43.Diaktifkan

41 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"MAI?!" tanpa menoleh Apo tahu siapa pemilik suara itu.

"Benar! Cepat jatuhkan senjatamu, Apo!" ancam Mai.

Akhirnya Apo melakukan apa yang disuruh wanita itu. Dia menjatuhkan pistol di tangannya ke lantai. Segera Mai menendang pistol itu menjauh dari jangkauan Apo.

"Jadi sejak awal memang kamu ditempatkan di sini untuk memata-matai kami?" tanya Apo.

Sing menggelengkan kepalanya. "Tebakanmu kurang tepat. Mai hanyalah perawat biasa. Sampai dia bertemu denganku."

Sing menghampiri Mai dan melingkarkan satu lengannya di bahu perawat itu. Tidak hanya itu Sing juga mencium bibir Mai sekilah sebelum akhirnya menatap Apo.

"Kamu harus belajar, Bocah! Tidak semua orang bisa kamu percayai. Bahkan orang yang dekat sekalipun bisa mengkhianatimu." Sing tersenyum sinis.

Kali ini giliran Apo yang tersenyum sinis. "Hanya karena Profesor Siwat mengkhianatimu lantas kamu bisa membuat semua orang merasakan apa yang kamu rasakan? Aku pikir Profesor Siwat mengambil keputusan yang benar. Dia tidak perlu terikat bersama dengan orang gila sepertimu."

Kesal dengan ucapan Apo, Sing pun memukul Apo dengan penuh kemarahan. Bahkan nafasnya memburu karena emosi.

Apo menyentuh rahangnya yang terasa ngilu. Namun dia kembali menatap Sing. "Bukankah ucapanku benar? Profesor Siwat jauh lebih baik tanpa ada kamu."

Sing kembali memukul Apo dengan begitu keras sampai membuat Apo jatuh ke lantai. Apo tidak memperdulikan rasa sakitnya. Tatapannya tertuju pada Bible yang sudah berdiri di belakang Jjay. Apo menganggukkan kepalanya memberikan kode bagi Bible untuk menjalankan rencana mereka. Alasan Apo memancing emosi Sing adalah untuk mengalihkan perhatian pria itu.

Bible yang mengerti kode itu langsung menyerang Jjay. Satu tangannya menahan tubuh pemuda itu dari belakang dan satu tangan lagi menusuk perutnya.

"AHH!!!" Jjay mengerang kesakitan sehingga menarik perhatian Sing.

"SIAL!!!" Sing mengumpat kesal. "Mai, bunuh pria sialan ini!"

Mai menganggukkan. "Baik, Khun."

Segera Sing menghampiri komputer di hadapan Jjay.

"Profesor, tolong aku!" ucap Jjay sembari meringis sakit.

Sing menoleh ke arah Jjay. Kemudian Sing mendorong Jjay hingga jatuh ke lantai. "Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, Bocah. Aku akan menyelesaikannya sendiri."

Jjay tampak begitu marah dengan perlakuan sang Profesor. Tapi rasa sakit mengalihkan perhatiannya. Sementata itu Sing segera mengotak-atik komputer di hadapannya dan mengaktifkan peluncuran nuklir.

SENJATA AKAN DILUNCURKAN DALAM WAKTU SATU MENIT.

"Sial!!!" umpat Apo mendengar pemberitahuan jika peluncuran nuklir diaktifkan.

Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang