30. Membantu Galand

666 78 1
                                    

Sorry for typo...





"Ayah.."

Vincent menyahut dengan gumaman. Menoleh sebentar ke samping, kemudian kembali fokus menyetir.

"Apa Alvin boleh memakai kartu yang waktu itu ayah kasih?"

Tanya Alvin sambil memainkan tali kolor celananya.

Vincent tersenyum tipis. "Tentu saja boleh. Adek boleh memakainya sesuka hati."

"Emm... Apa tidak papa jika Alvin menggunakannya dalam jumlah besar?"

Tanyanya masih ragu, lagipula Alvin tidak terbiasa menggunakan kartu itu. Masih belum menyadari jika uang ayahnya tidak mungkin habis bahkan jika ia menggunakan seluruh saldo yang ada didalam blackcard yang Vincent beri. Mungkin itu hanya beberapa persen dari kekayaan Vincent yang tidak terhitung karena saking banyaknya.

"Mau ayah tambah?"

Tawarnya sambil menarik tangan Alvin untuk ia genggam.

"Tapi ada syaratnya."

Alvin menoleh, menatap ayahnya dengan wajah cemberut. Ia kira ayahnya akan memberi uang lebih secara cuma-cuma. Ternyata tidak semudah itu, Vincent tetaplah orang yang selalu mengajukan persyaratan bahkan pada anak sendiri.




















🄰🄻🅅🄸🄽

Syarat yang diajukan Vincent yaitu Alvin harus mau kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah Vincent sempat tidak menerima keadaan, kini ayah lima anak itu sudah mulai bisa mengontrol diri untuk menerima apapun kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Ia akan berusaha maksimal agar anaknya kembali sehat.

Sesampainya dirumah sakit, Vincent berjalan dengan gagah dengan Alvin disampingnya. Dengan manja Alvin memegang lengan Vincent untuk mengimbangi langkah besar ayahnya yang jauh lebih cepat daripada langkah kakinya.

Baru saja akan masuk ke dalam ruangan Dokter Robin. Tapi ternyata orangnya malah keluar ruangan dan menyapa mereka lebih dulu dari depan pintu.

"Ayah mau bicara dulu sama dokter Robin ya, adek kalo mau nunggu boleh di dalem ruangan aja atau mungkin mau dimana?"

"Alvin jalan-jalan dulu ya, yah? Ntar balik kesini lagi. Bolehkan?"

Anggukan dari Vincent menjadi isyarat bahwa Alvin boleh berjalan-jalan bebas disini untuk menunggu sampai ayahnya selesai.

"Jangan jauh-jauh ya dek. Ntar balik sini lagi."

Alvin mengacungkan jempolnya sebelum berbalik badan dan berlari menuju kantin rumah sakit. Ia ingin sekali membeli sandwich isi daging yang waktu itu Gerry beli saat ia sedang sakit. Rasanya enak dan sepertinya itu satu-satunya makanan favorit Alvin saat lidahnya sedang pahit.







Langkah Alvin melambat saat melihat seseorang sedang berdiri didepan kasir. Raut wajah orang itu sangat muram, membuat Alvin entah kenapa malah tergerak untuk mendekat. Padahal orang itu adalah Galand, kakak kelas yang memukulnya tanpa alasan yang jelas. Hanya karena salah paham.

"Kak Galand?"

Orang itu menoleh. Sedikit terkejut, tapi tak merespon sapaannya. Kebetulan, petugas kasir juga sedang mengajak Galand bicara, sehingga Alvin harus menunggu Galand selesai dengan urusannya.

ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang