56. ANGKAZLAS

7 2 0
                                    

。⁠:゚Happy Reading゚⁠:⁠。

"Mohon maaf, kami tidak dapat menyelamatkan Nona."Jawab Dokter tersebut seraya menatap Alister dengan raut wajah perihatin.

Alister menarik kerah baju Dokter tersebut lalu mencengkramnya. Ia menatapnya dengan tajam."APA MAKSUDMU HAH?!"Teriaknya di depan wajah Dokter tersebut.

"Hidup dan mati hanya Tuhan yang tahu, Tuan. Kami turut berduka cita."Ucap Dokter tersebut.

Alister melepaskan cengkramannya lantas mengatur nafasnya."Ngga, NGGA MUNGKIN DIA PERGI hiks."Ia langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

Alister menatap seorang perempuan yang kini terbaring di atas brankar dengan seluruh tubuh yang ditutupi oleh sebuah kain berwarna putih yang menerawang.

Tubuh Alister merosot ke bawah, ia terduduk di lantai yang dingin dengan air mata yang terus meluruh membasahi pipinya dan peluh yang memenuhi dahinya.

☆☆☆☆☆

"Tadi bukannya Alister."Ucap seorang lelaki dalam hati seraya menatap sebuah ruangan.

"Vien kenapa?"Tanya Alara seraya menatap Savieno dengan wajah polosnya.

"Tidak apa-apa."Jawab Savieno dengan lembut seraya mengusap pucuk kepala Alara dengan lembut.

"Kita ke sana dulu."Ucap Savieno seraya menggenggam tangan kanan Alara. Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan.

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan tersebut."Alister."Panggil Savieno.

Alister menoleh ke belakang dan menatap mereka berdua.

"Kenapa bisa?"Tanya Savieno dengan raut wajah terkejut saat melihat seorang perempuan yang kini tengah terbaring di atas brankar dengan seluruh tubuh yang ditutupi oleh sebuah kain berwarna putih yang menerawang.

Alister berdiri dari duduknya lalu memeluk Savieno."Dia pergi hiks, dia ninggalin gue."Ucapnya dengan suara yang terendam.

Savieno mengusap punggung Alister dengan menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam tangan kanan Alara.

Mansion Alzheiga

"Afa."

"Kenapa hm?"Tanya Alfa seraya mengusap lembut surai rambut milik Zyfa dengan menggunakan tangan kanannya.

Saat ini mereka tengah berada di balkon kamar Alfa. Mereka menikmati semilir angin seraya menatap gemerlap bintang yang ada di langit. Yakali di tanah.

"Afa tau ngga?"tanya Zyfa seraya mendongakkan kepalanya guna menatap gemerlap bintang.

"Ngga."Ucap Alfa seraya meletakkan tangan kanannya di belakang punggung Zyfa.

"Kak Fanya itu sering nyuruh aku buat ngingat kalian. Tapi, Kak Fanya ngelarang aku buat ngepaksain."Ucap Zyfa sembari tersenyum.

Alfa menatap wajah Zyfa dengan intens."Pokoknya Kak Fanya itu the best family."Ucap Zyfa lalu menatap Alfa.

"Kak Fanya juga ngelindungin aku dari mereka."Lanjutnya.

Alfa sedikit mengerutkan keningnya."Siapa?"Tanyanya dengan lembut.

"Aku ngga tau. Tapi Kak Fanya bilang, kalau mereka itu jahat, terus mau ngecelakain aku."Jawab Zyfa.

"Kak Fanya juga bilang. Kalau mereka yang ngebunuh kedua orang tua kami."Lanjutnya.

"Dan Afa tau?!"Tanya Zyfa dengan heboh.

Alfa menatap Zyfa dengan intens seraya mendengar ucapan sang empu."Mereka juga hampir ngelecehin Kak Fanya, mereka juga yang bunuh Kak Alfi."Ucap Zyfa.

"Kamu tahu dari mana tentang Alfi?"Tanya Alfa.

"Dari Kak Fanya. Kak Fanya bilang, kalo Kak Alfi itu ganteng kayak Afa."Jawab Zyfa.

"Itu alasannya Kak Fanya nyembunyiin aku. Kak Fanya takut, nanti mereka berbuat jahat sama aku. Itu alasannya Kak Fanya nyamar jadi aku. Kak Fanya itu Kakak aku, dia baik."Ucap Zyfa.

Alfa memeluk Zyfa dan menumpukkan dagunya di atas kepala Zyfa."Siapa pelakunya hm?"Tanyanya dengan lembut.

"Yang aku ingat. Namanya Handrex."Jawab Zyfa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Alfa.

Suara deringan membuat mereka mengalihkan pandangannya. Alfa mengambil handphonenya yang berada di atas meja balkon. Ia menatap pesan yang baru saja masuk.

Alfa mengeraskan rahangnya.

"Semua akan di mulai malam ini."Ucap Alfa dalam hati saat membaca pesan tersebut.

"Siapa?"Tanya Zyfa saat Alfa meletakkan handphonenya pada tempat semula.

"Nomor tidak dikenal."Jawab Alfa. Zyfa hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.

☆☆☆☆☆

Di tengah hutan kini terdapat segerombolan lelaki yang berpakaian serba hitam. Mereka adalah Langit dan para anggota Blacksnake.

"Mereka akan datang sepuluh menit lagi."Ucap Farel seraya menyimpan handphonenya pada saku celananya.

Langit menyeringai."Kalian akan mati."Ucapnya dalam hati.

"Lo yakin?"Tanya seorang lelaki dengan sebuah topeng yang menutupi seluruh wajahnya.

Ya, lelaki bertopeng tersebut merupakan sahabat Langit.

"Kenapa ngga."Ucap Langit.

Tidak lama kemudian, yang di tunggu-tunggu kini telah datang.

Langit bersedekap dada seraya menatap mereka. Sedangkan lelaki bertopeng tersebut menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan."Semoga lo ngga apa-apa."Ucapnya dalam hati seraya menatap salah satu anggota Inti Glendara.

Anak-anak Glendara turun dari motor masing-masing. Mereka saling melempar pandangan.

"Dia siapa?"Tanya salah satu anggota Inti Glendara dalam hati seraya menatap seorang lelaki yang bertopeng.

。⁠:゚To Be Continue゚⁠:⁠。

Harlen update!

KELVAN apa kabar?

Jangan lupa do'ain Harlen supaya besok bisa tampil dengan baik. Soalnya besok itu Harlen pengamatan.

See you 🤗

Written
Senin 15 Januari 2024

Publish
Selasa 11 Juni 2024

ANGKAZLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang