Mile dalam perjalanan menuju Chiangmai menggunakan kereta bersama tunangan, Cherry, dan sahabatnya, Bible, saat sebuah serangan menimpa mereka. Rupanya itu adalah serangan teroris Oxynus yang menggunakan bakteri pemakan segala bernama Rhodococcus Op...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Apo mengetuk pintu ruangan yang terbuka itu. "Profesor, aku membawa Phi Mile kemari."
Siwat yang sedang berbicara dengan Bible pun menoleh. Seperti biasanya dia tersenyum ramah. "Masuklah! Aku baru saja menjelaskan pada Khun Bible mengenai mata bionik untuknya."
Mile tampak terkejut sekaligus senang karena bisa bertemu kembali dengan sahabatnya. Dia bergegas masuk dan duduk di samping sahabatnya itu. "Bible, syukurlah kamu baik-baik saja."
"Phi Mile? Apa itu benar kamu?" Bible mengangkat kedua tangannya berusaha mencari keberadaan Mile.
Mile mengulurkan tangan kirinya untuk meraih tangan Bible. "Aku di sini, Bible. Apa yang terjadi padamu?"
Kali ini sang Profesor yang angkat bicara. "Khun Bible kehilangan matanya karena serangan di kereta itu. Sama halnya seperti kamu yang kehilangan satu tanganmu, Khun Mile."
"Kamu kehilangan lenganmu, Phi?" terkejut Bible.
"Ya, aku kehilangan tangan kananku, Bible." Mile menatap lengannya yang buntung.
"Aku turut sedih mendengarnya, Phi." Suara Bible terdengar tulus.
Apo yang duduk di samping Mile menyentuh bahu pria itu. "Tenang saja, Phi. Sama halnya seperti Khun Bible yang akan dibuatkan mata bionik, Profesor Siwat akan membuatkan tangan baru untukmu."
Siwat menganggukkan kepalanya. "Apo benar. Aku akan menunjukkan teknologi nanomite yang akan kukembangkan untuk membuat tangan buatan."
Siwat menggerakkan mouse komputernya dan memindahkan ke halaman lain. Tampak sebuah video diputar di hadapan mereka.
"Ini adalah robot berukuran nano berteknologi tinggi. Dengan jumlah yang banyak, robot-robot ini akan membentuk apapun yang dirancang dalam otaknya. Robot itu akan bergerombol menjadi satu dan mampu berkamuflase menjadi kulit jika didesain untuk menjadi tanganmu, Khun Mile. Dia akan seperti sel-sel kulit manusia." Siwat menjelaskan.
"Aku tidak tahu ada teknologi secanggih ini, Profesor." Terkejut Mile melihat teknologi yang ditunjukkan padanya.
Siwat menganggukkan kepalanya. "Kami selalu mengembangkan banyak teknologi canggih, Khun. Hanya saja proyek-proyek itu bersifat rahasia."
"Apakah robot-robot mini dikendalikan secara jarak jauh? Seperti drone begitu?" tanya Mile.
Sang profesor menggelengkan kepalanya. "Tidak, Khun. Robot-robot ini akan disambungkan ke syaraf otak. Sama seperti tangan normal biasanya. Otak yang akan mengendalikannya."
"Lalu bagaimana jika tangan robot ini terluka atau mendapat serangan, Profesor? Apakah mereka akan rusak?" Apo pun ikut penasaran.
Siwat menggelengkan kepalanya. "Inilah keuntungan robot berukuran super kecil, Apo. Bayangkan kamu menggunakan pisau besar untuk memotong bakteri atau virus. Apakah kamu bisa motongnya?"