The Robert's Oddity

30 7 2
                                    

"WOAH!" Emma berteriak lantang setelah melihat seseorang berbaju serba hitam duduk di meja belajarnya. "NGAPAIN KAMU DI SINI, ROBERT?"

Robert yang sedang ngemil gummy super manis tapi sama sekali tidak merasa enek, malah mengedikkan bahu cuek. "Melihatmu tidur."

Emma duduk dan mengusap rambutnya yang kusut menjuntai-juntai. Dia baru saja membuka mata dari mimpi aneh soal Robert yang tenggelam ke danau, dan ketika membuka mata orang itu ternyata masih hidup dan duduk di kamarnya. Dia sungguh kaget sebenarnya, sampai jantungnya yang belum siap bangun tiba-tiba saja berdetak agak ribut. Seperti baru melihat orang mati hidup lagi.

"Ngapain melihatku tidur? Tidak ada gunanya." Emma membalas ucapan Robert sambil menahan diri untuk tidak menyentuh dada kirinya. Ia melirik pintu kamar yang terbuka, terdengar suara ramai Fransesca yang tertawa-tawa bersama Alex.

Robert turun dari meja belajar Emma dan semakin terlihat jelas baju hitamnya yang dikira kaos, ternyata adalah kemeja formal lengan pendek dan terusan hitam. Lelaki itu datang dan mengacak-acak rambut Emma lagi, membuat gadis itu mengeluh kesal. "Berhenti membuatku sebal!" seru Emma.

Robert terkekeh, masih mengunyah gummy manis itu. "Kalau aku berhenti mengganggu, nanti siapa yang bakalan membercandaimu?"

Emma mendelik. "Bodo amat." Lalu ia melirik permen itu. "Loh, itu 'kan permen punya aku?!"

Robert mengangkat bungkus jingga itu, seperti mengamati designnya. "Oh ya? Gak tahu. Aku nemu dia tergeletak di atas meja."

Setengah kelopak Emma menurun, lelah dengan kelakuan kakaknya. "Itu hadiah dari Kim, tahu. Tadinya aku gak akan buka sampai nanti selesai periksa gigi sama Fransesca. Tapi gak apa-apa deh kalau mau dihabiskan juga."

"Gigimu sakit?"

"Tidak, kok. Cuman.. gara-gara obat sirup yang kemarin itu, aku jadi gak bisa tahan makan atau minum yang terlalu panas atau terlalu dingin. Entah ada hubungannya atau tidak, yang pasti jadi lebih sensitif," jelas Emma.

"Iya. Sensitif. Kayak suasana hatimu akhir-akhir ini." Robert berujar lagi.

Emma mengerutkan dahi dan mendelik. Dia sadar selama seminggu terakhir entah kenapa ada yang menyenggol sedikit ia langsung naik darah. Alex saja sempat dibentaknya karena tiba-tiba masuk kamar tanpa mengetuk. Padahal biasanya juga anak cowok itu selalu begitu. Atau... Emma tiba-tiba saja merasa hatinya dongkol parah karena Mr. Taylor tidak bisa masuk kelas online hari Kamis kemarin. Emang tuh guru sesibuk apa, sih? Kayak menteri saja, begitulah batinnya berucap.

"Jangan lupa gosok gigi kalau udah makan ini." Robert melempar dengan santai permen itu ke atas selimut yang masih membalut setengah tubuh Emma. Robert melengang pergi, Emma ingin sekali bertanya kenapa ia memakai baju hitam-hitam resmi seperti itu. Sebab setahu Emma dan yang lainnya, Robert selalu memakai baju cerah ceria dan terkadang menyilaukan seperti hijau limun.

Namun, karena pikiran Emma sudah memikirkan bagaimana sikapnya agak buruk akhir-akhir ini dan mulai takut apakah ada saudaranya yang sempat terluka karena ucapannya—terutama Alex. Padahal, semua kakaknya sudah mengerti betul dengan kondisi emosional Emma yang sedikit banyak memang nampak berubah. Dokter Brennet berkata secara fisiologis penyebab Emma sering marah, bete, dan gundah adalah karena pengaruh obat-obatan yang cukup keras, dan secara psikologis Emma memendam perasaan bosan dan rindu dengan sekolah. "Benarkah? Bukan karena ada hal yang membuatnya tidak betah di rumah, 'kan, dok?" Fransesca sempat khawatir Miller melakukan sesuatu yang menyebalkan pada Emma.

"Selagi dia masih mau berkumpul dengan kalian—ditambah lagi dengan bukti ia selalu menghindari pertanyaan soal teman-teman yang ada di sekolah—kita bisa membuat judgment sementara bahwa Emma memang berada dalam keterjebakan situasi yang tak pasti," jelas dokter Brennet, didengarkan oleh Alex, Albert, Robert dan Fransesca. Miller? Entah kemana. "Tidak ada orang yang bahagia dengan kondisi seperti itu. Makanya saya juga sempat heran dia masih bisa-bisanya menertawakan video konyol di internet dengan terbahak-bahak padahal sehari sebelumnya ia sudah tahu perkiraan sisa usianya."

THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang