37. ANGKAZLAS

8 2 5
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

"Nenek."

Seorang perempuan kini tengah menatap seorang perempuan paruh baya yang tengah terbaring di atas brankar sambil menggenggam tangan kirinya.

"Iya, Nak."Ucap perempuan paruh baya tersebut sambil membalas tatapan perempuan tersebut, yakni Cucunya.

"Nenek kan udah janji sama Zee buat sembuh."Ucap Zhao Li Zhan atau yang lebih kerap dipanggil Zee dengan mata yang berkaca-kaca.

"Zee. Nenek ngga tahu, apa Nenek bisa menepati janji itu atau tidak."Ucap Li Zhang Yang atau yang biasa dipanggil Zhang Yang.

"Nenek juga udah janji sama Zee buat selalu ada di sisi Zee."Ujar Zee.

"Jadi, Kakek ngga boleh ninggalin Zee."Lanjutnya dengan senyuman manisnya.

Zhang Yang ikut tersenyum kala melihat senyuman manis dari Cucu satu-satunya."Hanya Tuhan yang menentukannya, Nak, Nenek hanya bisa berdoa agar diberi kesehatan dan juga keselamatan."Ucapnya dengan napas yang mulai tersengal-sengal.

Zee yang melihatnya di buat panik."Nenek, Nenek! Nenek dengar Zee kan?"Tanyanya seraya berdiri dari duduknya.

Zhang Yang menganggukkan kepalanya."Nenek bertahan, Zee mau manggil Dokter Li dulu."ucap Zee lalu melepaskan genggamannya.

Zee berlari keluar dari ruangan tersebut dengan air mata yang mulai luruh membasahi pipinya.

"Suster!"Panggil Zee pada seorang perempuan dengan seragam khusus seorang Suster.

Suster tersebut membalikkan tubuhnya dan menatap Zee."Ada apa Nona?"Tanyanya.

"Apakah Suster melihat Dokter Li?"Tanya Zee dengan raut wajah panik.

"Ada apa?"Tanya seorang lelaki dari arah sana yang tengah berjalan dengan seorang perempuan yang ada di belakangnya menuju Zee dan Suster tersebut.

Suster tersebut membungkukkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana setelah mengucapkan kata permisi.

"Dokter Li, tolong selamatkan Nenekku."Ucap Zee sambil memegang lengan tangan kanan Jian Li atau yang biasa dipanggil Jian atau Dokter Li.

Zee langsung berlari meninggalkan Dokter Li dengan Suster tersebut. Dokter Li langsung saja ikut berlari menuju ruangan pasiennya. Sedangkan Suster tersebut, ia menatap tidak percaya.

"Aku di mana? Aku siapa?"Suster tersebut melangkahkan kakinya menuju ruangan pasien tersebut dengan langkah lebarnya.

"Tunggulah diluar."Ucap Suster tersebut. Zee hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.

Zee mendudukkan dirinya di kursi panjang seraya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya.

"Ya Tuhan. Kumohon, selamatkan Nenekku."Ucap Zee dalam hati.

Tidak lama kemudian, Suster tersebut membuka pintu ruangan tersebut."Masuklah."Ucapnya.

Zee berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Nenek, bagaimana perasaan Nenek? Apakah ada yang–"Ucap Zee setelah mendudukkan dirinya di kursi, tepat di samping kiri brankar Zhang Yang.

"Zee, dengarkan Nenek."Potong Zhang Yang sambil menatap Zee.

Zhang Yang beralih menatap Dokter Li."Kemarilah."Titahnya pada Dokter Li.

Dokter Li melangkahkan kakinya mendekat ke brankar yang ditempati oleh Zhang Yang."Dokter Li, sesuai janji yang telah di buat."Ucapnya.

"Zee."

"Iya, Nenek."

"Kamu mau kan, menikah dengan Dokter Li?"Tanya Zhang Yang.

"Apa maksud Nenek?"

"Zee, ini permintaan Nenek yang terakhir. Nenek mohon kamu penuhi."ucap Zhang Yang dengan lemah.

"Nenek ngga bakal lama lagi."Lanjutnya.

Zee menundukkan kepalanya lalu mengangkat kepalanya. Ia menatap Dokter Li."Jika Dokter Li bersedia, Zee juga bersedia."Ucapnya.

"Tidak ada pilihan lain selain menerima semuanya."Ucap Zee dalam hati.

"Saya tidak akan menolaknya."Ucap Dokter Li dalam hati.

"Ya, saya bersedia."Ucap Dokter Li.

"Nenek titip cucu Nenek. Jaga dia sebaik mungkin."Ucap Zhang Yang.

Li menutup matanya dengan keadaan tenang. Mata tersebut tertutup bukan hanya untuk sementara. Tapi untuk selamanya.

"Nenek."Panggil Zee sambil menggoyangkan tubuh Zhang Yang.

"Nenek! Nenek bangun hiks."

"Nenek nyuruh Zee nikah sama Dokter Li untuk apa? Kalau Nenek saja tidak melihatku menikah dengannya."Ucap Zee.

Dokter Li berjalan menghampiri Zee lantas mengusap punggung Zee dengan lembut."Ikhlaskanlah. Biarkan Nenek tenang."Ucapnya dengan lembut.

Suster tersebut mencatat tanggal dan juga waktu berpulang seorang perempuan paruh baya yang bernama Li Zhang Yang.

Zee memeluk Dokter Li dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Dokter Li."Sst, tenanglah."Ucap Dokter Li sambil mengusap lembut surai rambut milik Zee dengan menggunakan tangan kanannya.

Suster tersebut meletakan buku catatan khususnya di atas nakas lalu menutup seluruh tubuh Zhang Yang dengan kain tipis berwarna putih.

☆☆☆☆☆

"Kumohon, semoga tidak mengecewakan."Ucap seorang perempuan yang kini tengah berada di sebuah gubuk kecil.

"Tidak, ini tidak mungkin."Ucap perempuan tersebut dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Ditangan perempuan tersebut, terdapat sebuah benda yang agak panjang yang biasanya dipakai seorang perempuan untuk mengecek sesuatu.

"Tidak ada selain dirinya."Ucap perempuan tersebut.

"Bagaimana aku menemukannya?"Tanya perempuan tersebut pada dirinya sendiri.

Air mata perempuan tersebut luruh hingga membasahi pipinya."Kalau dia tidak ingin bertanggung jawab. Maka aku yang akan merawatnya sendiri."Ucapnya lantas mengusap pipinya yang basah akibat air mata dengan kasar.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Harlen double up nih

Ada yang nungguin ngga?

Jangan lupa vote and coment!

See you later 🤗

Written
Jum'at 5 Januari 2024

Publish
Selasa 16 April 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang