19. ANGKAZLAS

22 17 21
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Gibran tidak sengaja menoleh dan menangkap suatu objek yang kini membuatnya tersenyum, mereka yang melihatnya dibuat merinding. Apakah dia sehat? Dia tidak kesurupan kan?

Gibran beranjak dari duduknya dan berjalan menuju objek tersebut tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ketemu lagi."Ucap Gibran dengan senyuman yang dapat membuat kaum hawa menjerit tidak tertahan.

Kayla tampak kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Iya."Ucapnya.

Gibran menekuk kaki kirinya dan menengadah tangan kanannya disamping kursi Kayla."Maukah kau menjadi kekasihku?"Semua orang dibuat kaget atas tindakan yang dilakukan oleh Gibran.

Kayla juga tidak kalah kaget. Apakah ini adalah sebuah mimpi? Jika iya, maka jangan ada yang membangunkannya.

"Udah, sekarang duduk ya."Ucap Kayla sambil memegang kedua bahu Gibran.

Gibran menggelengkan kepalanya."Jawab dulu, ya atau yes"Ucapnya dengan tangan yang masih menengadah keatas.

"Huft."

"Jangan bercanda, sekarang berdiri terus duduk."Ucap Kayla.

"Aku serius."Mata Gibran mulai berkaca-kaca sambil menurunkan tangannya.

Kayla yang melihatnya dibuat kelabakan."Sekarang berdiri, terus duduk sini."Ucap Kayla dengan lembut seraya menepuk kursi kosong yang ada disampingnya.

Air mata Gibran mulai luruh hingga membasahi pipinya."Hiks hiks."Mereka yang menyaksikannya dibuat double kaget. Apakah ini adalah Ketua Osis yang dingin, datar, dan cuek itu?

"Sstt, udah ya."Ucap Kayla sambil mengusap pipi Gibran yang basah akibat air mata.

Gibran mengerjapkan matanya seraya menatap Kayla."Aku mau kok, tapi sekarang berdiri ya."Ucap Kayla dengan lembut sambil mengusap lembut rambut milik Gibran dengan menggunakan tangan kanannya.

Gibran menurut, setelah ia mendudukkan dirinya di kursi yang ada disamping Kayla, ia langsung saja memeluk sang empu dari samping dengan wajah yang dibenamkan di cekuk lehernya.

"Udah makan?"Tanya Kayla dengan lembut sambil mengusap rambut Gibran. Gibran mengangguk sebagai tanggapan dan jawaban.

☆☆☆☆☆

"Kamu ngga lapar?"Tanya Zyfa sembari mengusap lembut rambut milik Alfa dengan menggunakan tangan kirinya.

"Kalau kamu?"Bukannya menjawab, Alfa malah bertanya balik.

"Sedikit."Jawab Zyfa.

Alfa bangun dari rebahannya menjadi duduk."Ya udah, ayo ke kantin."Ucapnya lalu menggenggam tangan kiri Zyfa.

Mereka melangkahkan kakinya pergi dari sana menuju kantin, setibanya di kantin. Mereka dibuat terkejut dengan sebuah adegan yang membuat mereka menghentikan langkahnya, dilihatnya Gibran yang kini tengah menekuk kaki kirinya disamping kursi Kayla dengan tangan kanan yang mengadah keatas.

Mereka melanjutkan langkahnya kearah sebuah meja, yang di mana terdapat teman-temannya. Mereka lantas mendudukkan dirinya di kursi tanpa disadari oleh mereka.

SMA NUBILA

Byur

"Ta-di Lara ngga sengaja, hiks hiks."Ucap Alara.

"MASIH MAU NGELAK HAH!"Bentak seorang perempuan dengan dandanan yang menor dan pakaian seperti kanak-kanak.

Alara menundukkan kepalanya sambil meremas roknya, ini sudah menjadi makanan sehari-harinya. Tidak ada hari tanpa bullyan. Ia hanya bisa menerima semua perlakuan mereka, semua siswa-siswi maupun guru di SMA NUBILA begitu tidak menyukainya. Aliias membencinya.

Brak

Sebuah meja terlempar begitu jauh akibat sebuah tendangan yang melayang kearahnya. Seorang lelaki dengan setelan jasnya berjalan menghampiri Alara dan si pembully.

Bugh

Lelaki tersebut meninju perut si pembully sehingga si pembully tersungkur ke lantai. Para siswa-siswi maupun guru dibuat terkej. Bukankah lelaki tersebut adalah orang terkaya nomor satu di dunia? Mengapa dia ada disini?

"Bawa mereka ke tempat biasa."Titah Savieno lalu menggendong Alara. Savieno melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan tatapan tajam yang menghunus.

"Lepasin."

"Lepasin ngga!"

Ketiga perempuan tersebut memberontak kala mereka diseret oleh Bodyguard Savieno dengan kasar.

"DIAM!"Bentak salah satu dari mereka yang bernama Lexi.

Mereka bertiga langsung terdiam dan pasrah akan dibawa kemana.

Ellarick Hospital

"Kumohon, jangan tinggalkan aku."Ucap Savieno dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.

"Bangun hiks hiks."Savieno menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya sambil menggenggam tangan kanan Alara

Hatinya sakit saat melihat gadisnya dibully, dipukul, dan ditampar. Ia akan membalas semua perbuatan mereka terhadap gadisnya, siapa saja yang mengusik maupun menyakitinya, maka balasannya adalah kematian. Tidak ada kata maaf bagi mereka yang telah berbuat.

Jemari tangan kanan Alara bergerak, Savieno yang merasakan pergerakannya langsung saja menegakkan tubuhnya.

Mata Alara terbuka secara perlahan."Kenapa hm?"Tanya Savieno dengan lembut sambil mengusap lembut surai rambut milik Alara dengan menggunakan tangan kanannya.

"A-ir."Dengan sigap Savieno mengambil sebuah gelas berisikan air minum dan membantu Alara untuk minum. Savieno menyimpan gelas tersebut pada tempat semula.

Mata Alara berkaca-kaca."Hei, kenapa hm? Mana yang sakit?"Tanya Savieno dengan lembut.

"Se-semua."Jawab Alara.

Savieno memencet sebuah tombol yang ada diatas brankar. Tidak lama kemudian, seorang Dokter perempuan masuk diikuti oleh seorang Suster dengan sebuah buku catatan yang ada ditangannya.

Dokter tersebut mulai memeriksa Alara."Dianya udah agak membaik, tetapi harus lebih banyak istirahat dan memakan makanan yang bergizi, serta meminum vitamin yang udah gue resepkan."Jelas Dokter tersebut. Ia adalah Daisy.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Publish
Senin 18 Maret 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang