I Promise to Not Respond You Again

24 7 4
                                    

Hashtag, Sunday baking.

Aku duduk menonton Agatha memasukkan dough cookie buatanku ke dalam microwave. Aku membetulkan selang oksigen di hidungku. Dokter Brennet duduk di sebelahku sambil memakan cookie rasa kacang.

"Seharusnya besok kamu bawa tabung oksigen ke sekolah," ucap dokter Brennet. "Jadinya biar gak kayak Jum'at kemarin. Pulang-pulang sesak nafas, 'kan?"

Aku hanya nyengir, teringat tubuhku yang turun dari mobil, berlari-lari ke dalam kamar, mencari udara dari tabung oksigen sampai tersengal-sengal. "Dipikir-pikir mengerikan juga," ujarku. Tapi aku tidak mau menjadi karakter Stella di Five Feet Apart atau Grace di The Fault ini Our Stars yang menjalani kegiatan setiap saat sambil menggeret-geret tabung oksigen.

"Kalau terlambat satu jam saja, saya gak bisa membayangkan," tambah dokter Brennet.

Aku membelalak. "Jangan ngomong gitu, dong, dok," rengekku.

Dokter Brennet bercandaannya memang agak sugestif, tapi ia malah tertawa. "Makanya jangan sering lari-lari di sekolah. Saya tahu kamu girang ketemu teman-teman, tapi kondisi tubuhmu dan yang lain berbeda. Alex bilang kamu gak mau diatur."

Aku menahan diri agar tidak mendengus sebab Alex lagi-lagi cepu. Aku membersihkan remeh kue dari pahaku. "Iya, dok. Aku memang terlalu aktif. Harusnya sadar jangan terlalu banyak gerak."

Dokter Brennet bukan tipikal dokter yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan juga senang mengusap-usap kepala. Dia tegas. Bahkan kalau aku lupa minum obat, dia bisa berubah menjadi garang. Namun saat ini, aku malah merasa tangan dokter Brennet bergerak-gerak seperti hendak menyentuhku, tapi sungkan untuk melakukannya.

Aku membuka ponselku karena bosan, sebab setelahnya dokter Brennet kini ikut menghias cookies rasa lainnya bersama Agatha.

Aku agak terperanjat melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku agak terperanjat melihatnya. Aku menoleh pada mereka berdua dan tampaknya tidak menyadari seringai girangku yang merekah. Gercep banget... Baru saja aku mengira Mr. Taylor sudah tidak suka padaku, tapi dengan like di unggahan story-ku ini, dia seperti orang yang ngajak nikah.

"Agatha, Senin nanti aku mau bawa satu kotak bekal isi cookies, ya," kataku.

Agatha membetulkan rambutnya. "Iya, sayang. Bawa yang banyak ya. Bagikan ke teman-teman sekalian."

Aku tersenyum misterius dan terus memandangi tangkapan layar di ponselku.

🎨🎨🎨


Aku membuang nafas, menghirupnya lagi. Menghirup nafas, membuangnya lagi. Sudah dua menit aku hanya berdiri di depan pintu kantor Mr. Taylor. Aku sengaja datang lebih pagi, sengaja pula dari rumah diam-diam membawa satu kotak bekal lagi. Mengambil yang berwarna abu tua dari lemari piring. Di kelas, aku sudah diam-diam memisahkan cookies yang bentuknya paling rapih, campur rasa, ke kotak abu itu. Sisanya buat kumakan bersama teman-teman di kelas.

THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang