***
Sebulan berlalu dan tidak ada tanda-tanda kemunculan Oxynus. Bahkan ketika Tim Z mencari keberadaan delapan anak-anak orang penting di Thailand yang menjadi bagian dari Oxynus, mereka tidak bisa ditemukan. Mereka seperti menghilang ditelan bumi.
"Apa mungkin mereka sedang keluar negeri?" tanya Bas saat tim Z sedang mengadakan pertemuan.
Nodt pun angkat suara. "Mungkin saja. Sangat sulit melacak mereka jika mereka pergi menggunakan penerbangan pribadi."
Mile mengusap wajahnya kesal. "Kita seperti dihadapkan pada bom yang terus berdetak."
"Barcode, apa tidak ada CCTV di kota ini yang merekam kemana nuklir itu dipindahkan?" tanya Apo.
Barcode yang sedang main game di ponselnya langsung menggelengkan kepalanya. "Gak ada, Phi. Aku pikir mereka sudah membeli rekaman-rekaman CCTV yang merekam mereka."
Bible mengusap rambutnya ke belakang. "Anak-anak sialan itu bermain dengan sangat bersih."
Job pun angkat suara. "Mereka sangat cerdik sampai memastikan tidak ada rekaman sedikitpun."
"FUCK!!!" Tiba-tiba saja Barcode mengumpat.
"Nong, kalau kamu berisik gara-gara main game, lebih baik keluar saja." Nodt menatap tajam ke arah Barcode.
Anak muda itu menggelengkan kepalanya. "Aku gak bermaksud berisik, Phi. Hanya saja aku terkejut. Dan kalian semua harus lihat ini."
Barcode memutar ponselnya sehingga semua orang bisa melihat di layar menayangkan sebuah game.
"Untuk apa kami harus menonton kamu bermain game, Nong?" heran Job.
Barcode segera menggelengkan kepalanya. "Bukan itu maksudku. Tapi coba kalian perhatikan games ini. Apakah games ini tampak begitu familiar untuk kalian?"
Meskipun dengan malas, tapi mereka langsung mendekat untuk melihat jelas games yang ditunjukkan oleh Barcode.
"SHIT!!!" seketika mereka semua mengumpat bersamaan.
Pasalnya di dalam games itu sama persis dengan apa yang terjadi pada mereka sebulan yang lalu saat berada di pelabuhan Khlong Toei atau Bangkok Port. Itu adalah game simulasi yang memperlihatkan delapan anggota Oxynus yang menghadapi tim Z dan aparat keamanan lainnya.
"Darimana kamu mendapatkan game itu, Nong?" tanya Nodt mewakili rasa penasaran yang lain.
Barcode menunjuk ke arah layar ponselnya. "Games inj sedang booming di media sosial, Phi. Karena itu aku juga ikutan download. Tapi waktu aku memainkan level lima ini, aku menyadari game ini memiliki kemiripan dengan kejadian sebulan yang lalu. Dan kalian harus lihat ini juga.”
Laki-laki itu mengeluarkan games itu. Kemudian beralih ke playstore dan memperlihatkan deskripsi games yang baru saja ditunjukkannya. Mereka bisa melihat games smartphone itu diproduksi oleh I-Tech, perusahaan yang dimiliki oleh Jjay Patiphan, salah satu member Oxynus.
"Gak heran mereka bisa membuat games itu sesuai dengan apa yang terjadi sebulan yang lalu." Komentar Mile.
Bas yang mencoba game itu tampak begitu kesal. "ANAK-ANAK SIALAN!!! Mereka sedang mencemooh kita dengan game ini. Kalian lihat saja. Jika tokoh utama game yang tidak lain adalah mereka bisa menembak tim N mendapatkan 100 poin. Jika kalian bisa bayangkan huruf 'N' ini dibalik empat puluh lima derajat, maka akan membentuk huruf 'Z'."
"Jadi nyawa kita hanya dihargai 100 poin?" Bible mendengus tidak percaya.
Bas mengangkat kedua bahunya. "Setidaknya nilai kita jauh lebih tinggi dibandingkan polisi dan tentara."
