***
"APO!" seru Mile menghampiri Apo yang baru saja kembali bersama dengan tim Z.
"Phi, kamu sudah bangun?" terkejut Apo sekaligus senang melihat Mile sudah sadarkan diri."Ya, aku bangun setengah jam yang lalu. Profesor Siwat bilang kamu dan anggota tim Z sedang menjalankan misi. Karena itu aku khawatir. Apa kamu terluka?" tanya Mile mengecek tubuh Apo.
Apo menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Phi. Tapi mereka yang terluka"
Perhatian Mile pun tertuju pada anggota tim Z lainnya yang ditunjuk oleh Apo. Dia bisa melihat Nodt sedang menggendong Barcode yang tidak sadarkan diri. Sementara itu Job yang sedang menggendong Bas yang tampak manja karena terluka. Padahal sebelumnya pria itu bersemangat, tapi sekarang sudah tidak berdaya.
"Gimana bisa kalian terluka begini. Terutama kamu, Bas. Padahal aku mau minta kamu mencoba alat baruku." Siwat menghampiri mereka dengan ekspresi cemas.
Mendengar ucapan Siwat, Bas langsung melompat turun dari gendongan Job. "Aku baik-baik saja, Profesor. Ini cuma luka kecil saja. Jadi alat baru apa yang kamu ciptakan, Profesor?"
Mereka semua termasuk Siwat pun terkejut dengan perubahan Bas yang kembali bersemangat.
Siwat hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Apa kamu lupa dengan lukamu?”
“Ini sudah tidak terasa sakit lagi, Profesor. Bahkan kalau Profesor mau minta bantuanku sekarang, aku siap.” Ucap Bas dengan penuh semangat.
Siwat menghela nafas berat. “Lebih baik kamu obati lukamu itu dulu. Nodt, bawa Barcode untuk diobati.”
Nodt menganggukkan kepalanya. “Baik, Profesor.”
Mereka pun satu persatu pergi hanya menyisakan Mile dan Apo saja. Tatapan Apo pun tertuju pada tangan baru Mile.
“Bagaimana dengan tanganmu, Phi? Apakah kamu sudah mencoba melakukan sesuatu dengan tangan itu?” tanya Apo penasaran.
Mile mengangkat tangan kanannya dan menggerak-gerakkan jarinya. “Tadi Profesor Siwat sudah memintaku melakukan beberapa aktivitas. Seperti menggenggam, melempar bola, menggaruk…”
“Menggaruk?” tanya Apo tak percaya.
Mile terkekeh melihat ekspresi Apo. “Menggaruk punggung tanganku sendiri dan menganggapnya seperti digigit nyamuk. Memang kamu pikir menggaruk apa?”
Apo pun tertawa mendengarnya. “Tidak, tidak. Lupakan saja apa yang kupikirkan. Lalu apakah kamu sudah mencoba kekuatan pukulan tanganmu.”
“Aku pikir ini terlalu aneh.” Senyuman di wajah Mile pun menghilang.
Apo menatapnya dengan bingung. “Aneh bagaimana, Phi? Apakah tangannya tidak berfungsi dengan baik?”
Mile menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu. Justru berfungsi jauh lebih baik. Saat Profesor memintaku untuk memukul samsak tinju, aku hanya memikirkan pukulan yang tidak terlalu keras. Tapi tangan ini justru memukul dengan begitu keras sampai samsak itu rusak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Human, But Cyborg (MileApo)
RomanceMile dalam perjalanan menuju Chiangmai menggunakan kereta bersama tunangan, Cherry, dan sahabatnya, Bible, saat sebuah serangan menimpa mereka. Rupanya itu adalah serangan teroris Oxynus yang menggunakan bakteri pemakan segala bernama Rhodococcus Op...