18. Ini Beneran Bang Steven?

1K 91 55
                                    

Sorry for typo...



Ngga enak banget tau nahan kentut dikelas yang kebetulan sepi. Banyak anak-anak yang memperhatikan pak nandang dan sebagian dari mereka ada yang tidur dikelas karena semalam begadang.
Alvin jujur saja sudah mulas sejak semalam, pagi tadi saja ia mencret dan bolak-balik ke kamar mandi karena tidak bisa ditahan. BAB nya cair dan berbusa, sorry maaf, tapi ini serius. Itunya sudah diujung tau.
Perutnya perih dan mulas secara bersamaan, ditambah keluar suara seperti ada air bersahutan dari dalam.

"Heh, kenapa lo Vin? Nahan boker?"

Alvin menggeleng tidak bersuara. Mendorong lengan fahri agar menghadap ke depan. Malu tau diliatin. 

"Kalo mau boker ijin aja Vin, daripada ditahan ntar sakit perut."

Asem lah, Fahri berisik ih. 

Batin Alvin sambil menggigit bibir bawahnya. Melirik Fahri yang memandangnya aneh.

Jangan ganggu napa Ri, gue lagi nahan mules!

Alvin hanya membatin karena jika ia membuka mulut pasti yang keluar hanya suara desisan sakit.

"Njir, muka lo sampe pucet gitu Vin. Ayolah ijin aja kalo mau buang hajat, jangan ditahan ih."

"Tuh liat, keringetnya nyampe nyucur gitu. Kaya emak-emak lahiran."

Sialan, Alvin dikatai mirip emak-emak lahiran.

Andaikan Alvin sedang dalam kondisi baik, maka sudah pasti ia akan mencubit Fahri sekuat tenaga. Tapi sayangnya saat ini kondisinya sangat tidak memungkinkan, bahkan untuk sekedar berdiri saja Alvin tidak sanggup. Takut tiba-tiba itunya keluar.

Okey, mungkin hari ini adalah hari kurang beruntungnya Alvin karena Fahri malah meminta ijin agar Alvin diperbolehkan ke kamar mandi. Padahal sebenarnya 10 menit lagi pun bel istirahat akan berbunyi dan Alvin memang sengaja menunggu bel karena ia punya firasat kurang baik jika ia keluar sebelum kelas bubar.

Hal yang tidak diinginkan terjadi baru saja. Saat Alvin bangkit dari kursi dengan paksaan dari Fahri, tepat saat itulah cepirit menimpa Alvin. E*k dicelana hingga tembus sampai luar, ditambah suara bom berupa kentut berurutan membangunkan seluruh anak kelas yang tadinya tidur. Mereka semua langsung heboh memandang Alvin yang tampak hampir menangis. Huhu, tidak hanya celananya yang ternodai tapi harga diri Alvin pun ikut ternodai karena ketahuan cepirit, apalagi dibarengi dengan suara kentutnya yang sudah seperti suara instrumen lagu India.

Fahri dihadapannya menggigit bibir bagian bawahnya dan meminta tolong pada anak kelas untuk menutup mata. Pak nandang sendiri menghampiri anak kelasnya itu.

"Udah nggapapa. Nanti biar Fahri yang bersihin, tolong dibantu itu temennya ya Fahri."

"Iya pak."

"Maaf Pak, ganggu kelas bapak."
Alvin mencicit sambil merapatkan celananya agar itunya tidak jatuh mengotori lantai.

Pak nandang sendiri untungnya bisa memaklumi dan ikut membantu.
"Gapapa, udah habis ini ganti celana sama minta obat diare di UKS ya. Atau kalo ngga, boleh pulang ke rumah kalo masih sakit."

"Makasii pak."

Pak nandang mengangguk, memperhatikan Alvin yang berjalan keluar kelas dibantu oleh Fahri. Merasa kasian tapi secara bersamaan juga merasa lucu.













"Hh, lo duluan aja ri. Gue lama."

Ujar Alvin dari dalam toilet. Suaranya masih terdengar menahan berak dan sesekali Fahri bisa mendengar sesuatu mengalir dari dalam. Semakin lama semakin keras, bahkan sesekali terdengar suara cepirit.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang