。:゚Happy Reading゚:。
Hari ini adalah hari Selasa. Keluarga Xendrix telah sampai pada tujuannya.
"Angkat Itu."Titah warga yang sedang mengangkat beberapa kayu, warga tersebut bernama Budiman atau yang lebih kerap dipanggil Pak Budi.
"WOI, BANTUIN WOI. BERAT INI!"Teriak salah satu warga yang bernama Pak Rudi yang sedang mengangkat kayu besar nan berat, beberapa warga menghampirinya dan membantunya untuk mengangkat kayu tersebut.
"Kenapa bisa seperti Bu?"Tanya Aila kepada pemilik panti tersebut yang biasa dipanggil Bu Kasih.
"Waktu itu saya sedang memasak dan tiba-tiba salah satu anak saya terjatuh dari tangga. Saya menghampirinya dan mengobatinya karena ia terluka. Tidak lama sebuah asap mulai bermunculan, dan lama-kelamaan bertambah banyak."ucap Kasih dengan linang air mata.
Aila mengusap lembut punggung Bu Kasih dengan menggunakan tangan kirinya."Ibu yang sabar ya, setiap perjalanan maupun usaha pasti akan ada ujiannya."Ucapnya.
"Terima kasih, kalian sudah jauh-jauh datang kesini."Ucap Kasih.
"Tidak apa-apa Bu."Ucap Aila.
Yang bertanya dimana keberadaan Fauzan, Fauzan tengah membantu para warga.
☆☆☆☆☆
Dilain tempat terdapat seorang perempuan yang sedang menangis, datang seorang lelaki dari arah belakang. Perlahan lelaki tersebut mendekat dan memegang pundaknya, perempuan tersebut terkejut, dengan cepat ia menghapus jejak air matanya.
Lelaki tersebut mendudukkan dirinya disamping kanan perempuan tersebut."Ngga baik menyendiri."Ucap Alan. Ya, lelaki tersebut adalah Alan.
Alan tadinya sedang melihat-lihat pemandangan yang ada disekitar, tapi sebuah suara yang ia yakini adalah suara tangisan pun berjalan mencari asal suara tersebut.
"Kalau lo mau nangis, nangis aja. Ngga usah ditahan."Ujar Alan seraya menatap perempuan tersebut.
Perempuan tersebut kembali menangis"Hiks hiks, hiks."
"Butuh sandaran?"Tanya Alan secara tiba-tiba.
Sebelum perempuan tersebut menjawab, Alan sudah terlebih dahulu menyandarkan kepala perempuan tersebut pada bahunya.
Alan mengusap lembut surai rambut milik perempuan tersebut dengan menggunakan tangan kirinya, entah mengapa ia begitu nyaman berada didekat perempuan tersebut.
Perlahan, tangis perempuan tersebut mereda. Ia pun menjauhkan kepalanya dari bahu Alan."Terima kasih atas sandarannya."Ucapnya sambil mengusap matanya yang terdapat beberapa air mata.
"Gue baru ngeliat lo, lo penduduk baru?"Tanya Alan.
"Aku sudah lama disini, sedari aku kanak-kanak."Alan mengerutkan keningnya, pertanda bahwa ia bingung.
"Aku salah satu anak panti asuhan disini."Ucap perempuan tersebut saat menyadari kebingungan Alan.
"Panti asuhan Bunda Kasih?"Tanya Alan. Perempuan tersebut menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan tanggapan.
"Tapi setiap gue kemari. Lo ngga ada."Ujar Alan.
"Aku bekerja."Alan menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.
"Nama lo siapa?"Tanya Alan.
"Penting?"Bukannya menjawab. Perempuan tersebut malah bertanya balik.
"Ya, sangat penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKAZLAS [END]
Fiksi RemajaJudul awal: Waktu Yang Berlalu, Different Colours, Kegelapan Yang Menggelap, Alfaza. Judul Sekarang: ANGKAZLAS ____________________________________________ Hai, ini cerita pertama yang aku bikin 🤗 Semoga kalian menyukainya. Sebelum baca, jangan lu...