16. ANGKAZLAS

33 16 17
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Mansion Xendrix

"Nona."

"Nona."

"Ehh."

"Nona ngapain sendirian disini?"Tanya seorang Maid yang bekerja di Mansion Xendrix yang bernametag Rini.

"Lagi ngga ngapa-ngapain, Bi."Jawab Akiya seraya menatap Bi Rini.

"Kalau Nona mau keluar, Nona keluar aja. Daripada kesepian didalam terus."Ujar Bi Rini.

"Tapi Alan melarang aku, Bi."

"Tuan Alan memang melarang Nona keluar dari Mansion, asalkan tidak sampai keluar dari pagar Mansion."Jelas Bi Rini.

"Benarkah?"Tanya Akiya dengan raut wajah sumringah.

"Iya, Non."

Dengan cepat Akiya berlari menuju pintu utama dan membukanya. Dilihatnya dua orang lelaki dengan pakaian serba hitamnya yang kini membungkukkan tubuhnya menghadap dirinya.

"Nona ingin kemana?"Tanya salah satu dari mereka yang bernametag Mond.

"Aku hanya ingin keluar."Jawab Akiya seraya menatap mereka secara bergantian.

"Maaf Nona. Tuan Alan telah berpesan kepada kami, agar tidak membiarkan Nona keluar dari Mansion."Ucap salah satunya lagi yang bernametag Tou.

"Aku hanya ingin melihat-lihat area Mansion, aku tidak akan keluar dari pagar Mansion."Ucap Akiya sambil memperlihatkan puppy eyesnya.

"Baiklah, Nona."Mereka pun memberi Akiya jalan. Akiya berjalan menuju Taman yang ada di bagian depan Mansion

Jadi, di Mansion Xendrix terdapat dua Taman. Yaitu di bagian depan dan belakang.

"Kenapa kalian ngikutin ku?"Tanya Akiya saat melihat dua Bodyguard tadi berdiri dibelakangnya setelah membalikkan tubuhnya.

"Kami hanya hanya ingin menjaga Nona."Jawab Tou.

"Aku udah besar dan ngga perlu dijagain lagi."Ujar Akiya.

"Tapi ini perintah dari Tuan Alan, Nona."Ucap Mond.

"Terserah kalianlah."Ucap Akiya dengan pasrah.

Akiya mulai berjongkok dan memetik bunga-bunga yang ada di sana dengan senyuman yang tidak pernah luntur, seperti bedak anak jaman now.

Mansion Danuarta

"Nata!"

"NATA!"

"NATA!"

Para Maid maupun Bodyguard berkumpul diruang tamu."Bagaimana ini?"Tanya Bi Dina pada mereka semua dengan raut wajah khawatir.

"Telepon Nona Nata cepat."Ucap Bi Wina dengan kemoceng yang ada di kedua tangannya.

Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah benda persegi panjang dari saku bajunya lalu mengetik sesuatu di sana.

"Halo, Non."

"...."

"Nona sebaiknya pulang sekarang, Tuan Keenan saat ini sedang mencari Nona."

"...."

"Iya, Non."

Maid tersebut menyimpan benda tersebut pada tempatnya."Nona akan tiba beberapa menit lagi."Ucapnya seraya menatap mereka secara bergantian.

"Dimana Nata?"Tanya Keenan yang baru saja keluar dari lift dengan mata yang menyorot tajam kearah mereka.

Mereka dibuat ketakutan. Bagaimana ini? Mereka harus menjawab apa?

"DIMANA NATA HAH! KALIAN PUNYA TELINGA NGGA?! PUNYA MULUT NGGA?!"Teriak Keenan lalu melempar barang-barang yang ada disekitarnya.

Prang

Prang

Bugh

"ARGHH."

Tubuh Keenan luruh kelantai."Nata hiks...Nata jangan pergi, Nata jangan tinggalin Inan hiks hiks."

☆☆☆☆☆

Nata yang mendapatkan telepon dari salah satu Maid yang bekerja di Mansion Danuarta langsung saja mengangkatnya.

"Dad, aku pulang dulu ya."Ucap Nata setelah menyimpan handphonenya kedalam tasnya.

"Keenan udah pulang, dan sekarang dianya nyariin aku."Ujar Nata.

"Baiklah, hati-hati dijalan."Ucap Reynard seraya mengusap lembut surai rambut milik Nata dengan menggunakan tangan kirinya.

"Iya, Dad."Ucap Nata lalu menyalimi Reynard.

"Kalau gitu Nata pulang, wa'assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh"Nata pun beranjak dari duduknya lalu melangkahkan kakinya keluar dari Mansion Mahendra

Sesampainya Nata di Mansion Danuarta. Ia melihat begitu jelas  pecahan kaca maupun beling yang berserakan dilantai.

Barang-barang yang awalnya tertata rapi kini telah hancur menjadi beling yang tidak bisa dideskripsikan.

Nata melangkahkan kakinya menuju sang pelaku dan berjongkok dihadapannya dengan salah satu lutut kaki yang di tekuk, ia kemudian mengusap lembut rambut sang pelaku dengan menggunakan tangan kanannya.

Keenan yang merasakan sebuah usapan yang sangat ia kenali langsung saja mendongakkan kepalanya dan memeluk Nata dengan erat, serta menyembunyikan wajahnya di cekuk leher Nata.

"Jangan pergi hiks."

Nata mengusap lembut punggung Keenan dengan menggunakan tangan kirinya."Sstt, udah ya."Ucapnya dengan lembut.

"Hiks hiks hiks."

"Jangan pergi hiks."

"Iya, Nata ngga pergi kok."

Keenan mengurai pelukannya lalu menatap Nata."Tapi tadi Nata pergi."Ujarnya dengan suara serak akibat menangis.

"Tadi Nata ke Mansion Mahendra."Ucap Nata.

"Kenapa Nata ngga izin?"Tanya Keenan dengan bibir yang dikerucutkan.

Nata mengusap jejak air mata Keenan."Nata tadi lupa, maaf ya."Ucapnya.

"Inan ngga mau maafin Nata, sebelum Nata cium Inan hiks."Ujar Keenan dengan sedikit sesegukan.

Nata mencium kening Keenan lantas berkata."Udah."

"Ih, bukan disitu. Tapi disini"Ucap Keenan sembari menunjuk bibirnya.

"Nanti aja."

"Sekarang ih."

"Kalau sekarang, kasian mereka."Ucap Nata seraya menatap para Maid dan Bodyguard.

"Readersnya juga"Lanjutnya.

☆☆☆☆☆

"Actingmu begitu bagus, Abang menyukainya."Ucap seorang lelaki dengan laptop yang ada diatas meja, tepat dihadapannya.

"Siapa dulu dong."

"Tapi, Abang udah buka akses data diri  aku kan?"Tanya seorang perempuan dengan beberapa buku yang ada diatas meja, tepat dihadapannya juga.

"Sudah."Jawab lelaki tersebut seraya menatap perempuan tersebut dengan lembut dengan senyum tipisnya.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Publish
Ahad 3 Maret 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang