Sorry for typo...
Steven memang iri sebenarnya, melihat adik-adiknya mendapatkan perhatian penuh dari sang bunda. Namun ada kalanya Steven lebih suka dengan sifat mandirinya.
Tapi akhir-akhir ini Steven merasa berbeda, ia cenderung ingin dekat dengan bunda. Mungkin ini merupakan efek samping akibat dari kejombloannya yang masih berlanjut. Steven pun masih bertahan dengan cinta pertamanya, yaitu bundanya sendiri. Wanita yang menyambut Steven dengan minuman susu dan hangatnya dekapan saat awal mulanya ia keluar ke dunia.Kepribadian Steven yang introvert memang sulit, mau bermanja pada julia saja ia malu dan takut di ejek oleh adik-adik. Padahal aslinya Steven suka saat julia menemaninya tidur, mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih dan bertanya tentang hari-harinya.
Namun bagi anak sulung Steven terlalu gengsi untuk meminta perhatian. Apalagi semenjak kedatangan Alvin dalam rumah, Steven tidak suka. Ia cemburu dimana bundanya lebih memerhatikan Alvin ketimbang Steven yang notabenya adalah anak kandung. Apa julia sama sekali tidak merasa risih dengan adanya Alvin, anak dari selingkuhan ayah. Steven saja benci dengan anak itu, dalam hati selalu mengejek Alvin saat melihat wajahnya yang terkadang seperti sengaja dibuat imut. Padahal memang nyatanya imut, hanya Steven saja yang ogah mengakuinya.
Tapi biar bagaimanapun Steven juga manusia, memiliki hati yang labil dan pikiran yang tidak sinkron dengan perbuatannya sendiri. Baru saja ia misuh-misuh tidak suka, tapi saat julia meminta Steven untuk membantu julia mengurus Alvin pun Steven menurut bak anak anjing.
Mulai dari mengganti seragam Alvin dengan baju santai, membaringkan Alvin di ranjang dan bahkan semalaman Steven berjaga di samping tempat Alvin berbaring. Bodoh memang, tapi Steven memang begitu.
"Bisa-bisanya gue ketiduran disini, aishh."
Kesal Steven sebelum mengambil HP nya di nakas samping ranjang, mengecek jam."Ni bocah kebo banget. Bangun woy, hey... Bangun bocah."
Steven menggoyang-goyangkan lengan Alvin dengan brutal, tidak peduli jika jarum infus yang berada di tangan Alvin terlepas. Kejam memang, Alvin bahkan kaget saat merasakan lengannya digoyang brutal, menyipitkan kedua matanya yang terasa berat untuk ia buka."Sekolah kan lo? Bangun, udah siang."
Ketus Steven meninggalkan Alvin yang berusaha untuk bangun dari ranjang sambil menahan pening yang tiba-tiba menyapa.Huh, padahal Alvin masih sakit, tapi memaksakan diri untuk berangkat. Jika saja tadi Steven tidak membangunkannya dan tidak meminta Alvin untuk berangkat sekolah mungkin Alvin akan tetap tidur hingga siang karena sungguh Alvin terlalu lemas untuk bergerak.
Dengan langkah sempoyongan Alvin masuk ke kamar mandi, bahkan belum menyentuh air saja Alvin sudah menggigil kedinginan. Benar-benar ragu untuk melakukan rutinitas mandi, tapi tetap memaksakan diri. Walaupun butuh kurang lebih hampir setengah jam an memandangi air dalam bak sambil berjongkok memeluk tubuhnya sendiri yang sudah telanjang.
Berbekal keyakinan setengah ragunya Alvin bergegas mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat yang hampir mendingin karena terlalu lama di biarkan. Menggosok spon yang sudah ia beri sabun cair pada seluruh tubuh kecuali bagian wajah dan rambut. Secepat kilat Alvin membilas badan dan memakai handuk dengan tidak sabaran. Alvin menggigil sampai giginya saling bergemelutuk menahan dingin yang terasa sangat menusuk. Ditambah tadi Alvin sekalian berkeramas karena tidak tahan dengan kepalanya yang terasa nyut-nyutan.
Hanya butuh waktu 10 menit Alvin sudah siap dengan seragam yang melekat ditubuhnya. Melampirkan tas pada punggung sambil memandangi dirinya sendiri di depan cermin lemari, sayu dan Alvin merasa dirinya tidak terlihat tampan hari ini. Sudahlah, tidak papa, yang penting wajah imutnya tidak hilang ditelan sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...