Sorry for typo...
Orang-orang yang baru pertama kali melihat Alvin pasti berpikiran bahwa Alvin adalah anak kecil yang imut dan polos. Senyuman manisnya begitu candu bagi orang-orang yang menyukainya, termasuk Alex yang notabenya hanya sebagai kakak kelas Alvin. Sudah hampir seminggu ini tidak ada bosan-bosannya Alex membuntuti Alvin layaknya itik yang mengikuti induknya, tapi sepertinya lebih tepat di sebut induk yang mengikuti itik kemanapun itiknya pergi.
Saat ini Alex sedang duduk ditribun lapangan indoor guna memperhatikan Alvin yang tengah berlatih basket. Sesekali perasaan Alex diliputi cemas melihat lawan Alvin yang berbadan lebih besar dan tinggi itu tampak ingin merebut bola dari tangan Alvin. Namun perasaan lega terus Alex dapat kala mendapati Alvin berhasil menghindar dan segera memasukkan bola ke dalam ring yang tinggi.
Empat hari yang lalu Alvin memang sudah meminta izin pada ayah bundanya agar diperbolehkan mengikuti ekskul basket. Meski sempat khawatir namun melihat binar mata Alvin yang berantusias membuat keduanya tidak tega untuk menolak dan berakhir memperbolehkan Alvin mengikuti ekskul basket asal bisa menjaga diri sendiri.
Kecintaan Alvin pada olahraga memang sangat besar. Terutama jika permainan bola, mau itu sepak bola, basket, voli, pokoknya hampir semua permainan Alvin kuasai.
Saat tinggal di gang kumuh dulu. Alvin bermain di lapangan becek bersama teman-teman dengan hati senang. Walaupun hanya dengan bola plastik seadanya tapi skill bermain Alvin tidak boleh di ragukan. Badan mungilnya mempermudah untuk lari cepat mengejar bola, dengan tendangan yang selalu tepat sasaran dan kerja sama timnya juga bagus membuat Alvin memiliki banyak teman di komplek tempat tinggalnya dulu.
Setiap liburan Alvin biasanya memulung di jalanan. Membawa karung bekas beras untuk memunguti sampah botol, setelah semuanya terkumpul Alvin dan teman-temannya pergi ke tempat bos dan menyetor semua barang bekas yang mereka dapat untuk dijual dan menghasilkan uang beberapa ribu rupiah, jumlahnya lumayan untuk menambah tabungan harian.
Sudah satu jam berlalu dan latihan di bubarkan. Tim Alvin memenangkan permainan dengan skor 5 poin lebih banyak dari tim Devran. Mereka berdua tidak dalam satu tim karena memang penentuan tim adalah dari gabungan kelas yang sudah ditentukan oleh pelatihnya sendiri.
Alvin berjalan menuju pinggir lapangan dimana tempat tas sekolahnya di letakkan. Tangannya yang hendak mengambil botol tumbler mendadak ditahan oleh Alex.
"Ini, minum ini aja dek."
"Ah makasih, tapi gue bawa minum sendiri."
Alvin menolak dengan kikuk sebelum meneguk air minumnya hingga tandas."Mau langsung pulang dek?"
Alvin hanya mengangguk dan menyampirkan tas gendong miliknya dibahu."Biar abang anter."
"Gue pulang bareng kakak."
"Ayok. Katanya mau pulang bareng?"
Ajak Alex. Tangannya bahkan sudah menggenggam tangan Alvin untuk ia ajak ke parkiran."Sama kak Steven."
Ah, ternyata kakak yang Alvin maksud bukan Alex.Dengan perasaan sedih Alex melepaskan genggaman tangannya pada Alvin, membiarkan Alvin berjalan lebih dulu ke parkiran. Memandang ke sekeliling parkiran mencari mobil sang kakak, namun tidak kunjung Alvin temukan.
"Belum dijemput?"
Alvin tidak menjawab, lebih memilih sibuk mengirim pesan pada Devran. Sedangkan Alex masih setia menunggu Alvin sambil mencuri-curi pandang pada bocah yang lebih muda 2 tahun darinya.Kak Devran dimana?
Drrt. Tanpa menunggu waktu lama Devran mengirimkan balasan.
Gue sm bang Ven mampir makan, lo mau nunggu atau pulang duluan silakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...