya mengedikkan bahu tidak peduli.

"Mana gue tau. Lo doyan duren ngga?"
Steven bertanya pada Alvin yang masih berdiri itu, nadanya terdengar tidak mengenakan.

"K-kayaknya engga kak."
Alvin menjawab dengan suara sedikit bergetar.

"Alvin ke kamar duluan."
Alvin pamit untuk segera masuk ke kamar. Matanya bahkan sudah berembun saat sudah berbalik badan.

Alvin sudah sangat menantikan, tapi ternyata ia yang malah tidak kedapatan. Memang benar, tidak boleh berekspektasi tinggi jika tidak ingin berakhir kecewa.






"Vin, minum es bareng kakak yuk. Barengan ini sama Rafiv juga." Gerry mengetuk pintu kamar Alvin untuk mengajak minum es durian bersama. Tapi si pemilik kamar tidak kunjung menjawab membuat Gerry terpaksa membuka pintu kamar guna melihat Alvin yang ternyata sudah bergulung dengan selimut.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang