Sorry for typo...
Alvin sebenarnya sempat demam ringan semalam. Meski demamnya mereda saat pagi hari tapi Julia benar-benar tegas meminta Alvin untuk istirahat manis di rumah. Bundanya ngambek saat Gerry keceplosan memberitahu jika Alvin hampir kecelakaan kemarin sore. Bunda mana yang tidak khawatir jika anak bungsu kesayangannya keluyuran diluar rumah hingga hampir waktu isya, apalagi kemarin malam itu ada badai. Ya, walaupun waktu main anak cowo dan cewe itu beda, tapi Julia selaku bunda beranak bujang tentu saja ingin memiliki setidaknya satu anak perempuan sebagai teman di rumah. Dan Alvin yang selalu menjadi sasaran, berhubung dia anak yang penurut.
Kemarin malam...
Julia memeluk Alvin erat saat Gerry dan Rafiv akhirnya membawa pulang adik bungsunya ke rumah. Dalam keadaan basah kuyup Alvin meringis mendapati bagaimana tatapan kakak-kakaknya itu tampak ingin marah. Bahkan Gerry sekalipun memasang raut garang pada Alvin, baru kali ini ia diberi tatapan mengerikan dari Gerry dan Rafiv yang biasanya memberinya pembelaan.
"Mandi ya sayang, pake air anget. Mandinya jangan lama-lama, habis itu pake baju anget biar ngga kedinginan."
Alvin mengangguk patuh dan segera melesat ke kamar mandi dekat tangga. Ia tidak mungkin menuju kamarnya diatas dengan air yang mengucur dari bajunya yang basah itu, bisa-bisa lantai menjadi kotor dan licin. Tadi saat masuk rumah saja Alvin sempat ragu karena keadaannya yang basah kuyup bisa mengotori lantai rumah berkeramik mewah itu. Tapi karena Julia menariknya untuk masuk, akhirnya Alvin menurut begitu saja saat Julia menuntunnya ke dalam.
"Tadi Alvin ketemu dimana bang?"
"Di deket pom bensin alun-alun bund."
"Lho, jauh amat. Sendirian?"
"Tadi sama cewe, sepedaan. Alvin yang bonceng cewenya."
Julia geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Gerry. Anak terakhirnya itu jelas-jelas masih bayi dan mainnya terlalu jauh untuk bayi yang baru lepas dari cangkang.
"Tadi hampir ketabrak mobil lewat Bund. Alvin ngga nengok kanan kiri jalan dulu pas mau nyebrang. Untung aja adek reflek mundur, kalo ngga..."
Gerry sudah tepuk-tepuk dada membayangkannya.
"Mungkin cuma jasad Alvin yang pulang."
Rafiv yang duduk disamping Gerry ikut menimpal. Membuat Julia termakan oleh omongan berlebihan anak ketiganya itu.
Air mata dari pelupuk mata Julia menggenang saat melihat Alvin sudah keluar dari kamar mandi dan mendekat ke ruang TV.
"Bunda, Alvin mau tidur sama bunda boleh?"
Pertanyaan Alvin seperti angin lalu, tidak ditanggapi oleh bundanya. Dan Alvin mengulangi permintaannya sekali lagi tapi malah mendapat jeweran pada telinga kirinya dari Julia.
"Alvin udah mulai bandel, Bunda ngga suka."
Kedua mata yang tadi berbinar penuh harap ingin tidur dengan bundanya kini menghilang, digantikan dengan raut merasa bersalah.
"Bunda, Alvin minta maaf. Alvin ngga akan nakal lagi. Alvin janji. Tadi Alvin kesenengan main sampe lupa waktu, maaf ya Bunda. Alvin ngga akan gitu lagi."
Alvin menyatukan kedua telapak tangannya ke depan dada. Memohon maaf dengan penuh sesal.
"Bunda ngga percaya."
Meski Alvin sudah menunjukkan rasa menyesalnya pada Julia, namun Bunda satu ini menahan diri agar tidak luluh begitu saja dengan permohonan yang mungkin akan terjadi lagi berikutnya. Mengingat bagaimana pengalamannya menghadapi ke empat anak bujangnya yang memang selalu mengulang kesalahan yang sama membuat Julia tidak akan memaafkannya begitu saja. Anak bungsunya ini harus dibuat jera agar setidaknya punya rasa segan saat melanggar batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...