28. Dua Hati yang Bersatu

719 82 20
                                    


Sorry for typo...








Ada angin ada hujan. Entah ini yang keberapa kalinya Alvin ber-oh tidak percaya. Steven mengabarinya untuk pulang tepat waktu karena Alvin akan segera bertemu calon kakak iparnya nanti malam.
Bahkan sesampainya dirumah, Alvin masih tidak menyangka dan benar-benar merekcoki abangnya yang sedang membungkus kado, tumben.
Alvin kira abangnya payah dalam membungkus hadiah. Namun ternyata anggapannya salah, ini bahkan sudah kado kelima yang Steven bungkus untuk oleh-oleh yang akan ia bawa ke rumah calon mertua. Hadiah yang entah apa isinya itu sudah terbungkus rapi dan cantik dengan hiasan pita yang diikat.










Setelah melihat calon kakak iparnya secara langsung, Alvin dibuat terpesona dengan kecantikan wanita bernama Alya. Entah mengapa setiap melihat calon kakak iparnya itu bisa membuat suasana hatinya tenang. Steven sudah jelas tidak salah memilih, Alya adalah gadis dengan kepribadian ramah dan mudah bergaul, melengkapi kepribadian Steven yang introvert dan susah gaul.

"Jadi ini adekmu yang paling kecil ya bi?"

Tanya Alya pada Steven yang tengah menikmati obrolannya bersama calon ayah mertua. Gara-gara gabung dengan orangtua, vibes bapak-bapak Steven pun mulai terlihat. Bahkan Steven yang paling banyak berbicara.

Gerry dan Rafiv, keduanya malah saling berbisik. Menggosip dan mulai memberi penilaian mengenai hubungan kakaknya dengan Alya. Seperti yang kita ketahui bahwa abang mereka adalah sosok yang pendiam dan pemarah. Tapi begitu sudah disini, mendadak jadi melembut.

"Heh, lo denger kan tadi mba Alya panggil abang pake bi? babikah? hahaha. "

Tawa Gerry begitu keras sampai membuat orang-orang sekitar sempat menengok ke arah keduanya, menatap saudara kembar tidak identik itu dengan tatapan bingung.

Rafiv sebagai yang lebih tua hanya tersenyum canggung. Kembarannya ini memang suka bikin Rafiv malu memalukan. Suaranya yang sudah seperti terompet tahun baru itu suka susah dikontrol.

"Bi itu panggilan sayang cok!"

Bisik Rafiv dengan suara tegas, bahkan tidak memakai nama saat menyebut saudaranya sendiri. Lagipula sudah tahun 2024 tapi si Gerry bocah tengil ini kudetnya minta ampun. Main game pun masih super mario, tidak upgrade ke permainan yang lebih canggih. Katanya si, karena main super mario itu gampang dan ngga bikin stress. Apalagi game nya offline dan tanpa dipungut biaya.

Tidak hanya game super mario, Gerry juga masih setia memainkan game tetris, pou, cooking mama, my talking angela, plants Vs zombie pun yang versi lama. Katanya game jaman dulu lebih seru. Lagipula yang ia ingin dapatkan dari game adalah sebagai hiburan, bukan malah jadi depresi.











Alvin meneguk ludah kasar saat dihadapannya terdapat piring berisi nasi serta lauk pauk yang menggunung. Pelaku yang menyiapkannya adalah Steven dan Alya.
Mereka berdua sepertinya tidak memikirkan perut kecil Alvin yang tidak bisa menampung makanan dalam porsi besar. Terlalu asik dengan dunianya sendiri sampai orang-orang yang melihat jadi mesam-mesem ingin meledek tapi tidak mau mengganggu keasikan kedua calon pengantin ini.

Ya, sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan. Mungkin persiapan 1 bulan sudah cukup, mengenal keduanya adalah keluarga konglomerat. Jadi urusan biaya tidak perlu utang sana sini.
Karena kebanyakan orang setelah mengadakan pesta pernikahan malah tidak menikmati bulan madunya leluasa karena masih ada tanggungan hutang yang menggunung.

"Alya."

Tidak tahan melihat anak gadisnya yang seolah terhipnotis oleh Steven. Pak Rois selaku orangtua berusaha menyadarkan anaknya sendiri. Karena jika dilihat-lihat, Alvin jadi tampak menderita saat duduk di tengah-tengah keduanya.
Pak Rois ikutan merasa risih dengan kelakuan gadis dan menantunya yang bermesraan tidak tahu tempat. Alvin sudah seperti anak itik yang terjepit diantara dua angsa besar jika dilihat-lihat.






















ALVIN PARKER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang