52. ANGKAZLAS

4 1 1
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

Lelaki tersebut langsung membopong tubuh Fanya seperti karung.

"LO, LO APA-APAAN SIH! TURUNIN NGGA!"Teriak Fanya seraya memukul-mukul punggung lelaki tersebut.

Lelaki tersebut sama sekali tidak merasa kesakitan dengan pukulan yang dilayangkan Fanya untuknya.

"Lo denger ngga?!"

Sama sekali tidak ada tanggapan dari lelaki tersebut. Fanya hanya pasrah akan dibawa kemana oleh lelaki tersebut.

Lelaki tersebut menurunkan Fanya setelah membuka pintu mobil lalu mendorong Fanya untuk masuk dan duduk di samping kursi kemudi."Masuk."Titahnya saat Fanya terus memberontak.

"GUE BILANG NGGA, YA NGGA!"Teriak Fanya di depan wajah lelaki tersebut.

"Hei, kenapa hm?"Tanya lelaki tersebut dengan lembut seraya merapikan tata rambut Fanya dengan menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya? Ia menggunakan tangan kirinya untuk merengkuh pinggang ramping milik Fanya.

Tubuh Fanya bergetar."Hiks."

Lelaki tersebut di buat kelabakan, ia mengusap lembut pipi Fanya dengan menggunakan Ibu jari tangan kanannya."Apakah aku berbuat kasar?"Tanyanya dengan lembut seraya menatap Fanya dengan lembut.

"Jangan hiks."Ucap Fanya dengan lirih.

"Lepas."

"Hiks, jangan apa-apain aku hiks."Ucap Fanya seraya berusaha melepaskan dirinya dari lelaki tersebut.

Lelaki tersebut menatap mata Fanya dengan lembut."Apakah dia memiliki trauma?"Tanyanya entah kesiapa dalam hati.

Lelaki tersebut beralih memeluk Fanya dengan erat dengan tangan kanan yang setia mengusap punggung sang empu dengan lembut.

"Sstt, ada aku. Jangan takut."Bisik lelaki tersebut, tepat di samping telinga kanan Fanya.

Perlahan demi perlahan, tubuh Fanya kembali seperti semula. Ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki tersebut dengan kedua tangan yang meremas jas lelaki tersebut.

Sebuah dengkuran halus mulai terdengar di indra pendengaran lelaki tersebut, ia pun mengurai pelukannya lalu menatap wajah Fanya.

Lelaki tersebut mengusap kening beserta anak rambut milik Fanya dengan lembut, ia kemudian mengecup kening Fanya lalu menatap wajah Fanya yang kini terlelap di dalam dekapannya.

Lelaki tersebut menggendong Fanya ala koala lalu menutup pintu mobil, ia kemudian beralih membuka pintu mobil bagian kemudi lalu masuk. Ia mendudukkan dirinya di kursi kemudi dengan Fanya yang ada dipangkuannya.

Lelaki tersebut menatap wajah Fanya lantas mengecup bibirnya sekilas lalu menyandarkan kepala Fanya pada bahunya.

Lelaki tersebut mulai menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan mobilnya pergi dari sana dengan kecepatan rata-rata.

Lelaki tersebut memegang setir mobil dengan menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk merengkuh pinggang ramping milik Fanya agar tidak terjatuh.

☆☆☆☆☆

"Wo qi dai de bu shi xue, er shi you ni de dong tian."

"Wo qi dai de bu shi yue, er shi he ni de yu jian."

"Wo qi dai yan hua man tian, wo ke yi yong yuan kao zai ni zuo jian."

"Wo qi dai de bu shi yi ju bao qian."

Terlihat seorang perempuan yang kini tengah bernyanyi di sebuah taman yang tidak jauh dari pekarangan rumahnya. Ia kini tengah terduduk di kursi taman tersebut seraya menatap nabastala yang gulita. Perempuan tersebut adalah Lani.

"Cemburu itu menyakitkan, akan tetapi yang lebih menyakitkan adalah ketika lo cemburu sama orang yang bukan milik lo."

"Ya, ngga seharusnya gue terus berharap sama dia."Ucap Lani.

"Dulu, terkadang gue harus tertidur dulu buat bisa milikin dia."Lanjutnya lalu berdiri dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Hari begitu larut. Di tengah perjalanan, Lani dihadang oleh lima lelaki yang biasa di sebut preman. Mereka menampilkan senyum miring ke arah Lani dengan tatapan nakal.

Lani di buat ketakutan, hari begitu larut. Jalanan telah sepi, tidak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang.

"Ya Tuhan."Ucap Lani dalam hati.

"Malem-malem, Neng mau kemana?"Tanya salah satu dari mereka yang bergelar sebagai kembaran Upin dan Ipin.

"M-mau pulang."Jawab Lani dengan gugup. Ia sama sekali tidak membawa barang, meminta tolong pun mustahil akan ada orang yang menolongnya.

"Mau ikut Abang ngga?"Tanya salah satu dari mereka yang bergelar sebagai kembaran mie eko. Tahu mie eko? Itu lho, mie yang biasa di jual sama penjual. Ya kali pemulung.

Lani menggelengkan kepalanya dengan pelan sembari melangkah mundur. Namun, salah satu dari mereka beralih berdiri di belakang Lani, sehingga punggung Lani terbentur di perut buncit lelaki tersebut.

Kini Lani berada di tengah-tengah mereka berlima dengan bentuk lingkaran.

Salah satu mereka meraih tangan kiri Lani. Namun, belum sampai menyentuh tangan Lani. Tiba-tiba lelaki tersebut telah terkapar di aspal dengan darah yang keluar dari dadanya.

Dor

Sebuah peluru melayang di kepala mereka masing-masing, ada pula yang dilayangkan di bagian leher.

Lani menutup kedua telinganya dengan menggunakan jari telunjuk kedua tangannya, dan dengan mata yang dipenjamkan kala suara tembakan menggema di area sana.

Lani membuka kedua matanya secara perlahan dan menurunkan kedua tangannya. Ia menatap lima lelaki tersebut yang kini tengah terkapar di aspal dengan darah yang bersimbah di tubuh mereka masing-masing.

Lani menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kanannya, matanya berkaca-kaca, ia mengedarkan pandangannya guna mencari sang pelaku. Ia langsung pergi dari sana dengan berlari sekencang mungkin. Jangan sampai ia menjadi sasaran orang tersebut.

Sedangkan di balik pohon yang besar dan tidak jauh dari sana, terlihat seseorang yang memakai sebuah topeng hingga menutupi semua area wajahnya, kecuali mata. Ia kini tengah mengotak-atik handphonenya lalu mendekatkan handphonenya pada telinga kirinya."Bereskan."Ucapnya lalu menyimpan handphonenya di saku celananya lalu menatap Lani yang kini tengah berlari.

"So adorable."Gumam orang tersebut seraya tersenyum smirk.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Sebagian paragraf Harlen hapus, jadi tidak terlalu nyambung gitu.

Written
Sabtu 13 Januari 2024

Publish
Rabu 29 Mei 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang