。:゚Happy Reading゚:。
"Nata kemana?"Tanya Zyfa seraya melepaskan pelukan tersebut.
"Kakak lagi nemenin Bang Keenan ke toilet."Jawab Liona.
"Kakak? Bang?"Tanya Zyfa dan Akiya secara bersamaan.
"Nata itu Kakak Ona."Ucap Liona.
Hening seketika....
Krik
Krik
Krik
"Oh, he give it to me."Nyanyi seorang perempuan yang kini baru saja memasuki kantin dengan tangan yang saling bertautan dengan seorang lelaki. Mereka ada Keenan dan Nata.
"Everyday,, everyday, everyday, every."Nyanyi Keenan. Mereka sesekali melompat-lompat kecil disela-sela jalannya.
"He give it to me."Nyanyi Nata.
"Everyday, everyday, everyday, every."Nyanyi Keenan.
"Everybody, attention please."Ucap Nata setelah sampai dihadapan mereka.
Mereka menatap Keenan dan Nata dengan tatapan bertanya-tanya.
"Dia adalah...friend I."Ucap Nata seraya menunjuk dirinya sendiri sembari tersenyum.
"And...."Nata menggantung kata-katanya, ia kemudian merangkul pundak Liona."My twin."Ucapnya sembari tersenyum.
Mereka semua di buat menganga. Apalagi para siswa-siswi yang berada di dalam kantin.
Nata mendudukkan dirinya di kursi, tepat di samping kiri Keenan. Sedangkan Keenan? Ia mendudukkan dirinya di kursi, tepat di samping kiri Alfa.
Nata yang melihat kebingungan mereka pun menjelaskan semuanya.
Mansion Ellarick
"Baby."Panggil Savieno saat melihat Alara yang baru saja keluar dari lift.
Alara melangkahkan kakinya menuju ke arah Savieno. Saat ia ingin mendudukkan dirinya di samping kanan Savieno. Tiba-tiba Savieno menarik pergelangan tangan kirinya, sehingga dirinya terduduk dipangkuan Savieno.
"Mereka akan datang."Ucap Savieno seraya mengusap lembut surai rambut milik Alara dengan menggunakan tangan kanannya.
"Siapa?"Tanya Alara seraya berdiri dari pangkuan Savieno.
Savieno melilitkan tangan kirinya pada pinggang ramping milik Alara lantas menariknya dengan lembut.
"Lepas ih."Ucap Alara dengan kesal. Pasalnya Savieno hampir setiap hari memangkunya.
"Jangan bergerak, baby."Bisik Savieno saat Alara tidak berhenti bergerak-gerak.
"Masih banyak yang kosong lho."Ujar Alara.
"Pahaku masih kuat untuk memangkumu."Ujar Savieno lalu memeluk Alara dari belakang dengan erat.
"Udah tua juga."Ucap Alara dengan kesal.
"Bilang apa hm?"Savieno mendusel-duselkan hidungnya di cekuk leher Alara, sesekali ia mengecupnya.
"Udah tua."Jawab Alara.
"Ekhem."Dehem seseorang yang kini tengah berdiri diambang pintu utama Mansion dengan tangan yang menggenggam tangan seorang perempuan kini menatap mereka berdua.
Alara langsung saja berdiri dari pangkuan Savieno. Sedangkan Savieno? Ia kini memberengut kesal. Waktu berduaannya terganggu oleh sebuah virus yang dapat membunuh virus.
Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju sofa lalu mendudukkan dirinya di sana.
"Duduklah, baby."Ucap Savieno.
Alara menurut dan mendudukkan dirinya di samping kiri Savieno.
Savieno melilitkan tangannya pada pinggang ramping milik Alara lalu menariknya dengan lembut. Alara hanya bisa pasrah dengan kelakuan Savieno. Menolak pun ia tidak bisa.
Orang tersebut menggelengkan kepalanya."Ngga usah takut. Gue juga udah punya."Ujarnya seraya merangkul pundak seorang perempuan yang duduk di samping kirinya. Ia mengusap pelan surai rambut milik perempuan tersebut dengan lembut dengan menggunakan tangan kanannya.
Perempuan tersebut menatap orang tersebut dengan kedua pipi yang memerah.
"Kalau lo cuma mau tebar keromantisan. Ngga usah datang."Ujar Savieno lalu mencium pipi sebelah kanan Alara.
Alara yang mendengar ucapan Savieno langsung saja mencubit pinggangnya."Ngga boleh gitu."Ucapnya seraya menatap Savieno dengan tatapan sengitnya.
Terlihat dari arah sana. Seorang lelaki dengan setelan jasnya dan kacamata yang bertengger manis di atas hidungnya kini tengah berjalan menghampiri mereka, ia mendudukkan dirinya di sofa singel seraya memperbaiki tata letak kacamatanya.
"Mana pasangan lo?"Tanya orang tersebut seraya terkekeh.
Lelaki tersebut menatap orang tersebut."Belum ada."Ucapnya.
"Belum ada, atau ngga ada."Ucap Savieno.
Savieno mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Alara lalu berbisik."Ajak dia bermain."
Alara menoleh dan menatap Savieno."Boleh?"Tanyanya dengan raut wajah bahagia.
Savieno menganggukkan kepalanya seraya mengusap surai rambut milik Alara dengan lembut.
Alara berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri perempuan tersebut."Ikut Lara yok."Ajaknya sambil mengulurkan tangan kanannya.
Perempuan tersebut menatap orang tersebut lalu beralih menatap Alara dengan senyum manisnya, ia menerima uluran tangan Alara. Mereka pun pergi dari sana.
"Lo beneran suka sama dia?"Tanya Savieno.
"Hm."Dehem lelakk tersebut sebagai tanggapan dan jawaban.
"Dia Adek lo bodoh."Ujar Dokter Li. Ya, orang tersebut adalah Dokter Li, dan perempuan tadi adalah Zee.
"Dia milik gue."Ucap Alister dengan mata yang berkilat sebuah obsesi. Ya, lelaki tersebut adalah Alister. Mereka bertiga bersahabat sejak SMA.
"Lo ngga bisa bersatu sama dia."Ujar Savieno seraya menatap Alister.
"Bisa."Ucap Alister.
"Lo bersaudara sama dia. Jadi lo pikir deh, ka–"Ucap Li yang langsung dipotong oleh Alister.
"Gue emang bersaudara sama dia. Tapi tidak sedarah."Potong Alister. Mereka berdua di buat terdiam mematung dengan apa yang diucapkan oleh Alister.
"Gue...."
。:゚To Be Continue゚:。
Harlen update lagi!
Beberapa part lagi cerita ini end
Harlen hanya mau bilang, kalau cerita ini memang tidak masuk akal sekali. Jadi, sebaiknya kalian berhenti membaca cerita ini kalau kalian tidak menyukainya
Harlen hanya memberitahu, jika kalian tidak menyukainya. Kalian bisa minggat dari sini
See you later 🤗
Written
Selasa 9 Januari 2024Publish
Rabu 1 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKAZLAS [END]
Teen FictionJudul awal: Waktu Yang Berlalu, Different Colours, Kegelapan Yang Menggelap, Alfaza. Judul Sekarang: ANGKAZLAS ____________________________________________ Hai, ini cerita pertama yang aku bikin 🤗 Semoga kalian menyukainya. Sebelum baca, jangan lu...