Ruangan kepala sekolah begitu lengang. Principal Grazer tengah memandang keluar jendela, membayangkan kemungkinan bahaya yang akan menghampiri sekolahnya suatu hari nanti. Sedangkan dua guru senior lainnya, sibuk dengan bukti CCTV di komputer mereka. Menangkap layar, memperbesar gambar laki-laki ber-hoodie hitam yang tengah mengangkat pistol, dan juga berusaha mencatat plat mobil Jeep di gerbang depan.
"Beruntung satpam tidak diserang balik," ujar Mr. William yang baru saja masuk ke dalam ruang kepala sekolah, membawa beberapa dokumen penting yang tidak ada hubungannya dengan kasus yang sedang mereka bicarakan. Principal Grazer melengos dari jendela setelah nafas berat dan penuh beban ia hembuskan.
"Benar. Untung tidak ditembak dan juga tidak ditabrak oleh mobilnya," sambung Principal Grazer, ada kengerian dalam nada suaranya.
Mr. William menyerahkan laporan mengajar para guru dan menatap dua koleganya yang dahinya berkerut-kerut sedang berpikir keras di depan komputer. "Wajahnya sama sekali tidak kelihatan?" tanya Mr. William.
"Tidak, Sir. Dia memakai masker. Seperti Alan Walker?" kata guru yang setengah rambutnya sudah memutih itu.
"Ini mengerikan. Kita tidak punya clue apapun selain plat mobil Jeep itu. Mr. Davis sedang mencari kepemilikannya," ujar guru yang lainnya.
Mr. William membasahi bibir bawahnya, ikut gelisah. Anggota kepolisian sudah menjaga berbagai sudut sekolah, dari gerbang sampai area belakang. Tapi itu akan hanya bertahan selama dua minggu, setelahnya si penjahat misterius ini bisa saja akan menyerang. Dengan bahan peledak atau membawa pasukan? Tidak ada yang tahu.
"Sudah saatnya kita me-recruit beberapa security baru," usul Mr. William. Dia ingin sekolah agar tetap aman. Ia yakin Principal Grazer bisa menggaji banyak satpam baru tanpa jatuh bangun.
Principal Grazer mendongak dari map-map itu, kacamatanya agak merosot di hidungnya. "Saya juga memikirkan hal yang sama." Ia menaruh map dan bergerak ke kanan dan ke kiri di kursi rodanya. Jemari tangannya saling bertaut, dia tampak lebih tua ketika banyak pikiran seperti itu. "Adakah pihak guru yang memiliki musuh di luar sana?"
Ketiga guru di ruangan itu terdiam. Mereka sama sekali tidak menyangka akan pertanyaan tersebut. Mr. William sampai memandang dua koleganya yang lain dengan tatapan meminta bantuan jawaban. Namun mereka juga sama-sama bergeming buntu. "Entahlah," jawab Mr. William. "Haruskah saya cari tahu?"
Principal Grazer menaruh kacamatanya. "Tidak. Tidak perlu." Ia mengatakan hal itu bukan karena tidak memiliki bayangan sama sekali. Hanya saja, ada satu nama yang kini terbayang di benaknya. Seorang guru muda, yang beberapa waktu yang lalu sempat membuat kehebohan akan kasus masa lalunya yang terkuak.
"Sudah selesai, Principal Grazer." Kedua guru senior itu akhirnya bangkit setelah mengirim berbagai bukti tangkapan layar ke e-mail mereka.
"Terima kasih. Tolong cetak sekarang juga. Saya tunggu," jawab Principal Grazer. Kedua guru itu akhirnya pamit dari ruangan dan meninggalkan Mr. William yang masih belum puas dengan titik terang dari kasus ini.
"Siapa yang Anda maksud?" tanya Mr. William. Principal Grazer tentunya agak shocked karena lelaki itu seakan bisa membaca pikirannya. "Maaf, tapi Anda sempat melirik foto itu. Saya kira Anda tahu sesuatu. Soal guru-guru kita." Mr. William mengedikkan kepalanya ke arah foto bersama guru-guru Effingham High School yang menggantung di dinding ruangan.
"Oh ya benar." Principal Grazer salah tingkah. "Tolong panggilkan Mr. Taylor ke sini. Saya harap dia belum pulang."
Mr. William menegakkan tubuhnya, menarik nafas sebab tahu pembicaraannya akan mengarah kemana. "Anda yakin?"
Principal Grazer menjawab, "Tidak juga. Saya hanya ingin bertanya saja, Sir. Mahasiswa bimbinganmu itu pasti tidak ada hubungannya dengan hal ini."
Mr. William mengangguk dan pergi dari sana. Ketika sampai di pintu ruangan kepala sekolah, dia menoleh sebentar kepada atasannya itu. "Saya juga berpikiran hal yang sama. Dia tidak akan ada sangkut pautnya dengan kasus ini." Mr. William menutup pintu, meninggalkan rasa bersalah di benak Principal Grazer karena secara tidak langsung sudah menuduh Mr. Taylor menjadi sumber masalah dari teror lelaki misterius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]
RomanceWAKE ME UP WHEN I SLEEP 4. The Anderson family-more specifically their children-are known as siblings who are busy with their respective works. Even though they lived in the same large semi-palace house for many years, their warmth was indeed very s...