Alex sedang memandangi foto kedua orang tuanya. Lebih tepatnya, foto pernikahan mereka. Abraham dan Anne nampak seperti pasangan serasi dari keturunan darah biru. Hanya saja, di mereka bukan sedang duduk di dalam kereta kuda, melainkan mobil Volkswagen yang dihias bunga-bunga di atasnya—mobil hadiah pernikahan. Kewibawaan dad bisa terlihat jelas hanya melalui sebuah potret, sedang keanggunan mum terukir melalui senyumannya yang menyejukkan.
Alex mendongak, tepat menghadap ke cermin di seberang kamar. Wajahnya mirip sekali dengan dad. Mata biru terang, sedikit bintik di sekitar hidung, dan rambut cokelat hampir pirang yang tidak terlalu tebal.
Alex mengusap wajah. Ia memang tidak begitu mirip dengan Emma—gadis itu jauh lebih mirip dengan mum; mata cokelat, rambut cokelat gelap, dan kulit mulus tanpa bintik. Pantas saja banyak orang yang mengira Emma bukanlah seseorang yang bersamanya sejak dalam rahim. Banyak yang menerka mereka pasangan, itulah sebabnya Alex seringkali percaya diri bila sedang jalan-jalan dengan Emma—banyak cowok suka menggodanya, tapi Alex bisa bertindak sebagai pacar bohongan dan membuat mereka spontan menjauh dengan perasaan rendah diri.
Alex berulang kali berpikir malah yang seharusnya menjadi kembarannya adalah Miller—dengan sifat keras yang mirip, atau Robert—dengan karakter suka jahil yang melekat. Sebab dari fisik pun hidung ketiganya jauh lebih lancip, tidak sebulat Emma dan Albert. Alex baru menyadari juga ia banyak sekali perbedaan dengan kembarannya sendiri, selain soal fisik. Sifat, sudut pandang, hobi, pelajaran kesukaan, sampai gaya komunikasi. Emma jauhebih sabar dan pendiam, juga tenang dibandingkan dirinya. Secara teknis, jauh lebih dewasa, dengan seringkali menuntun Alex menjauhi kebiasaan buruknya, seperti selalu bertanya banyak hal dibarengi dengan menceritakan segala yang dilihat.
Namun sekarang, situasi menjadi terbalik. Emma jadi lebih ceria dan banyak bicara, sedangkan Alex selalu murung, bahkan di depan Kim sekalipun. Ia memang sudah terbebas dari jerat depresi yang sempat mampir sebentar ke dalam kehidupannya, tapi tetap saja sekarang ia sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi.
Aku dan Emma sudah bersama-sama sejak di dalam perut mum. Kami selalu bersebelahan setiap saat, masa kecil kasur kami sengaja dijajarkan, setelah remaja posisi kamar kami pun berdempetan. Mungkin saja ketika dewasa rumah kami jadi tetanggaan. Bahkan setelah meninggal, nisan kami juga bisa saja akan berdekatan.
Aku bangun selalu melihatnya, sebelum tidur juga melihatnya. "Dimana ada Emma, disitu ada Alex" begitulah ungkapan yang diberikan teman-teman di sekolah. Jika menangis aku pasti mengadu padanya, sebab dia akan menenangkanku. Dia adalah kekuatan penyembuh paling utama dalam hidupku. Bisa dikatakan Emma adalah rumah bagiku. Kami melewati masa suka dan duka, menghadapi kedewasaan kakak-kakak kami yang sama-sama jatuh bangun beradaptasi dari kesedihan akibat kepergian mum dan dad, juga berjuang dengan dirinya masing-masing. Kami adalah satu-satunya orang di dalam keluarga yang belum pernah berjumpa dengan mum dan dad. Kami juga ditakdirkan sempat memiliki isu kesehatan mental dan punya psikolog sebagai terapis yang sama.
Lalu... Apakah suatu hari nanti aku akan menyadari bahwa kamar di sebelahku akan kosong, tak ada lagi yang menjambak rambutku kalau sudah kecanduan main game, dan aku akan berangkat sekolah sendirian dan tidak menjemput Emma di kelasnya lagi?
Benarkah dalam waktu yang singkat ini aku akan kehilangan dirinya? Setelah apa yang selama ini kita lalui bersama?
Katakan padaku, Tuhan, bahwa Dokter Brennet memang meracau. Dia bukan penentu takdir, tapi hanya tukang menebak. Dia memang ahli medis, tapi bukan ahli kematian. Emma bisa saja hidup berpuluh-puluh tahun lagi, 'kan, Tuhan? Bukan 6 bulan lagi? Mungkin sekali 'kan, Tuhan, Emma akan bertahan melebihi vonis yang diberikan padanya? (Tapi bagaimana jika jauh lebih cepat dari yang telah diperkirakan)?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]
RomanceWAKE ME UP WHEN I SLEEP 4. The Anderson family-more specifically their children-are known as siblings who are busy with their respective works. Even though they lived in the same large semi-palace house for many years, their warmth was indeed very s...