38. ANGKAZLAS

6 2 0
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

"ANO!"Pekik Akiya yang baru saja datang.

Alan membalikkan tubuhnya dan melihat orang yang memanggilnya. Akiya berlari menghampiri Alan dan langsung memeluknya.

Alan membalas pelukan Akiya dengan erat."Kenapa teriak hm?"Tanyanya dengan lembut sambil mengusap surai rambut milik Akiya dengan lembut.

Bukannya menjawab, Akiya malah cengengesan setelah mengurai pelukan tersebut.

Dari arah sana, terlihat seorang perempuan yang kini tengah berjalan menuju ke arah mereka berdua. Sesekali ia melompat kecil.

Pipi yang kecil dan chubby dengan bibir yang kecil dan berwarna Cherry. Sedikit poni yang menutupi sebagian jidatnya, rambut sepanjang bawah bahu, ditambah dengan sebuah jepit rambut berwarna pink kemerahan yang dipadukan dengan gambar Hello Kitty.

"Vino mana?"Tanya Liona pada Alan. Ya, perempuan tersebut adalah Liona. Dan jepitan rambut yang tengah ia pakai adalah hadiah dari Alvin.

Pada hari kemarin. Alvin memberikan Liona hadiah yang berupa jepitan rambut yang begitu banyak. Alvin juga membelikan Liona sebuah gelang couple dan juga sebuah kalung liontin.

Begitupun dengan Alan. Ia juga memberikan Akiya sebuah hadiah yang setara dengan hadiah Alvin untuk Liona. Yang setara bukanlah isinya, tetapi harganya.

Mereka berdua memberikan kekasih mereka hadiah sebelum kejadian yang merenggut nyawa Alvin terjadi. Pada saat itu, Alvin dan Alan membawa Akiya ke rumah Liona. Sebab, tidak ada yang menemani Akiya kala itu.

Dan di saat itu, mereka berdua memberikan mereka hadiah lalu pergi. Mereka memperingati kekasih mereka masing-masing agar membuka hadiahnya setelah mereka berlalu dari sana.

"Abang lagi banyak urusan. Jadi dia ngga ke sekolah."Jawab Alan. Liona menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.

"Maafkan hambamu ini, Ya Tuhan."Ucap Alan dalam hati.

"Kalau gitu aku duluan sama Ona."Ucap Akiya lalu menarik pergelangan tangan kiri Liona pergi dari sana.

"Lihatlah, Abang. Sekarang dia mencarimu."Ucap Alan dalam hati sambil memandang kepergian mereka berdua.

"Aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku terus berbohong kepadanya."Lanjutnya dalam hati.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menepuk bahu kiri Alan. Ia membalikkan tubuhnya dan melihat sang pelaku.

"Kenapa?"Tanya Gibran. Ya, sang pelaku adalah Gibran.

"Liona nanya Alvin dimana."Jawab Alan.

"Terus, lo jawab apa?"Tanya Alfa dengan tangan kiri yang menggenggam tangan kanan Zyfa.

"Abang lagi banyak urusan. Jadi dia ngga ke sekolah."Jawab Alan.

"Nanti kita pikirkan."Ujar Keenan sambil bergelayut manja di lengan tangan kanan Nata.

Salah satu dari mereka hanya diam dengan mata yang menatap sekelilingnya. Dia adalah Satria.

Satria begitu sangat berubah. Yang dulu cara berpakaian rapi, kini menjadi berantakan. Yang dulunya kekanak-kanakan, kini menjadi berandalan.

Yang dulunya penurut, kini menjadi pembangkang. Yang dulunya manja, kini menjadi mandiri. Ia sekarang bekerja di perusahaan Papinya sebagai karyawan biasa.

Awalnya Yuan ingin langsung menjadikan Satria sebagai direktur di perusahaannya. Namun, Satria menolaknya dengan keras. Ia berkata ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Ia ingin memulainya dari nol, alias dari bawah.

Awalnya Satria tidak ingin bekerja. Tapi ia berpikir, untuk apa juga ia hidup kalau tidak berguna. Ia sudah besar, dan menurutnya, ia bisa menghidupi kebutuhannya sendiri tanpa meminta pada kedua orang tuanya.

☆☆☆☆☆

"Selamat pagi."Ucap seorang Guru perempuan paruh baya dengan sebuah buku paket yang ia tenteng sambil memasuki Kelas 3 IPA 1.

"Siang, Bu."Balas para murid Kelas 3 IPA 1 secara bersamaan sambil berdiri dari duduknya.

Mereka semua kembali mendudukkan dirinya di kursi masing-masing.

Guru tersebut mendudukkan dirinya di kursi sembari meletakkan buku paket tersebut di atas meja Guru.

Guru tersebut mengambil sebuah kertas di dalam laci meja yang merupakan absensi murid Kelas 3 IPA 1.

Guru tersebut mengabsen para murid Kelas 3 IPA 1.

"Muhammad Alano Xendrix!"Ucap Guru tersebut dengan lantang sambil memegang sebuah pulpen.

"Hadir, Bu."Ucap Alan seraya mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan yang terbuka setinggi mungkin.

"Muhammad Alvino Xendrix!"Keadaan tiba-tiba menjadi hening. Guru tersebut mengangkat kepalanya dan menatap mereka semua.

"Dimana Alvin?"Tanya Guru tersebut sambil membenarkan tata letak kacamatanya yang bertengger manis di atas hidungnya.

Alan berdiri dari duduknya dan berjalan menuju meja Guru, ia mendudukkan dirinya di kursi, tepat di hadapan Guru tersebut yang hanya terhalangi oleh sebuah meja.

"Abang saya...dia telah berpulang."Bisik Alan sambil menatap wajah Guru tersebut.

Guru tersebut membelalakkan matanya."Jangan bercanda, Alan."Ucapnya seraya menutupi keterkejutannya.

"Saya tidak bercanda, Bu."Ucap Alan.

Guru tersebut menatap manik mata milik Alan. Ia berusaha mencari kebohongan di mata tersebut. Tapi, ia sama sekali tidak menemukan sebuah kebohongan.

"Kembalilah ke tempat dudukmu."Titah Guru tersebut.

"Untuk sementara. Jangan memberitahu mereka semua."Ucap Alan dan beranjak dari kursi lalu berjalan menuju tempat duduknya.

Alan kembali mendudukkan dirinya di kursinya dengan tatapan murid Kelas 3 IPA 1 yang mengarah padanya.

"Baik, bisa mohon perhatiannya?"Ucap Guru tersebut lalu melanjutkan kegiatan mengabsennya.

Basecamp Blacksnake

"Dia sudah kembali?"Tanya Rico sambil mendudukkan dirinya di sofa lalu mengambil sebuah putung rokok yang ada di atas meja.

Rico membakar ujung putung rokok dengan menggunakan korek api. Ia memasukkan ujung putung rokok yang tidak terbakar ke dalam mulutnya.

Asap rokok bertebaran kemana-mana."Hm, dia akan datang nanti sore."Ucap Farel.

Masih ingat dengan mereka? Kalau tidak ingat, kembali ke bab dua.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Harlen update lagi nih. Soalnya udah sepekan Harlen ngga update Angkazlas

Written
Jum'at 5 Januari 2023

Publish
Rabu 17 April 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang