13.Mempertaruhkan Nyawa

92 6 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ta membuka pintu sebuah ruangan dan melangkah masuk. Dia berhenti di depan sebuah meja dan meletakkan kopernya di atas meja. "Ini paket yang kamu inginkan, Profesor Sing."

Terlihat kursi dibalik meja itu berputar. Tapi seorang pria berusia empat puluh tahun menyambutnya dengan senyuman lebar. "Ta, aku tahu kamu tidak akan pernah mengecewakanku. Tapi kenapa kamu sendiri? Di mana Copper?"

"Dia terluka, jadi dia masih butuh istirahat. Tim Z kembali mengusik rencana kita," jelas Ta.

Sing menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu Copper tidak bisa ikut dengan misi berikutnya. Karena aku yakin Tim Z pasti sudah mengetahui rencana berikutnya." Sing berdiri dan menoleh ke arah seorang laki-laki yang duduk di sofa. "Jet, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?"

Laki-laki bernama Jet Bundit itu pun berdiri. Dia menganggukkan kepalanya. "Ya, Profesor. Aku akan mengumpulkan semuanya dan menjalankan rencana berikutnya."

Sing tersenyum puas mendengarnya. "Kuharap kamu tidak akan mengecewakanku seperti Ta, Jet."

"Aku pasti akan mendapatkan barang yang kita butuhkan, Profesor. Kamu tenang saja." Setelah itu Jet beranjak pergi.

"Ikutlah dengannya, Ta!" Ucap sang Profesor.

"Sampai jumpa, Profesor!" Ta pun berbalik pergi meninggalkan ruangan itu.

Setelah itu Sing duduk kembali ke kursinya dan memutarnya. Dia tersenyum melihat kotak kaca yang berisi laba-laba unta berukuran enam inci sedang memakan belalang.

"Makanlah yang kenyang, Spidey. Dengan begitu kamu bisa melihat rencana besarku akan segera terlaksana." Senyuman lebar menghiasi wajah Profesor Sing.

***

"Aku tidak setuju. Lepaskan benda sialan itu, Bas!" perintah Job menghampiri Bas yang berdiri di dinding pembatas di atas gedung tinggi.

Bas menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau melepaskannya. Bukankah biasanya kamu tidak masalah kalau aku mencoba peralatan buatan Profesor, Job? Kenapa kamu sekarang protes?"

Job menghela nafas berat. "Itu karena kamu sedang terluka, Bas. Kamu bahkan belum membersihkan darah di kepalamu. Bagaimana jika nanti kamu pingsan?"

Bas duduk di dinding pembatas itu dan menarik Job mendekat. Dengan tinggi Job mencapai seratus sembilan puluh sentimeter membuat wajah mereka sejajar. Bas melingkarkan lengannya di leher Job. Dia juga melingkarkan kedua kakinya di tubuh Job.

"Bukankah kamu tahu betapa kuatnya aku, Job? Jadi berhentilah meremehkan kekuatanku. Lebih baik kamu duduk diam di sini dan lihatlah pertunjukan dariku." Bas membujuk sang kekasih untuk tidak melakukan protes kembali.

Namun Job masih saja memasang ekspresi dingin. Akhirnya Bas menggunakan jurus rayuannya. Dia menarik tengkuk Job dan mendaratkan bibirnya di atas bibir pria itu. Melumatnya dengan lembut sampai Job membalas ciumannya. Perasaan yang dimilikinya membuat Job pun luluh. Bas melepaskan ciumannya dengan senyuman kemenangan mengembang di wajahnya.

Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang