Sorry for typo...
Alvin memang harus ekstra sabar menghadapi kelakuan Alex yang berlebihan. Pagi-pagi koridor sekolah sudah ribut gara-gara Alex yang mendadak menyingkirkan anak-anak yang berlalu lalang didepannya.
"Minggir woy minggir. Gue sluduk nih kalo ngalangin jalan."
Alvin yang berjalan tepat dibelakang Alex merasa malu. Seluruh pasang mata memperhatikannya, banyak dari mereka yang menatap Alvin tidak suka.
Ya, sebenarnya ini juga karena tadi sebelumnya Alvin sempat tertabrak oleh anak kelas yang berlarian. Alvin yang fokus pada jalan sampai jatuh dengan posisi tidak elit karena ditabrak oleh badan bongsor laki-laki yang berlari tadi. Dan saat itu Alex melihat dengan langsung bagaimana adik kesayangannya itu jatuh dengan posisi kepala yang hampir mengenai tembok. Hampir saja Alex mengumpat segala macam bahasa hewan.
"Dikira jalan punya emaknya pa gimana, sadar diri lah minimal. Bocah langganan guru BK aja belagu."
"Gile emang."
"Dia kan emang udah gila semenjak adeknya meninggal. Sekarang malah tambah gila ngga si? ngaku-ngaku anak baru itu adeknya, padahal kenal aja engga. Udah sadboy tambah crazy, jadi sadzyboy haha."
Alex mengepalkan tangannya kuat, mendorong kasar tubuh lelaki yang tadi mengatainya. Menonjoknya brutal hingga mereka kini menjadi tontonan ramai anak-anak.
Lelaki yang dikenal dengan nama Galand itu menyeringai, membiarkan dirinya menjadi samsak dari kebengisan Alex. Tidak melindungi diri atau bahkan membalas walaupun bisa saja ia balik pukul tapi hal itu sengaja tidak Galand lakukan. Karena ia tau pasti jika setelah ini adalah hal yang ia nantikan.
Senyum misterius Galand semakin lebar, melihat bagaimana Alex tidak menanggapi Alvin yang sibuk menarik baju Alex dan membujuknya untuk berhenti memukul. Masalahnya salah satu anak yang tadi menonton perkelahian, ada yang berjalan ke ruang BK hendak melapor.
"Bang. Udah bang Alex. Ntar-"
"Alex!!"
Mampus, kena lo haha...
Galand tersenyum penuh rasa bangga, walaupun wajahnya kini jadi bonyok gara-gara kena pukul bertubi-tubi dari Alex, tapi rasanya terbayarkan. Ia sudah menebak jika Alex akan dikeluarkan dari sekolah, semoga perkiraannya tidak meleset.
"Ikut bapak!"
Alex di skor seminggu. Ternyata sesepi itu tanpa adanya Alex yang biasanya sering membuat ricuh. Terutama Alvin yang sudah terbiasa dengan kehadiran seseorang yang selalu memperlakukannya bak tuan putri. Ya, meski berlebihan namun masih dalam batas wajar.
"Hoho...Ayem tentrem rasanya ngga ada yang ganggu."
Alvin semakin cemberut mendengar celetukan Icha. Kadang ada kalanya ia kurang suka dengan Icha yang mengatai kakak abal-abalnya itu."Alvin, dimakan sayang basonya. Bentar lagi bel lho."
Alvin yang tadinya mengaduk-aduk kuah mie langsung mengangguk patuh, mulai menyendok satu baso bulat kecil dan mengunyahnya cukup lama.Di seberang meja ada Fahri yang makan nasi bekal Alvin dengan lahap, antara doyan dan lapar.
Alvin tidak mau memakan bekalnya karena saat ia memakan bekal ia jadi teringat dengan Alex yang selalu ikut makan dan menyuapinya, memang sedekat itu pada Alvin, seperti lebih dari sekadar saudara.🄰🄻🅅🄸🄽
Memandang cokelat pemberian Steven beberapa hari lalu sambil menimang ragu antara akan memakannya atau ia biarkan tergeletak begitu saja. Padahal Alvin suka cokelat, segala jenis merek cokelat rasanya selalu enak. Niatnya setelah beberapa hari ia akan memakan cokelat sambil menonton beberapa film Netflix di TV, tapi niatnya ia urungkan karena suasana hatinya sedang tidak baik. Chat yang ia kirimkan pada Alex tadi siang masih centang satu, tidak terkirim maupun terbaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...