15. Insiden ICe Cream

1.1K 98 27
                                    


Sorry for typo...

Steven menunggui Alvin semalaman dirumah sakit. Sejak dipindah ke kamar rawat, Alvin belum kunjung bangun, kedua mata indah adiknya tetap terpejam sejak kemarin. Lagi-lagi adiknya harus mendapatkan tranfusi darah, saat cek darah kadar Hb Alvin menunjukkan kurang dari 6 g/dl dan Steven yang memiliki golongan darah yang cocok dengan adiknya berakhir menjadi pendonor sekali lagi karena kebetulan stok darah A sedang tidak tersedia di rumah sakit. 

Kemarin parahnya beberapa kali UGD yang mereka datangi sedang penuh pasien, sepertinya korban kecelakaan beruntun karena Steven sempat melihat banyak brankar membawa korban terluka parah berseliweran, sehingga Steven harus memindah Alvin ke rumah sakit lain yang lumayan jauh lokasinya dari rumah mereka. Hal itulah yang membuat Steven menyuruh kedua orangtuanya untuk tidak menyusul terlebih dulu. Alhasil kedua orangtuanya menurut karena memang jarak dari rumah ke rumah sakit tempat Alvin dirawat lumayan jauh, mungkin bisa satu jam lebih jika ditempuh dengan mobil walaupun jalanan lenggang.

Rupanya upaya yang dilakukan Steven kemarin lumayan membantu. Badan Alvin yang semula menggigil dingin berubah tenang. Alvin memang mendapatkan kehangatan setelah apa yang dilakukan Steven saat itu, dan Steven sebagai pelaku justru sampai memerah kepanasan. Gairah dalam diri Steven sempat meluap, untung saja bisa dikontrol mengingat ada pak Ali yang menyetir didepan. Bisa-bisa ia dilaporkan atas tindakan pelecehan seksual pada saudara kandung.




Bulu mata lentik adiknya bergerak-gerak, sebelum berkedip pelan dan perlahan mata indah itu terbuka dan menatap presensi Steven yang berada tepat di samping brankar. Steven yang melihatnya reflek memencet tombol bel untuk memanggil dokter. Tanpa berucap satu patah kata pun Steven beranjak keluar dari kamar rawat. Tidak mendengar panggilan lirih dari Alvin dibalik masker oksigen yang sudah berembun karena berusaha memanggilnya.

Tidak lama setelah Steven keluar, dokter langsung masuk ke ruang rawat Alvin.

"Selamat siang adek, dokter izin periksa ya?"

Dokter wanita bernametag Alya tersenyum manis saat memeriksa Alvin. Mulai dari mengecek denyut jantung, tekanan darah dan menanyai keluhan yang mungkin Alvin rasakan.

"Apa adek ada keluhan pusing, mual, dingin, gatal-gatal atau mungkin sesak napas?"

Alvin menggeleng, tangannya menyentuh masker oksigen yang ia pakai untuk minta tidak menggunakannya. 

"Sebentar ya, adek sudah tidak merasa sesak kan?"

Alvin mengangguk pelan kembali. Memandangi bagaimana Dokter Alya begitu cekatan mengambil peralatan yang Alvin tidak ketahui namanya sama sekali. Dokter Alya kemudian membantu Alvin melepas masker oksigen.

"Tadi malam adek sempat demam tinggi, semalam kakakmu nungguin disini sampai tidak tidur, jadi demam adek sudah lumayan reda paginya."

"Nah sudah selesai. Mau dokter panggilin kakak kamu?" 

"Alvin tidak dekat dengan kakak."

"Lho? tidak mungkin si, pasti kalian sedang bertengkar ya? hehe, biasanya memang kakak adik jarang akur. Tapi kemarin kakakmu terlihat sangat mengkhawatirkanmu lho."

Alvin tertegun, mengkhawatirkan ya? dokter ini tidak sedang bercanda kan?
Terakhir kali yang ia ingat juga kakak tertuanya itu mengomel. Belum lagi jika nanti ia bertemu Steven, mungkin setelah ini ia akan diejek habis-habisan gara-gara menyusahkan.

Alvin memilin selimut. "Dok, saya boleh balik rumah sekarang ngga?"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Mata bocah dihadapannya ini berbinar saat meminta pulang. Bahkan Dokter Alya saja sampai gemas dan tidak tega, apalagi kita.




ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang