36. Membuat Baju Couple

546 58 4
                                    


Sorry for typo...








"Aku mengajak kak Galand kok yah."

Galand mendelik tidak suka saat namanya disebut. Namun ia kembali mengalihkan pandangannya dari Alvin yang menatapnya sambil tersenyum.

"Ngga usah khawatir yah. Kak Galand orang baik kok."

Galand geleng-geleng kepala, ternyata ia dikira orang jahat oleh ayah Alvin karena ia sendiri yang bilang pernah menghajar Alvin hingga babak belur. Tentu saja Vincent was-was dengan bocah modelan Galand. Kalo senyum saja mirip psikopat, pake tindik telinga, seragamnya juga sering acak-acakan dengan rambutnya yang semrawut seperti anak gembel. Keramas pun jarang. Tapi walaupun tidak rajin keramas, rambut Galand tetap wangi & bebas dari kutu rambut dan ketombe. Wajahnya yang tampan juga tidak diragukan lagi, bahkan Alvin ingin mengikuti style Galand yang menurut Alvin selalu tampil nyentrik dan keren. Ya, sebenarnya, kalo menurut orang-orang malah Galand keliatan berantakan. Tapi selera Alvin memang agak lain.

"Lo kenapa ngga ajak abang lo aja si? Punya abang 4 emang ngga ada yang mau nemenin? Eh, lo pasti nakal ya dirumah, makanya abang lo males nemenin."

"Ih apasih, engga ya."

Galand hanya diam tidak menanggapi karena malas. Tadinya Alvin yang akan memboncengkannya, tapi seorang Galand mana mau dibonceng oleh anak kecil.
Jadi ia inisiatif menawarkan untuk menyetir motor dan Alvin yang membonceng dibelakang. Alvin yang ditawari tentu mau mau saja, kini bahkan ia memeluk pinggang Galand dengan erat karena nyaman.

"Bang Galand ngga mau punya adik po?"

Tanya Alvin tiba-tiba, entah ada angin darimana sampai bertanya seperti itu pada Galand.

"Ngga!"
Galand menjawab singkat, padat dan dengan suara lantang. Bahkan beberapa pengendara motor sampai menoleh kearahnya karena kaget.

"Kenapa? Asik tau. Emang bang Galand ngga kesepian ga ada saudara dirumah?"
Tanya Alvin sambil menempelkan sebelah pipinya pada punggung Galand. Sedikit kedinginan karena terkena angin sore yang semrubut mengenai kepalanya yang tidak terlindung helm.

"Ngga, punya adik tuh repot, nyusahin, berisik. Ngga suka gue, apalagi yang modelan kayak lo. Amit-amit, bisa-bisa gue ngga pernah pulang kerumah karena ngga betah."

Mendadak Galand menyesal setelah mengatakannya. Sepertinya perkataannya barusan menyakiti hati kecil Alvin karena anak itu sekarang jadi diam dan tidak berceloteh lagi di sepanjang jalan.
Galand mengintip Alvin lewat kaca spion, anak itu sedang memandangi pedagang kaki lima dipinggiran jalan. Mulutnya sedikit terbuka, mengagumi jejeran jajanan yang ada. Semerbak harum gorengan juga menyebar hingga jalanan.

"Pengin jajan lo?"
Galand bertanya pada Alvin karena merasa kasihan dengan anak itu.

"Ah, engga."
Alvin langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

"Kalo mau jajan bilang aja, muka lo kayak bocah ngga makan 3 hari."

Alvin menggeleng. "Ngga boleh jajan sembarangan."

Galand mengangguk, mungkin nanti saat pulang ia akan mampir ke penjual nasi goreng langganannya agar Alvin bisa mencicipinya. Sekali-kali ia ingin jadi orang baik dengan mentraktir jajanan pinggir jalan yang katanya tidak higienis. Padahal menurut Galand makanan yang mereka jual bersih, murah dan tentunya enak serta mengenyangkan.






















🄰🄻🅅🄸🄽

Alvin tercengang melihat sebuah bangunan tua dengan pintu kayu dan plang yang hanya tergantung dengan satu paku. Ada tulisan "OPEN" di dinding yang terdiri dari batu bata dan semen yang tidak diplester rapi.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang