Selasa.
Ada yang berbeda dengan hari ini. Langit terlihat kosong, tanpa awan, tanpa burung-burung yang berkelompok terbang ke arah lain. Matahari juga entah kemana. Jalanan hari ini juga sepi, berbeda dari biasanya. Angin yang senantiasa menggoyangkan daun-daun pohon juga rehat entah dimana. Aku sampai sengaja membuka kaca jendela mobil sampai maksimal untuk melongokkan kepalaku keluar, memastikan dunia masih ada penghuninya.
Albert mengantar kami lagi ke sekolah, meski Zoe sudah tidak ada di rumah. Dia pulang entah kapan, kami tidak peduli.
Ketika sampai di sekolah dan hendak turun dari mobil, Albert mendadak menggenggam tanganku dan Alex dengan kedua tangannya. "Kalian jaga diri baik-baik," kata Albert memandangi kami berdua.
Alex terkekeh, menertawakan. "Tumben banget serius begini. Ada apa?"
Beda dengan Alex, aku malah berubah khawatir. Terakhir kali Robert berpisah denganku sebelum kecelakaan itu, dia menggenggam tanganku juga dan berpesan agar menjaga diri baik-baik. Namun aku yakin, Albert tidak tahu soal cerita ini.
"Kenapa, Albert?" Aku menggenggam tangannya semakin erat, sementara Alex berhenti nyengir.
"Kalian benar gak bisa susulan saja?" pinta Albert, mengulangi pertanyaannya yang sudah diajukan sejak tadi malam.
"Memangnya ada apa, sih? Kamu aneh banget, deh. Gak, gak bisa susulan. Minggu depan kami harus ikut berbahagia sama Fransesca. Lagipula, tidak ada alasan izin ataupun sakit. Nanti sakit beneran, lagi. Guru-guru juga jadi repot, kasian. Mereka sudah banyak dibebani tugas." Alex nyerocos panjang lebar, membuat Albert perlahan melepaskan genggamannya.
"What happen?" Aku terbawa suasana, mulai degdegan karena aku juga sebenarnya ragu buat sekolah hari ini.
Albert tiba-tiba terkekeh pelan. "Ah, enggak. Perasaan aku saja. Ya sudah kalian pergi sana. Keburu bel. Udah telat."
Alex menepuk-nepuk pundak Albert dramatis dan aku membuka selang oksigenku, menyampirkannya disekeliling tabung yang disimpan di jok mobil. "Pulang sekolah nanti aku perbaikan tugas. Alex katanya mau main sama Ben dan George. Izin pulang telat ya," ujarku. Albert mengangguk, terlihat dari sorot matanya ia mencoba menepis pikirannya sendiri.
Aku menyusul Alex dengan perasaan aneh dan bingung. Albert aneh sekali. Tidak bisa kutolak bahwa aku jadi agak trauma dengan Robert. Aku buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tas dengan cepat.
"Kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Alex selagi melepas jaketnya, disuruh oleh komdis.
"Enggak," jawabku dan mengirim Albert pesan.
Kalau udah sampai chat aku ya❤️
Send.
Jangan sampai ada kecelakaan lagi, meski jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat. Aku tidak bisa membayangkan Albert pergi untuk selama-lamanya. Ikatan emosional kami terlalu erat.
🎨🎨🎨
Di kelas A, Mr. Taylor masuk untuk mengawas. Aku tidak menyangka guru yang satu ini yang akan menjaga ujian kami. Memang, mata pelajaran yang diulangankan diawasi oleh guru dari mapel yang lain, agar tidak terjadi diskusi atau murid-murid yang memohon-mohon kunci jawaban bonus.
Beliau menyuruh kami berdiri. "Yang masih merasa menyimpan contekan, kumpulkan sekarang sebelum saya yang mengumpulkan kalian ke ruang sidang." Suaranya begitu mantap, tegas, dan membuat nyali kami langsung ciut menatap Mr. Taylor.
Beberapa anak mengeluarkan kertas, ada yang dari saku, balik kaus kaki, kolong meja, bahkan di balik ikat rambut. Ajaib, perintah Mr. Taylor tidak ada yang berani menyanggah. Dengan suaranya yang lantang dan ancaman ruang sidang. Maksudnya, ruang interogasi guru pihak kesiswaan khusus menghukum para antek koruptor (sekolah menyebutnya begitu), dan aku tidak tahu ruangan itu ada dimana. Itulah sisi menakutkannya, bisa saja di gudang atau ruang kepala sekolah. Maka, hal itu sukses membuat anak kelas A membuka kejahatannya di awal. Mereka saling berjalan menuju meja guru dan menaruh semua kertas itu di sana. Aku saling tatap dengan Kim, teman-teman kami masih saja ada yang berani berniat curang. Di sebelah Kim, aku bisa melihat Ben melirik saku almamater dan menepuk-nepuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]
RomanceWAKE ME UP WHEN I SLEEP 4. The Anderson family-more specifically their children-are known as siblings who are busy with their respective works. Even though they lived in the same large semi-palace house for many years, their warmth was indeed very s...