。:゚Happy Reading゚:。
Mansion Xendrix
Kini mobil yang Alvin tumpangi dengan Liona telah sampai di Mansion Xendrix.
Alvin menatap Liona yang kini tengah tertidur di dalam pelukannya, pintu mobil dibuka oleh sang Supir.
Alvin menggendong Liona masuk kedalam Mansion, Aila yang baru saja keluar dari lift dibuat kaget dengan Anaknya yang kini tengah menggendong seorang perempuan. Bukankah anaknya ini anti dengan yang namanya perempuan? Tapi, kenapa saat ini Anaknya menggendong seorang perempuan?
"Dia siapa?"Tanyanya pada Alvin yang kini berjalan masuk kedalam lift. Aila yang penasaran pun ikut masuk kedalam lift tersebut.
Mereka keluar dari lift dan masuk ke kamar Alvin, Alvin meletakkan tubuh Liona di kasurnya dengan penuh kehati-hatian.
Alvin menatap Aila lantas berkata."Nanti Alvin jelasin Mi."
"Tapi obati dulu lukamu."Ujar Aila.
"Abang ngga papa kok Mi."Ucap Alvin.
Aila berjalan menghampiri Alvin."Ngga papa gimana? Ini mukanya lebam loh. Sini Mami obati."Aila menuntut Alvin untuk duduk dipinggiran kasur, ia kemudian mengambil kotak P3K di laci lemari kecil, tepat disamping kanan tempat tidur Alvin.
Setelah mendapatkan kotak P3K nya, Aila mendudukkan dirinya disamping kiri Alvin dan mengobati lebam yang ada pada area wajahnya."Mami tadi bilang apa sebelum pergi?"Tanyanya.
"Jangan sampai terluka."Jawab Alvin.
"Tapi kenapa bisa lebam gini?"Tanya Aila lagi.
"Diperjalanan pulang, tiba-tiba anak-anak Blacksnake ngalangin jalan Abang. Terus mereka nyerang Abang sampai kayak gini."Jawab Alvin.
Mansion Alzheiga
Kini Dirga, Laras, dan juga Alfa tengah melaksanakan makan malam, mereka makan dengan khidmat. Disela-sela makan, Alfa mengatakan sesuatu.
"Mom, Dad."Panggil Alfa sambil menatap mereka secara bergantian.
Dirga dan Laras mengalihkan pandangan mereka dari makanan kearah Alfa."Alfa boleh ngga, ikut balapan malam ini?"Tanya Alfa.
"Boleh, asalkan jangan sampai terluka."Jawab Dirga.
"Mas, kok dibolehin sih."Laras hanya takut anaknya kenapa-napa. Cukup dia saja yang pergi.
"Sayang, dia udah besar, dan dia juga butuh kesenangan dan kebebasan."Ujar Dirga dengan lembut dan tangan kanan yang tadinya memegang sendok kini beralih mengusap punggung Laras.
"Huft."Laras menghela nafas panjang.
"Baiklah Mommy izinkan, tapi. Jangan sampai terluka."Peringat Laras.
"Siap Mom."
Mereka pun melanjutkan kegiatan makannya sampai selesai.
☆☆☆☆☆
Saat ini Alan tengah berada didalam Cafe Victoria dengan berbagai jenis makanan dan juga minuman yang berada diatas meja, tepat dihadapannya.
"Hai."Sapa seseorang yang baru saja datang.
Orang tersebut mendudukkan dirinya dihadapan Alan dengan senyuman yang tidak pernah luntur, seperti make upnya."Ada apa?"tanya Alan to the points.
"Eumm...aku hanya ingin bertemu denganmu."Jawab orang tersebut.
"Apakah kau ingin mengulangnya kembali? Aku janji, aku janji tidak akan mengkhianatimu lagi."Ucap orang tersebut sambil menatap Alan dengan tatapan memohon.
"Dengan lo bicara kayak gitu, lo pikir gue mau kembali sama lo."Ucap Alan.
"Heh, ogah."Lanjutnya.
"Di dalam kamus gue, ngga ada kata maaf dan kesempatan bagi seorang pengkhianat kayak lo."Ucap Alan seraya menyorot tajam kearah orang tersebut.
Orang tersebut mencoba meraih tangan Alan. Namun, dengan cepat Alan menghindarkan tangannya daro jangkauan orang tersebut.
"Gue sangat ngga sudi dipegang, apalagi disentuh sama lo. Jangan pernah lo ganggu gue dan ngusik hidup gue."Peringat Alan lalu berdiri dari duduknya.
Alan melangkah kakinya keluar dari Cafe. Sedangkan orang tersebut, ia kini tengah memakan makanan yang telah dipesan oleh Alan.
Setelah memakan makanan tersebut, orang tersebut beranjak dari duduknya lalu pergi dari sana. Namun, sebelum pergi dari sana, dirinya sempat ditahan oleh seorang Pelayan perempuan.
"Mbak mau kemana?"Tanya Pelayan tersebut.
"Mau pulang."Jawab orang tersebut dengan raut wajah polosnya.
"Maaf Mbak, tapi sebelum Mbak pulang. Mbak bayar terlebih dahulu pesanannya."Ujar Pelayan tersebut.
"Pesanan?"Beo orang tersebut.
"Iya Mbak, lihatlah meja yang ada di sana."Ujar Pelayan tersebut sambil menunjuk meja yang terdapat beberapa piring dan gelas kotor dengan menggunakan tangan kirinya.
"Hah."Mulut orang tersebut menganga sambil menatap meja yang ditunjukkan oleh Pelayan tersebut.
"Jadi...Alan tidak membayarnya."Ucap orang tersebut dalam hati.
Orang tersebut menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Pelayan tersebut.
Pelayan tersebut menerimanya dan menghitung jumlahnya."Maaf Mbak, tapi uangnya tidak cukup."Ucapnya setelah menghitung jumlahnya.
"Ada apa ini?"Tanya seorang lelaki paruh baya dengan pakaian formalnya, dia adalah pemilik Cafe Victoria.
"Ini Pak. Orang ini tidak bisa membayar pesanannya."Jawab Pelayan tersebut.
"Itu bukan pesananku."Ucap orang tersebut.
"Memang bukan pesanan Mbak, tapi Mbak yang memakannya."Ujar Pelayan tersebut.
"Suruh dia mencuci piring sebagai gantinya."Ucap lelaki paruh baya tersebut lalu pergi dari sana.
"Mari ikut saya."Orang tersebut mengikuti Pelayan tersebut dari belakang.
Setelah sampai, ia melihat betapa banyaknya piring dan juga gelas kotor yang ada didekat wastafel.
Ia pun mulai mengerjakannya tugasnya. Setelah semuanya ingin selesai, tiba-tiba ada seorang Pelayan laki-laki yang menyimpan sebuah wadah kotor didekat wastafel. Dengan hati yang dongkol, ia pun mencuci wadah tersebut. Sungguh malang nasibnya.
。:゚To Be Continue゚:。
Publish
Ahad 11 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKAZLAS [END]
Teen FictionJudul awal: Waktu Yang Berlalu, Different Colours, Kegelapan Yang Menggelap, Alfaza. Judul Sekarang: ANGKAZLAS ____________________________________________ Hai, ini cerita pertama yang aku bikin 🤗 Semoga kalian menyukainya. Sebelum baca, jangan lu...