21. Hanya Orang Asing

845 79 15
                                    

Sorry for typo...





Alvin berkali-kali menghela napas, merasa sedikit cemas karena ini pertama kalinya ia mengunjungi keluarga besar Julia. Mengingat posisinya sebagai anak tiri, Alvin tentu khawatir jika keluarga bunda tidak mau menerimanya.

"Ayo Vin."

Ajak Devran dan membukakan pintu mobil. Menarik Alvin dan merangkul bahunya sambil memberikan kata-kata penenang.

"Jangan ovt dulu, okey? Keluarga bunda ramah semua kok, mereka baik."
Ujarnya berbisik.

Alvin pun mengangguk, meski sedikit tidak yakin tapi berkat kata-kata Devran lumayan mampu mengusir keraguannya untuk ikut masuk ke rumah keluarga besar bundanya.

Suasana ramai langsung menyambut keluarga Vincent. Tampak 3 anak kecil berlarian membawa balon bertali dan dibelakangnya ada sosok wanita muda yang mengejarnya.

"Oh, Juliaa..."
Salah seorang wanita bernama Cerry datang menghampiri, mempersilahkan Julia beserta keluarganya duduk dikarpet bulu yang sudah digelar di ruang tengah.

"Ibu mana kak?"
Tanya Julia pada kakaknya yang nampak sibuk itu.

"Ibu lagi ambil jahitan, katanya ibu udah pesen baju couple keluarga sebulan lalu."
Jawab Cerry sambil mengaduk gula batu dalam teh panas sebelum menyajikannya pada sang adik.

Julia pun mengangguk mengerti. Beralih menatap anak bungsunya yang tampak diam. Mencoba mengalihkan perhatiannya pada cookies coklat yang ada didalam toples.

"Adek mau cookies? buatan bude Cerry nih, rasanya lebih enak daripada buatan bunda lho."
Tawar Julia sambil menyodorkan toples cookies pada Alvin.

Alvin mengambilnya satu dan memakannya pelan. Bundanya memang benar, cookies buatan Cerry terkesan lebih lembut dan coklatnya terasa seperti silverqueen walaupun warnanya tampak lebih gelap. Rasanya membuat ketagihan tapi Alvin sebagai tamu baru masih merasa canggung dan sungkan, mau mengambilnya lagi tapi ia terlalu malu, takut dibilang serakah dan tidak sopan.

"Makan aja dek. Tuh liat, Devran aja ngga malu nenteng kacang bawang."
Ujar Steven sambil mengangkat dagunya ke arah Devran yang asik nyemil kacang bawang.

Berbeda dengan Alvin yang malah malu-malu, saudaranya yang lain malah memalukan. Julia sampai memperingati anak ke empatnya itu untuk tidak menghabiskan kacang bawang yang tersisa setengah toples.

"Jangan banyak-banyak Vran, yang lain belum makan."

"Eeh, itu mah nenek nyetok banyak dilemari. Ngga usah sungkan, tinggal makan aja. Kalo abis kan ntar bisa beli lagi."

"Masalahnya ini anak kalo makan kacang banyak langsung jerawatan kak."

"Ih, kata siapa bunda? Devran ngga pernah ada tuh jerawat."

"Widih, tutor dong mas Devran. Gimana si caranya biar tetep mulus?"

Celetuk Cerry saat meletakkan 7 cangkir mewah berisi teh panas.

"Yang penting cuci muka Bu haha."
Tawa Devran menggelegar.
Tawa khasnya yang unik membuat siapapun tidak tahan untuk ikut tertawa mesti agak lama untuk proses tertular tawanya.





🄰🄻🅅🄸🄽

Alvin kira neneknya akan menyambutnya dengan pelukan, tapi ternyata dugaannya salah. Neneknya tampak tidak menyukainya. Bahkan sang nenek tidak memberinya baju couple keluarga, sementara semua orang yang hadir sudah dapat jatahnya masing-masing. Hanya Alvin sendiri yang tidak mendapatkannya, hingga sang kakak dengan berani bertanya.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang