Sorry for typo...Julia memegangi tangan Alvin dan tidak berhenti mengecupnya. Pipinya sudah sangat basah. Ia benar-benar berlari menuju ke sini, meninggalkan sepatu ber-hak tingginya di dalam mobil sehingga berlari ke rumah sakit tanpa mengenakan alas kaki. Saking gugupnya.
Alvin mulai bergerak. la mengernyit, meringis seperti ada yang sakit.
"Mana yang sakit, Sayang?" Julia langsung berdiri, mengusap kening sang anak.Alvin membuka mata, lalu merengek. "Bunda... sakit."
"Di mana sayang? Biar bunda marahi sakitnya."
"Punggung," rengek Alvin.
"Kepala." Alvin memiringkan tubuh menghadap Julia. Julia langsung berdiri untuk mengusapi punggung Alvin sambil merapalkan doa doa pengusir rasa sakit.
Hingga satu jam lamanya, Alvin baru bisa kembali tidur dengan tenang. Satu tangannya menggenggam tangan Julia untuk menahannya agar tidak pergi. Alvin sedang mode manja kali ini.
"Udah tidur?"
"Udah."
Jawab Julia sambil berbisik. Sedari tadi satu tangannya tidak berhenti mengusap kepala Alvin. Takut jika ia berhenti malah akan membuat Alvin terbangun dan merasa sakit lagi."Syukurlah."
Vincent meletakkan tas berisi pakaian kantornya ke atas sofa, ia akan menginap disini dan berangkat dari rumah sakit menuju kantor besok paginya.
"Anak yang mengantar Alvin ke sini mana mas?"
"Oo... Udah pergi, katanya ayahnya juga dirawat disini."
"Yahh.. Padahal aku mau bilang makasih ke anaknya. Dia anak yang waktu itu main ke rumah kan?"
"Iya, akhir-akhir ini anak kita sering main sama anak itu."
🄰🄻🅅🄸🄽
Alvin berjalan dengan santai di lobi rumah sakit, la tidak mengenakan baju rumah sakit. Jaket bergambar hulk dan celana jeans menjadi seragam untuk apapun kegiatannya hari itu.
Saat itu, Gerry baru selesai kelas lebih awal daripada saudara kembarnya yang mengambil mata kuliah tambahan. Sebelum menuju ruang rawat adiknya, Gerry membeli beberapa potong sandwich dikantin rumah sakit terlebih dahulu. Tapi malah menemukan Alvin yang celingukan di lobi. Seperti sedang memeriksa keadaan, apakah ada yang mengikuti atau tidak.
Gerry ingin memanggilnya, tapi ia urungkan karena penasaran sebenarnya Alvin hendak ke mana karena terlihat seperti orang bingung. Gerry pun memutuskan untuk mengikuti Alvin keluar dari pintu rumah sakit. Semakin lama, langkah Alvin semakin cepat. Ketika sampai di bundaran taman, kaki Alvin tersandung dan hampir saja tersungkur. Namun, ia masih memiliki gerak refleks yang baik, sehingga berhasil menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Alvin menunduk, menemukan tali sepatu kanannya yang ternyata lepas. la berjongkok memasang tali sepatu, tanpa memperhatikan sekitar. Padahal ia sedang berada di tengah jalan yang dilalui oleh mobil yang hendak menurunkan pasien.
"Alvin!!"
Gerry berteriak dan berlari menyusul ke tengah jalan sambil menghalangi Alvin yang tengah menunduk.
Tersenyum kikuk pada supir yang membawa Ambulance.
"Maaf Pak. Adik saya agak ceroboh."
Gerry meminta maaf pada sopir Ambulance yang seperti akan emosi. Hampir saja supir itu dipecat jika menabrak seorang anak yang tidak memperhatikan jalan.
"Lain kali dibilangin adiknya mas. Jadi resiko saya ini kalo tadi ngga ngerem mendadak."
"Iya Pak. Sekali lagi saya minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN PARKER (END)
FanfictionFamily Brothership Alvin dan kesehariannya dengan keluarga Parker yang menganggapnya seperti bayi. "Cup cup cup. Udah ah nangisnya. Besok ayah beliin motor matic kalo adek nurut hm?" "Janji?" Tanya Alvin sembari mengelap air matanya menggunakan len...