Rabu.
Waktu terasa begitu lambat. Maksudnya, sengaja Emma membuatnya menjadi tidak lebih cepat dari biasanya. Ia lebih sering keluar kamar, meski tidak bertemu siapa-siapa dan hanya memandangi ruangan-ruangan yang kosong. Miller belum bertemu lagi dengannya, baru 21 jam saja rasanya sudah satu minggu. Emma rindu sekali dengannya. Meski dingin dan sikapnya parah, Emma tetap ingin melihat Miller dengan sering akhir-akhir ini.
Selain itu, semenjak kondisi tubuhnya semakin parah, ia mencoba menikmati pemandangan rumahnya lekat-lekat dengan menghabiskan waktu berjam-jam keliling rumahnya yang luas. Menikmati setiap detailnya. Desainnya. Fasadnya. Interiornya. Mencari retak di tembok, menyentuh debu di atas guci, dan merasakan duduk di setiap jengkal sofa. Dari lantai satu ke lantai dua, lalu ke lantai tiga yang merupakan balkon santai. Sudah lama ia tidak ke atas sana. Seakan baru ingat ada payung putih besar yang bisa dibuka dan ditutup. Disinilah dulu Abraham menghabiskan waktunya membaca buku.
Akan kulakukan nanti, batin Emma lalu berbalik meninggalkan lantai tiga.
Ia tidak masuk sekolah lagi. Menunggu-nunggu kabar dari grup kelas juga tak kunjung ada. Mungkin satu hari ini saja ia beristirahat, tubuhnya akan kembali normal. Harapannya sih begitu. Terlebih lagi ada rasa malas yang entah kenapa datang menyergapnya hari ini. Mendukungnya untuk semakin jauh dari sekolah dan teman-temannya.
"And the memories bring back memories bring back you..." Suara Emma tidak jelek, jadi ia pede-pede saja bersenandung sambil jalan-jalan dan memandangi setiap lukisan dan foto di koridor rumah. Semua serba putih dan selalu bersih. Ia baru sadar rumahnya begitu nyaman dan agak sedikit menyesal kenapa baru melakukan tur pribadi seperti ini setelah ia bisa menebak usianya tidak akan lama lagi?
Agatha muncul dari belokan koridor. Ekspresinya cemas. Saat melihat Emma, ia langsung bersandar di dinding lorong dan menyentuh dadanya. "Ya Tuhan. Kukira kamu kemana.." Ia menghembuskan nafas lega.
Emma, yang sudah membuat panik Agatha, hanya nyengir. "Dokter Brennet sudah datang ya?"
"Sudah." Agatha menegakkan tubuh. "Dia juga membawa buku-buku untukmu.'"
Mendengar itu, Emma sumringah girang. Sudah saatnya berpetualang ke dalam dunia fantasi. Targetnya adalah membaca novel sebanyak mungkin, terutama buku bagus dan berpredikat harus dibaca minimal sekali seumur hidup, sebelum ia meninggalkan semuanya.
🎨🎨🎨
Kejadian beberapa bulan lalu seakan terulang kembali. Ada seseorang asing yang memarkirkan mobilnya di depan gerbang Effingham. Mobilnya Jeep besar—hasil meminjam dari seorang paman rentenir—berwarna abu gelap, dengan ban gemuk yang mengancam. Jika dulu yang dilaporkan kamera ponsel pak satpam adalah Laura—mantan pacar Mr. Taylor—yang merokok dengan santainya seperti menanti-nanti sesuatu di jok sopir. Kali ini, seseorang itu juga sedang merokok. Bedanya, ia menghisap rokok elektrik yang aroma manis apelnya menguar keluar jendela. Kedua, dia tidak sedang menanti seseorang. Dia hanya memandangi gerbang sekolahnya dengan perasaan yang sukar dijelaskan.
Semester lalu, ia masih ingat bagaimana Principal Grazer mengaum padanya setelah mendengar apa yang ia perbuat pada seorang siswi kelas 10. Kepala sekolah mengamuk besar sampai hendak memukul wajahnya saking kesalnya. Amarah itu mengantarkan keputusan bulat Principal Grazer pada mencoret namanya dan teman-temannya dari daftar murid Effingham High School—hari itu juga. Itu adalah kasus kenakalan paling mengerikan yang terjadi di sekolahnya. Bahkan, termasuk ke dalam tindak kriminal paling parah.
Sorenya, ia sebagai biang keladi dan satu-satunya pelaku the rapist, resmi ditahan polisi. Teman-temannya ikut tersiksa dengan segala bentuk interogasi karena kasus berbeda, dealing drugs. Motor dan mobil yang geng itu bangga-banggakan disita orang tuanya. Semua gaya hidup serba mewah dan hak istimewa dari keluarga kaya yang sudah disalahgunakan itu resmi hilang dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]
RomanceWAKE ME UP WHEN I SLEEP 4. The Anderson family-more specifically their children-are known as siblings who are busy with their respective works. Even though they lived in the same large semi-palace house for many years, their warmth was indeed very s...