Sorry for typo...
"Belum selese ya?"
Alex bertanya pada Steven yang tengah melamun di depan ruang operasi. Steven seperti ikut melihat proses operasinya secara langsung walaupun ia hanya duduk diluar ruangan.
"Sudah hampir 7 jam, tapi belum selesai." Steven menghela, menatap Alex dan melirik ke arah orang yang tengah menangis di atas bangku untuk mengetahui siapa gerangan orang yang datang bersama Alex tadi.
"Siapa?"
"Bang Mahen. Nangis terus pas dikasih tau Alvin mau operasi hari ini."
"Doa aja."
Steven memberi nasehat kepada mereka untuk berdoa. Walaupun dalam hati juga Steven sangat risau. Tidak tenang karena waktu operasi yang dilakukan sudah melewati prediksi yang katanya hanya selama 5 jam akan selesai.Keluarga yang lain tidak disini. Steven sengaja menyuruh mereka untuk membawa Julia menenangkan diri. Julia sempat histeris saat melihat beberapa perawat keluar masuk ruang operasi, membawa beberapa kantung darah ke dalam karena Alvin mengalami perdarahan selama proses operasi dilangsungkan.
"Udah delapan jam Alvin didalem."
Ujar Steven membuat kedua saudara tidak sekandung itu langsung menoleh ke arah Steven yang tampak putus asa. Ia ingin tidur tapi tidak bisa karena setiap ia akan tidur selalu terbayang wajah Alvin yang memintanya untuk menunggu."Kenapa belum selesal?" tanya Julia yang sudah lebih tenang. Mereka memutuskan untuk kembali memantau Alvin dari luar.
Vincent duduk di samping Julia dan merangkulnya. "Sabar sedikit. Mungkin sebentar lagi akan selesai. Kau ingin minum kopi lagi?" tanya Vincent, Julia menggeleng.
Setelah sepuluh jam, operasi selesai. Dokter bedah yang bertugas keluar dan menjelaskan beberapa hal pada Julia dan Vincent. Tangis Julia pecah dalam dekapan Vincent. Wajah Vincent pun sulit dideskripsikan setelah mendengarkan penjelasan tadi.
Operasi berhasil. Alvin selamat. Namun, la koma.
🄰🄻🅅🄸🄽
Prediksi dokter Robin dan rekan dokter lainnya mengenai Alvin, jika pengangkatan tumor berhasil dengan baik, maka ia akan sadar setelah seminggu. Itu waktu paling lama. Julia dan yang lain berusaha sabar menunggu. Mereka menunggu Alvin semalaman. Tidak pergi sama sekali dari ruangan Alvin. Baju ganti pun sudah Steven bawakan. Julia dan Vincent tidak ingin melewatkan momen pertama saat Alvin sadar.
Pagi itu, Vincent terbangun lebih dulu. Bersiap untuk pergi ke kantor. Sudah terlalu lama ia mangkir dan beberapa hal harus diurus olehnya langsung. Vincent sudah berpakaian rapi saat melihat Julia tertidur dengan beralaskan lengan di samping Alvin. Vincent mendekati Julia. Dengan lembut, ia angkat tubuh Julia dan memindahkannya ke kasur ekstra yang sudah disiapkan rumah sakit untuk pasien kelas 1. Saat tubuhnya menyentuh kasur, Julia membuka mata. Spontan saja, Vincent mendesis pelan. Mengusap pipi Julia untuk menghipnotisnya agar tidur kembali.
"Kau mau ke mana?" panggil Julia dengan suara serak
"Aku harus ke kantor. Ada hal yang harus aku urus. Tidak akan lama."
Julia mengangguk. Ia memposisikan dirinya untuk duduk.
Vincent menarik Julia dalam pelukannya. Menepuk pelan punggung wanitanya dan melontarkan berbagai kata penenang."Tenanglah, Sayang, tidurlah. Alvin sedang berjuang dan kita harus sabar. Alvin kan anak kita yang hebat dan berani,"
Julia terisak mendengar kalimat itu. Perkiraan dokter, Alvin akan sadar setelah seminggu. Sekarang, sudah sepuluh hari, dan Alvin masih enggan mengakhiri mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
Fiksi PenggemarFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...