Those Visitors

20 6 2
                                    

Pembagian rapot Effingham High School sedang dilaksanakan secara online. Para siswa hampir semuanya menyalakan kamera, menampilkan bagian wajah sampai dada mereka yang berseragam almamater berwarna hitam, dengan logo sekolah kesayangan—yang takdirnya sedang malang—dan sebagian kecil yang lain pada slide akhir, menutup kamera mereka; orang tua murid yang kemarin menjadi korban dan Emma seorang.

Para guru berwajah semu, meski ekspresi mereka tetap tersenyum—tentu saja jenis yang dipaksakan. Principal Grazer, setelah selesai memberikan sambutan, ia sempat menutup kamera dan muncul dua menit kemudian dengan mata merah dan basah, juga mengusap ujung hidungnya yang berair. Meski dilaksanakan secara virtual, namun semua orang bisa merasakan ada kepedihan yang menyelimuti aplikasi meeting online ini. Tidak ada yang bertahan tersenyum begitu lama. Bahkan beberapa anak mulai menutup kamera mereka saat video in memoriam menampilkan kenangan Mr. Steve dan para korban penembakan. Room chat dipenuhi dengan emoji "🥀". Suasana satu bulan terakhir memang sungguh penuh dengan ketegangan yang luar biasa, juga tetesan air mata, dan perasaan yang terguncang.

Mr. Taylor berada di ruang tamu rumahnya. Ia duduk dengan sebelah kaki yang sedang diganti perban oleh mum, sebab lukanya tiba-tiba menganga lagi. Sambil menahan pedih akibat alkohol yang ditetesi ke kakinya, Mr. Taylor kembali memainkan kursor laptop dan menggerakkannya ke halaman slide peserta paling akhir. Emma tetap ada di sana, menutup kameranya dan tersisa nama saja. Alex Anderson, dengan rambut mencuat bagian atas khasnya tetap muncul memakai seragam juga. Ia berwajah datar, seperti mengantuk, entah mendengarkan susunan acara atau memang menahan kantuk.

Ms. Ronan dan Mr. Frederick menjadi pembawa acara khusus mengumumkan prestasi gemilang dari para murid—juga guru—Effingham High School. Pada acara kali ini, tentu saja berada satu frame dengan latar belakang desain, "After School Year, Welcoming a New Page".  Mereka berusaha tampak begitu ceria dan itu ternyata berhasil, sampai-sampai bisa dilihat beberapa anak langsung memberikan reaksi tepuk tangan dan love virtual ramai-ramai dan membuka kamera mereka lagi. Beberapa murid yang juara lomba akademik sampai non akademik ditampilkan foto dan namanya—termasuk Emma yang memenangkan kejuaraan paper ilmiah antar SMA. Dan tepat setelah Ms. Nichole—ibu Mr. Taylor—selesai mengobati kaki anak bungsunya, nama Taylor H.M. Carpenter, M.A menerima sertifikasi internasional guru profesional terbaik dan memenangkan The Most Favorite Teacher of Year 11 & The Outstanding Teacher of Year. Mr. Taylor menjadi guru paling disukai murid Effingham kelas 11, tapi juga menjadi guru yang memberikan pekerjaan maksimal dan mengagumkan terhadap administrasi belajar mengajar tahun ini. Mum sampai bertepuk tangan meski dengan kotak obat menggantung di jemarinya.

"Aku tidak pernah bisa membayangkan Taylor yang nakal bisa membanggakan seperti ini," ujar mum dan membuat Mr. Taylor nyengir lebar.

Mr. Taylor bisa melihat Mr. Davis sedang tersenyum simpul, ia satu-satunya guru yang tidak memberikan tepuk tangan virtual.

Puas, saingan? Batin Mr. Taylor agak kesal. Ia sudah membuktikan pada kolega kerjanya sendiri yang sok menyainginya di sekolah, padahal Mr. Taylor tidak pernah menyenggolnya sama sekali.

Selama sisa acara, untuk beberapa saat, Mr. Taylor kembali berharap Alex bergerak menarik Emma ke sisinya dan mereka berada satu frame. Namun nihil, bahkan setelah pengumuman ranking akademik dari setiap kelas—dan Alex juara umum tahun 11—Emma tak kunjung terlihat di layar, namun ia memberikan reaksi tepuk tangan virtual.

Bagaimana perasaan Emma, ya? Kelas 10 kemarin dia ranking 1 dan juara umum ke 2 satu angkatan. Sekarang malah mendadak juara ke 14 di kelas.

Mr. Taylor sempat mencemaskan apakah Emma   terpukul dengan hasil akademiknya yang turun drastis atau malah merasa baik-baik saja akan hal tersebut. Barangkali prioritasnya saat ini bukan seberapa besar ambisinya terhadap nilai rapor, melainkan bertahan hidup tanpa selang oksigen saja rasanya sudah lebih dari cukup. Toh, Emma juga sudah memenangkan sebuah lomba non akademik di luar sekolah.

THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang