46. ANGKAZLAS

5 2 0
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Tok tok tok

Sebuah pintu diketuk oleh Gibran, ia mendatangi rumah Kayla. Tidak lama kemudian seorang perempuan paruh baya membuka pintu tersebut lalu menatap Gibran.

"Silahkan masuk."Ucap perempuan paruh baya tersebut seraya tersenyum.

"Tidak perlu, Bu. Saya cuma mau ketemu sama Kayla."Ucap Gibran.

"Apakah Kayla nya ada?"Tanya Gibran.

Perempuan paruh baya tersebut menatap Gibran."Non Kayla kemarin dibawa oleh Nyonya."Ucapnya.

"Kalau boleh tau, mereka kemana ya, Bu?"Tanya Gibran.

"Saya tidak tau. Tapi yang saya lihat, Non Kayla dibawa paksa oleh Nyonya."Jawab perempuan paruh baya tersebut.

"Mereka belum pulang?"

"Belum, Tuan."

"Kalau begitu, saya permisi."Ucap Gibran lalu meraih tangan kanan perempuan paruh baya tersebut, ia mencium punggung tangannya lalu pergi dari sana.

"Apakah dia yang namanya Gibran."Gumam perempuan paruh baya tersebut seraya menatap kepergian Gibran lalu menutup pintu tersebut.

Brummmm

Alfa melepas helm full facenya lalu membenarkan tata rambutnya."Gimana?"Tanyanya pada Gibran.

"Ngga ada, dia dibawa pergi sama Mamanya."Jawab Gibran seraya menatap Alfa.

"Lo ada urusan apa sama Kayla?"Tanya Gibran lantas naik ke atas motornya.

"Dia merupakan tangan kanan Fanya."Jawab Alfa.

"Fanya nyuruh gue buat ketemu sama Kayla, karena Kayla tahu semuanya."Ujar Alfa seraya menatap Gibran yang kini terduduk di atas motornya.

"Tangan kanan Fanya"Beo Gibran.

"Gue udah nanya Fanya tentang motif balas dendam dia ke keluarga gue. Tapi gue ngga ngerti apa dia bilang."Ujar Alfa lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Jadi dia nyuruh gue buat nanyain semuanya ke Kayla."Lanjutnya.

"Gue duluan."Ucap Alfa lalu memakai helm full facenya, ia menyalakan mesin motornya lalu menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi.

Mansion Alzheiga

Saat ini Laras tengah terduduk di sofa dengan Zyfa yang terduduk di sebelah kirinya.

Laras mengusap lembut surai rambut milik Zyfa."Bagaimana sekolahnya?"Tanyanya dengan lembut.

"Alhamdulillah, masih utuh kok mom."Jawab Zyfa.

"Bukan itu maksud Mommy."Ujar Laras seraya tersenyum.

"Ya, seharusnya tuh Mommy nanya. Pelajaran bagaimana? Gitu."Ucap Zyfa.

"Hehe, pelajaran bagaimana?"

"Baik kok, Mom."

"Ngga ada yang jahatin kamu kan?"

"Ngga ada. Kan ada Afa yang jagain aku."Jawab Zyfa seraya tersenyum manis.

Mansion Alvagantra

"MAMA!"Teriak Gibran seraya memasuki Mansion.

"MAMA!"Teriaknya lagi saat tidak ada sahutan sama sekali.

Gibran menendang meja ruang tamu yang berbahan kaca. Meja tersebut hancur bagai kertas yang telah digunting-gunting.

Dari arah sana. Terlihat Tasya yang kini baru saja keluar dari lift dan berlari menuju ke arah Gibran.

Tasya memeluk Gibran seraya mengusap punggungnya, guna untuk menenangkan sang empu.

"Sstt, hei. Kenapa hm? Ada yang buat kamu marah?"Tanya Tasya dengan lembut.

Gibran membalas pelukan Tasya dengan erat."Kayla pergi Ma, dia pergi ninggalin Gibran."Ucapnya dengan lirih.

"Hiks, Gibran udah bentak dia. Pasti dia udah ngga mau sama Gibran."Lanjutnya.

"Sstt, duduk dulu yuk."Ucap Tasya lalu mendudukkan dirinya di sofa. Begitu juga dengan Gibran.

Tasya menyisir rambut Gibran ke belakang dengan menggunakan tangan kanannya."Anak Mama kok jadi cengeng sih hm?"Tanya Tasya.

Gibran langsung memeluk Tasya seraya menyembunyikan wajahnya di cekuk leher Tasya.

"Hiks hiks, hiks."

Mansion Danuarta

"Mama mau kemana?"Tanya Keenan pada seorang perempuan setengah baya yang menjabat sebagai seorang Ibu yang malah tidak pantas disebut sebagai seorang Ibu.

"Mama mau ke cafe dulu."Jawab perempuan setengah baya tersebut. Ia bernama Azizah Aulia Danuarta atau yang lebih kerap dipanggil Aulia.

Keenan mengikuti langkah kaki Aulia lalu menghadang jalannya."Mama sadar ngga sih, selama ini yang Mama pentingin itu cuma kerja dan kerja terus. Kapan Mama pentingin Inan?"Ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Mama buru-buru, sekarang minggir."Ucap Aulia seraya menatap Keenan.

"Dari kecil sampai sekarang Mama ngga pernah meluk Inan, begitu juga Papa. Kalian sama-sama buta kerja."Ucap Keenan lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan air mata yang membanjiri pipinya.

Aulia membalikkan tubuhnya dan menatap kepergian Keenan.

"Maafkan Mama, ini buat kebaikan kamu, sayang. Mama sayang Inan."Ucap Aulia dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca, ia pun melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan sebuah dokumen yang ada di tangan kirinya.

"Aku tahu semuanya, aku tahu alasan Mama seperti itu. Tapi ngga gini caranya, Mama sama aja nyakitin hati Anak Mama sendiri."Ucap seseorang dalam hati seraya menatap kepergian Aulia.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Lagi bosan aja, jadi update

Tetap Fàngsōng!

See you later 🤗

Written
Rabu 10 Januari 2024

Publish
Rabu 8 Mei 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang