。:゚Happy Reading゚:。
Alfa dkk kini tengah menuju pemakaman umum.
Mereka turun dari motor mereka masing-masing.
Mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam pemakaman."Kita mau ngapain kesini?"Tanya Liona kepada mereka. Mereka hanya diam seraya terus melangkahkan kakinya masuk memasuki area pemakaman.
Mereka telah sampai di hadapan kuburan seseorang. Yakni kuburan Alvin.
Liona menatap Alfa dkk dengan heran. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat salah satu batu nisan kuburan yang ada di hadapannya.
Mata Liona mulai berkaca-kaca. Ia menutup mulutnya dengan menggunakan telapak tangan kanannya, guna untuk menahan sebuah isakan."Ngga, ini ngga mungkin."Ucapnya dengan lirih.
Air mata Liona luruh, sehingga membuat pipinya menjadi basah."Kalian pasti bohong kan."lanjutnya sambil menatap mereka secara bergantian.
"Katakan, kalo ini hanya lelucon kalian kan."lanjutnya dengan nada yang meninggi.
"Ini bukan lelucon. Di dalam sana...."Ucap Alan menggantung dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ada Abang."Lanjutnya lantas membalikkan tubuhnya, guna untuk menghapus air matanya yang telah berlinang.
Alan kembali membalikkan tubuhnya."Abang terkena tembakan peluru yang beracun."Ucapnya.
Liona bersimpuh di hadapan makam Alvin dengan tangan kiri yang memegang batu nisan makam Alvin.
"Vino ngasih Ona hadiah karena ini? Vino kenapa ninggalin Ona?"
"Ona udah nungguin Vino lho. Tapi, Ona ngga bisa liat Vino lagi."Ucap Liona sambil mengusap tanah makam Alvin dengan menggunakan tangan kanannya.
"Vino udah janji bakal nikahin Ona kalau udah lulus. Janji Vino mana hiks."
"Hiks hiks."
Zyfa melepaskan genggaman Alfa pada tangan kirinya. Ia berjongkok di sebelah kanan Liona lalu memeluknya."Kamu yang ikhlas ya. Ini udah takdirnya."Ucapnya seraya mengusap bahu kiri Liona.
Keenan dan Nata langsung pulang, mereka tidak bisa ikut karena ada suatu kepentingan pribadi.
Mansion Mahendra
"Bagaimana Dad?"Tanya Nata pada Reynard.
"Sembilan puluh sembilan persen."Ucap Reynard dengan sebuah kertas yang ada di tangannya.
Seorang perempuan paruh baya yang duduknya tidak berjarak jauh dari Reynard langsung merampas kertas tersebut.
Reynard di buat terkejut dengan kelakuan Ibunya. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Reynard."Ucap perempuan paruh baya tersebut sambil menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kirinya.
Ia menatap Reynard dan Nata secara bergantian dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ayo kita jemput dia."Lanjutnya lalu beranjak dari sofa. Tidak lupa meletakkan kertas tersebut di atas meja.
"Nanti malam saja, Ibu. Dia tengah berduka atas kepergian orang yang dia sayangi."ucap Reynard.
"Bukan hanya sayang. Tapi juga cinta."Koreksi Nata.
Seorang lelaki mendudukkan dirinya di sebelah kiri Nata lalu memeluknya dengan erat dari samping."Nata ih."Ucap lelaki tersebut dengan kesal.
Nata mengusap rambut milik Keenan dengan lembut."Kenapa hm?"Tanyanya pada Keenan. Ya, lelaki tersebut adalah Keenan.
Keenan menatap Reynard yang tengah menatapnya."Manja."Ejek Reynard.
Keenan mencebikan bibirnya dan menyembunyikan wajahnya di cekuk leher Nata."Inan ngga manja."Ucapnya dengan suara terendam.
Perempuan paruh baya tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua."Apa kau lupa? Kau juga begitu manja saat bersama Kila."Ucapnya seraya menatap Reynard.
"Ibu."Perempuan paruh baya tersebut di buat terkekeh melihat wajah Reynard yang memerah.
☆☆☆☆☆
Setelah mengantar Zyfa pulang. Alfa kini tengah berada di kantor polisi. Tempat di mana Fanya di amankan.
Saat ini Alfa tengah terduduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki oleh Fanya yang dihalangi oleh sebuah meja.
"Alasan lo buat balas dendam sama keluarga gue."Ucap Alfa sambil menatap Fanya dengan tatapan mengintimidasi.
Fanya merongoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah permen karet yang terbalut pembungkus.
Fanya membuka pembungkus permen karet tersebut lalu memakan permen karetnya. Yakali pembungkusnya.
Fanya menaikkan kaki kanannya ke atas kursi dengan tangan kanan yang diletakkan di atas lutut kaki kanannya.
Fanya mengunyah permen karetnya."Sebenarnya gue bukan mau balas dendam ke lo. Tapi sama mereka."Ujarnya disela-sela kunyahannya.
Fanya masih memakai pakaian yang kemarin ia pakai. Ia belum tentu bersalah, dan bilik tahanan ia juga berbeda.
"Siapa?"Tanya Alfa dengan wajah datarnya.
"Keluarga Handrex."Jawab Fanya.
"Lo pasti bingung kan sama kematian Kakak lo."Ucap Fanya.
"Gue punya bukti pembunuhan keluarga Handrex terhadap Alfi, kembaran lo."Ujar Fanya.
Alfi menatap Fanya dengan raut wajah bertanya-tanya."Lo mau buktinya?"Tanya Fanya lalu meniup permen karetnya.
"Hmm."Dehem Alfa sebagai tanggapan dan jawaban.
"Ngga usah sensi kali. Lo bisa minta buktinya sama tangan kanan gue."Ujar Fanya lantas terkekeh pelan.
"Siapa?"Tanya Alfa.
"Kayla."Jawab Fanya.
"Tapi, lo jangan laporin pelakunya dulu."Ujar Fanya.
Alfa sedikit mengerutkan keningnya."Siksa dia dulu."Lanjutnya saat melihat kebingungan melanda Alfa.
☆☆☆☆☆
"KAYLA!"Teriak seorang perempuan setengah baya seraya memasuki Mansion.
"Hm."Kayla berjalan menuju ke arah perempuan setengah baya tersebut sambil bersedekap dada.
Perempuan setengah baya tersebut menarik lengan tangan kanan Kayla lalu membawanya keluar dari Mansion.
"Ma, Mama apaan sih."Ucap Kayla seraya melepaskan tangannya yang ditarik oleh perempuan setengah baya tersebut.
"Ikut Mama."Ucap perempuan setengah baya tersebut sambil membuka pintu mobil bagian belakang, ia kemudian mendorong tubuh Kayla untuk masuk ke dalam mobil.
。:゚To Be Continue゚:。
Harlen update, soalnya lagi badmood
Sebenarnya Harlen ngga tahu badmood itu kek gimana. Yang intinya Harlen bosan+gabut
Written
Jum'at 5 Januari 2024Publish
Senin 22 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKAZLAS [END]
Teen FictionJudul awal: Waktu Yang Berlalu, Different Colours, Kegelapan Yang Menggelap, Alfaza. Judul Sekarang: ANGKAZLAS ____________________________________________ Hai, ini cerita pertama yang aku bikin 🤗 Semoga kalian menyukainya. Sebelum baca, jangan lu...