"Itu artinya mereka mengakui kemampuan kita jauh lebih tinggi." Apo tersenyum bangga.
Job menganggukkan kepalanya. "Aku setuju.”
Nodt mendekatkan kursinya ke arah Barcode. “ Nong, apa kamu sudah menyelesaikan level 5 ini?”
Barcode menggelengkan kepalanya. “Belum, Phi. Bukannya tadi Phi bilang aku gak boleh main game dulu?”
Nodt mendengus kesal. “Itu sebelum aku tahu soal game ini, Nong. Aku berpikir jika game ini dibuat oleh anak-anak Oxynus, maka kita bisa mengetahui rencana mereka selanjutnya di level berikutnya.”
Seketika Barcode melotot dengan penuh kekaguman. “Ide yang sangat cerdas, Phi! Tapi aku pikir itu sulit dilakukan.”
Nodt memicingkan matanya. “Apa maksudmu dengan sulit dilakukan?”
Barcode menghela nafas berat. “Phi, level lima ini sulit sekali diselesaikan. Karena kami harus menemukan kode rahasianya. Dan juga teman-teman grup main game-ku juga belum ada yang bisa menyelesaikannya.”
Apo menganggukkan kepalanya. “Aku pikir Phi Nodt benar. Mungkin saja kita mendapatkan klue yang mungkin saja menjadi petunjuk berikutnya.”
Job menepuk bahu Barcode. “Nong, kamu minta semua temanmu untuk fokus menyelesaikan level lima. Semakin banyak orang yang menyelesaikannya akan segera mendapatkan hasilnya.”
Mile menganggukkan kepalanya. “Aku pikir itu adalah ide yang bagus. Sementara games itu diselesaikan, aku dan Bible akan menemui teman kami seorang polisi. Aku sudah memintanya untuk menyelidiki seluruh properti yang dimiliki delapan keluarga ini. Aku yakin mereka menggunakan salah satu properti yang mereka miliki untuk menjadi markas mereka.”
Nodt menganggukkan kepalanya. “Kerja bagus, Phi Mile dan juga Bible.”
“Aku ikut dengan Phi Mile dan Bible.” Bas menawarkan diri.
Apo menggelengkan kepalanya. “Gak bisa, Bas. Kamu dan Job ikut denganku.”
“Kalau tugasnya membosankan, aku gak mau.” Bas menggelengkan kepalanya.
“Yakin gak mau? Kita mau pergi pesta di bar.” Apo menggoda temannya itu.
Seketika mata Bas berbinar senang. “AKU MAU!!!”
“Situasi sedang genting begini, bagaimana bisa kita pergi ke pesta?” tanya Job.
Kali ini Nodt yang angkat suara. “Ini bukan pergi ke sembarang pesta, Job. Ini pesta khusus salah satu anak pengusaha terkaya di Thailand dan juga teman kedelapan anggota Oxynus. Tugas kalian adalah mencari informasi keberadaan kedelapan bocah itu. Dan Barcode, aku membutuhkanmu untuk membuat kartu masuk khusus ke dalam pesta itu. Aku sudah mengambil contohnya dari seorang temanku.”
“Phi Nodt punya teman juga?” terkejut Barcode.
Nodt menyentil dahi Barcode. “Tentu saja punya, Bocah nakal. Memang kamu saja yang punya teman?”
Barcode menampilkan cengiran. “Hehe… aku pikir gak ada yang mau temenan sama orang galak kayak Phi. KABUR!!!!”
Apo, Mile, Bible, Bas, dan juga Job tertawa melihat Nodt bergegas mengejar Barcode yang baru saja menghina mereka. Setidaknya mereka bisa sedikit bercanda untuk mencairkan suasana yang tegang akibat ulah Oxynus.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Human, But Cyborg (MileApo)
RomanceMile dalam perjalanan menuju Chiangmai menggunakan kereta bersama tunangan, Cherry, dan sahabatnya, Bible, saat sebuah serangan menimpa mereka. Rupanya itu adalah serangan teroris Oxynus yang menggunakan bakteri pemakan segala bernama Rhodococcus Op...