Emma dan Alex tidak pergi ke sekolah. Pagi yang menegangkan ini, para Anderson sudah berkumpul rumah sakit. Termasuk Fransesca dan Stefan, juga Bibi Jade dan Paman Peter-sebab mereka satu-satunya keluarga jauh yang tinggal di Inggris.
Miller sedang terbang melewati langit Amerika dan Inggris, menaiki air ambulance sebagai medical evacuation untuk dipindahkan ke rumah sakit di Surrey. Kondisinya masih tidak sadarkan diri setelah percobaan bunuh diri yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Polisi berkata, jika saja pipa di gudang Albert kokoh, Miller mungkin tidak akan selamat. Untungnya, pada sekitar detik ke-20, saat Miller mengalami rigiditas dekortikasi dan rigiditas desebrasi (lengan dan tungkainya bergerak spontan, tubuhnya meronta dan menarik tali di lehernya), pipa itu lepas karena tidak kuat menahan beban Miller.
"Pipa? Aku tidak pernah mendengar ada pipa di sana," kata Alex, dia yang masih sanggup banyak bertanya, sementara Emma sudah tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.
"Di Amerika Utara memang umum ada pipa ventilasi udara di gudangnya," kata Stefan, selalu bisa menjawab pertanyaan Alex.
Albert sibuk dengan ponselnya, memandangnya, menaruhnya di telinga, memandangnya lagi. Fransesca mengusap tangan Emma dan menghampiri Albert yang nampak sangat terdesak dan tergesa-gesa.
"Kak," panggil Fransesca. Albert hanya memandang sesaat dengan gumaman sebagai sahutan.
"Mau minum? Kau terlihat sangat panik." Fransesca menahan tangan Albert yang hendak menaruh ponsel di telinganya lagi. Albert akhirnya menutup telepon yang selama ini ia sambungkan pada nomor penyelidik. "Mereka sedang memeriksa penyebabnya, Albert. Duduklah."
Albert menurut tanpa banyak bicara, ia duduk bergabung bersama Bibi Jade yang sedang menjadikan tubuhnya sebagai sandaran Emma tidur. "Dia mengeluh sakit?" tanya Albert pada Bibi Jade.
"Tidak," geleng Bibi Jade. "Dia hanya mengantuk." Bibi Jade menunduk sedikit, memandang wajah damai Emma yang tertidur dengan nafas yang berbunyi melalui selang oksigennya.
Albert mengusap wajahnya dengan kedua tangan, frustasi. "Tahun ini benar-benar... Ah, hilang masalah satu muncul masalah lain." Albert mendongak memandangi lampu lobi Emergency Waiting Area rumah sakit. Wajahnya begitu nanar dan lelah yang tidak bisa dideskripsikan.
"Sebenarnya bukan masalahnya yang banyak," Bibi Jade menyahut. "Masalahnya hanya satu. Tapi besar, mengakar, dan belum selesai."
Albert mengangguk dan menyandarkan kepalanya di tembok. "Iya, berdua ini nih-" Albert mengedikkan dagu ke arah Emma yang sedang nyenyak terlelap. "Mau gak mau saat Miller bangun sebaiknya kita mediasi saja-atau gimana baiknya ya Aunt?"
"Kita lihat kondisinya saja. Memang sebaiknya Emma dan Miller perlu berbicara dengan cepat," jawab Bibi Jade dengan jemari yang menyapu lembut sisi rambut Emma.
Emma terbangun. Tubuhnya mengalami hypnic jerk lagi, tersentak secara mendadak. Albert dan Bibi Jade segera memeriksanya. "Kenapa sayang?" tanya Albert.
Emma menggeleng dan ia duduk menegakkan diri. Ia melihat ke sekeliling dengan mata yang sayu dan mengantuk. Ia melihat Albert dengan sadar tidak sadar, lalu memeluk lelaki itu dan lanjut tidur. Albert langsung melingkarkan lengannya di sekeliling tubuh Emma. Menyayangi adik perempuannya dengan rasa cinta yang besar. Albert memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di atas kepala Emma. Mereka berdua adalah saksi kehidupan Anderson yang pahit selama beberapa waktu terakhir ini. Paman Peter tersenyum melihat kedekatan Albert dan Emma yang patut diacungi jempol. Ketika tidak ada peran orang tua di sekitar mereka, para saudara Anderson tetap saling menguatkan dan melengkapi satu sama lain.
Yah... Paman Peter menghela nafas dan memandang ke arah pintu kedatangan air ambulance. Setidaknya satu orang lagi untuk benar-benar melengkapi semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]
RomanceWAKE ME UP WHEN I SLEEP 4. The Anderson family-more specifically their children-are known as siblings who are busy with their respective works. Even though they lived in the same large semi-palace house for many years, their warmth was indeed very s...