29. Mimpi Buruk Vincent

828 89 17
                                    


Sorry for typo...








Alvin melewatkan kesempatannya untuk periksa. Kebetulan ayahnya memang sedang tidak dirumah untuk 3 hari ke depan, jadi Alvin pun membujuk sang ayah untuk melewatkan waktu bertemu dokter.

"Alvin maunya ditemenin ayah pokoknya!"

Tegas Alvin kala itu. Benar-benar tidak mau diganggu gugat. Vincent bahkan sampai kepayahan membujuk anaknya yang keras kepala dan bahkan mengancam Vincent dengan hal-hal yang diluar kemampuan. Mana mungkin Vincent mengijinkan anaknya untuk diangkat oleh orangtua lain.
Alvin Parker itu hanya ada satu didunia, Vincent tidak akan pernah rela jika anaknya memilih tinggal dengan orangtua lain. Lebih baik ia jatuh miskin demi menghidupi anak bungsu permatanya dirumah. Daripada kaya raya tapi kehilangan permata satu-satunya. Alvin itu bagaikan matahari yang memberi banyak sekali manfaat dikeluarganya, jadi tanpa Alvin dirumah maka akan membuat sinar rumah hilang dan redup.

"Jadi maunya nunggu ayah pulang baru mau periksa ya?"

Tanyanya dengan lembut. Sempat mengusak surai Alvin yang basah dengan gemas.

Sedangkan anak kesayangannya itu mengangguk semangat.

"Alvin janji bakal periksa kalo ayah udah pulang."

Ujarnya yakin, bahkan sampai mengulurkan jari kelingkingnya kehadapan sang ayah.
Perbedaan ukuran jari yang sangat kontras membuat Vincent tertawa secara tidak sadar.
Jari tangan anaknya ini lentik, kecil dan cantik. Tangan idaman para wanita.

"Alvin bakal nurutin ayah kan ya?"

Tanya Vincent sekali lagi.

"Hu um, janji."

Jawabnya yakin, tidak tau jika ayahnya punya berbagai macam cara untuk membuat Alvin patuh. Kali ini Alvin tidak bisa lepas dari janjinya pada sang ayah. Vincent benar-benar menguncinya dengan janji.

"Okey. Kalo ngga nurut ayah hukum lho."

Alvin mengangguk. Sedikit merinding melihat ayahnya bersmirk. Sepertinya hidupnya tidak akan bebas jika sudah terlibat janji dengan Vincent.
































🄰🄻🅅🄸🄽

Alvin menetralkan napasnya yang tersenggal. Baru dua putaran lari tapi rasanya ia sudah tidak sanggup untuk lanjut 3 putaran terakhir. Kepalanya sangat pusing dan napasnya mulai memendek karena lelah.

"Ayo lari!"

Teriak guru Olahraga yang memantau dipinggir. Membunyikan peluitnya setiap melihat ada anak yang curang saat memutari lapangan outdoor yang luas.

Alvin tidak dapat mendengar teriakan gurunya dengan jelas. Pendengarannya terasa samar dan kepalanya terasa sangat sakit.

Alvin pun memutuskan untuk berjalan keluar dan melapor pada guru jika dirinya sakit.

"Loh? Ada apa nak?"

Tanya guru Olahraga saat melihat muridnya berjalan sempoyongan menuju ke arahnya. Dengan cepat guru itupun mendekat dan membantu Alvin berjalan.

"Hah, pusing pak."

Ujar Alvin sambil menumpukan diri pada guru Olahraga yang memapahnya.

"Harusnya kalo lagi sakit ngga usah ikut OR atuh. Ntar saya yang dimarahin."

Celetuk guru Olahraga sambil membantu Alvin berbaring diatas brankar UKS.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang