03. ANGKAZLAS

78 30 19
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Perempuan tersebut tersenyum kikuk."Maaf Bu, tapi dia bukan pacar Ona. Ona juga ngga kenal sama dia."Ujarnya.

Perempuan tersebut bernama Liona Savella atau yang lebih kerap dipanggil Liona atau Ona merupakan seorang anak yatim. Ia tidak tahu ayahnya siapa, ia juga tidak pernah melihat rupa ayahnya, begitupun dengan namanya.

Alvin mendekat kearah Liona dan melingkarkan kedua kakinya pada kaki Liona, ia juga memeluk kedua betis Liona dan menatap Liona dari bawah dengan kepala yang didongakkan. Tenang, Liona memakai celana panjang dan ujung baju yang dimasukkan di celana.

Kemudian datang lagi seorang perempuan paruh baya bersama dengan teman-temannya."Loh, Ona kanapa?"Tanyanya.

"Bu, Bu Tina. Ona mau minta tolong antarin dia pulang kerumahnya ya, Ona mau lanjut jualan lagi soalnya. Please."Mohon Liona dengan kedua telapak tangan yang disatukan didepan dada.

"Baiklah, kamu lanjut jualan. Dia, biar Ibu yang urus."Ujar Bu Tina.

Liona mengambil keranjang kuenya dan melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Alvin yang melihatnya langsung saja berdiri dari duduknya dan meraih tubuh Liona lalu memeluknya dari belakang.

"Lepas."

"Ngga."

Perlahan Liona membalikkan tubuhnya."Nama kamu siapa?"Tanyanya dengan lembut.

"Muhammad Alvino Xendrix."

"Xendrix."Gumam Liona yang hanya dapat didengar olehnya saja.

Siapa yang tidak mengenal marga Xendrix, seluruh penduduk di bumi pun pasti tahu. Xendrix adalah sebuah marga keluarga terkaya nomor tiga setelah Ellarick dan Alzheiga.

"Lepasin."Ucap Liona sambil memberontak.

"Dian!"Bentak Alvin hingga membuat Liona terdiam dan tidak memberontak lagi.

Alvin melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam tangan kanan Liona lalu mengeluarkan sebuah benda persegi panjang dari saku celananya.

"Bawakan mobil."

"....."

"Hm, saya tunggu."

Setelah memutuskan panggilan tersebut, Alvin kembali memasukkan benda tersebut pada tempat semula. Tidak lama kemudian, datang sebuah mobil berwarna hitam dan keluarlah seorang lelaki paruh baya dengan pakaian serba hitam.

Alvin mengambil keranjang kue yang ada ditangan kiri Liona dan memberikannya kepada lelaki paruh baya tersebut.

Lelaki paruh baya tersebut menerimanya dan kemudian menyimpannya didalam bagasi mobil.

Alvin menggendong Liona ala bridal style, Liona yang tiba-tiba digendong pun refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher Alvin.

Lelaki paruh baya tersebut membukakan pintu mobil untuk Tuannya.

Setelah Alvin masuk kedalam mobil bersama Liona, lelaki paruh baya tersebut menutup pintunya dan masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

"Mansion."Alvin memeluk erat pinggang Liona dengan wajah yang dibenamkan di cekuk leher Liona, posisi Liona saat ini sedang berada dipangkuan Alvin.

Bu Tina yang melihat hal tersebut, langsung saja pergi dari sana dengan langkah lebarnya. Teman-temannya saling lempar pandangan, apakah arisannya tidak jadi?.

Basecamp Glendara

Alfa memutuskan untuk singgah di Basecamp Glendara untuk mengetahui informasi yang telah didapatkan oleh anggotanya.

Saat ini Alfa tengah terduduk termenung di kursi balkon kamarnya. Masing-masing anggota memiliki kamar tersendiri, begitupun dengan Alfa.

"Apa Itu dia?"Gumam Alfa.

"Tapi ngga mungkin. Tapi bisa jadi itu dia, tapi dia telah tiada."

Alfa mengacak rambutnya prustasi, ia bingung dan juga bimbang."Sebenarnya dia siapa? Kenapa susah sekali meretas data-datanya."

Alfa telah mencari tahu tentang perempuan yang ia temui di taman. Tapi ia sama sekali tidak bisa meretas data-datanya.

Dilain tempat, terlihat seorang perempuan yang kini sedang terduduk di kursi kebesarannya dengan laptop yang ada diatas meja, tepat dihadapannya.

"Permainan telah di mulai Tuan Alfa."Ujarnya dengan seringainya.

☆☆☆☆☆

Tap tap tap

Alfa menuruni tangga dan berjalan menuju ruang tamu Basecamp Glendara. Ia mendudukkan dirinya di sofa singel dengan kaki kiri yang diletakkan diatas paha kanannya.

"Ada balapan?"Tanya Alfa pada anggotanya.

Semua anggota yang sibuk dengan dunia masing-masing, kini mengalihkan pandangannya kearah Alfa yang sedang duduk di sofa singel dengan kaki kiri yang diletakkan keatas paha kanannya.

"Ada, di tempat biasa."Jawab Keenan.

"Lo mau ikutan?"Tanya Alan.

"Hmm, daftarin gue."Ujar Alfa dan diangguki oleh mereka semua.

Alfa beranjak dari duduknya lantas berucap."Gue pulang duluan."Alfa kemudian melangkah kakinya menuju pintu utama dan keluar dari Basecamp.

Alfa menaiki motornya dan menyalakan mesinnya, ia kemudian menancap gasnya setelah memakai helm full face nya.

Tidak lama kemudian, Alfa telah sampai pada tempat tujuannya. Alfa memarkirkan motornya di garasi lalu mencabut kunci motornya setelah melepaskan helm full face nya. Ia kemudian berjalan memasuki Mansion.

"HELLO EVERYBODY, YUHUU ANAK PALING GANTENG NAN TAMPAN DAH PULANG. WAHAI PARA PENGHUNI, DIMANAKAH KALIAN."Teriak Alfa memasuki Mansion seperti orang yang celingak-celingukan mencari sesuatu.

Datang seorang perempuan paruh baya dengan sutil yang ada di tangan kirinya sambil berkacak pinggang."Teriak lagi, teriak. Sampai urat lehernya putus."Omelnya.

Alfa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya menyengir ditempat."Hehe, maaf Mom."Alfa berjalan dan meraih tangan kanan Laras lalu mencium punggung tangannya.

"Daddy belum pulang Mom?"Tanya Alfa.

"Belum, mungkin sebentar lagi."Jawab Laras.

"Alfa ke atas Mom."Ucap Alfa.

Alfa pergi dari sana dan pergi menuju kamarnya dengan menggunakan lift.

Alfa keluar dari lift dan berjalan menuju kamarnya dan membuka pintunya, ia kemudian masuk kedalam.

Setelah Alfa pergi dari sana, Laras melanjutkan acara memasaknya. Sebenarnya ia dilarang keras oleh Dirga untuk memasak, tapi karena rayuan maupun bujukan. Jadilah ia diperbolehkan, dengan syarat tidak boleh terluka dan tidak kecapean.

Disaat sedang asik memasak, tiba-tiba dua lengan kekar melingkar pada pinggang rampingnya. Ia tahu siapa pelakunya. Dia adalah Dirga, Suaminya sendiri.

"Kenapa hm?"Tanyanya sambil mengusap salah satu lengan kekar milik Dirga.

"Kangen."Jawab Dirga dengan wajah yang dibenamkan pada cekuk leher bagian kanan Laras.

Laras memindahkan masakannya pada sebuah piring yang telah ia siapkan, ia kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat wajah sayu nan lelah sang Suami.

Laras mengusap rambut Dirga, sedangkan Dirga. Ia kembali membenamkan wajahnya pada cekuk leher bagian kiri Laras.

"Ke kamar yuk."Ajak Laras. Pasalnya banyak pasang mata yang terarah kepada mereka.

Dirga langsung melepaskan pelukannya dan beralih menggendong Laras ala bridal style. Laras yang tiba-tiba digendong pun refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher Dirga.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Publish
Sabtu 10 Februari 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang