***
“Ini adalah semua data properti yang dimiliki oleh delapan keluarga yang kamu sebutkan, Phi!” Us Nititorn, meletakkan map besar di atas meja restoran dan menyerahkannya kepada Mile dan Bible.
“Kamu pasti bercanda, Us. Ini banyak sekali.” Mile terheran-heran saat membuka map itu dan memindahkan lembar demi lembar kertas di dalamnya.
“Phi, yang kamu bicarakan bukan rakyat dari kalangan menengah ke bawah, Phi. Tapi keluarga kaya raya yang memiliki banyak properti di mana-mana. Dan aku yakin ini masih belum semua, Phi.” Us menjelaskan.
Bible memicingkan matanya. “Apa maksudmu, Phi?”
“Data yang kuberikan pada kalian adalah data yang tercatat saja. Masih ada properti lain yang tidak tercatat tapi milik mereka.” Us sangat paham cara kerja nakal orang-orang kaya yang ingin menghindari pajak.
“Apa kamu bisa menyelidiki properti yang tidak tercatat, Us?” pinta Mile.
Us memutar matanya dengan perasaan kesal. “Phi, kamu tahu benar itu sama saja mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sangat sulit untuk dilakukan.
“Ini sangat penting, Phi. Jika kamu bisa membantu kami, kamu akan menangkap para penjahat kelas tinggi. Kami yakin kamu bakal dipromosikan setelah itu.” Bible memberikan penawaran yang menggiurkan bagi polisi itu.
“Yang benar, Nong? Apa ini adalah kasus yang besar?” tanya Us dengan mata berbinar.
Bible menganggukkan kepalanya. “Benar, Phi. Ini adalah kasus yang besar. Apa kamu sudah dengar soal pencurian nuklir di pelabuhan Bangkok, Phi?”
Us menganggukkan kepalanya. “Ya, aku mendengar beberapa rekan kerja membicarakannya. Apa kasus ini ada hubungannya dengan pencurian nuklir itu?”
Kali ini Mile yang menjawab. “Benar, Us. Karena itu bantu kami menyelidiki properti yang tidak terdaftar. Terutama properti milik keluarga Bundit, Direktur Jenderal Kepolisian Kerajaan Thailand.”
Us menganggukkan kepalanya. “Baik, Phi. Aku segera menyelidikinya dan segera menghubungi kamu jika menemukan petunjuk.”
Mile dan Bible bertatapan dan mereka saling melayangkan senyuman. Mereka berharap pencarian ini membuahkan hasil.
“Kalau begitu kami pergi dulu, Us. Segera hubungi kami kalau kamu menemukan informasi penting.” Mile mengambil map yang diberikan oleh Us.
Polisi itu menganggukkan kepalanya. “Siap, Phi!"
“Sampai jumpa lagi, Phi Us!” Bible melambaikan tangannya sebelum akhirnya mengikuti Mile pergi.
“Phi, apa kamu yakin mereka mungkin saja bersembunyi di salah satu properti yang mereka miliki?” tanya Bible saat mereka keluar dari restoran itu.
“Mungkin saja hal itu bisa terjadi, Bible. Bukankah tempat yang paling aman untuk dijadikan tempat persembunyian adalah rumah sendiri? Sayangnya tugas kita banyak. Kita harus mengecek semua properti ini.” Mile menunjukkan map berisi tumpukan dokumen di tangannya.
“Ya, aku pikir satu hari saja gak mungkin cukup.” Bible menggelengkan kepalanya.
“Karena itu kita harus membaginya dua. Dengan begitu pekerjaan cepat selesai.” Mile mengambil sebagian dokumen di dalam map itu lalu menyerahkannya kepada Bible.
“Kalau begitu saatnya bekerja. Sampai nanti, Phi.” Bible pun masuk ke dalam mobilnya.
Begitu juga dengan Mile. Dia tidak mau membuang lebih banyak waktu lagi.
***
Musik yang dimainkan oleh seorang DJ terdengar begitu menghentak mengajak semua tamu undangan untuk menari. Bas mengambil gelas sampanye dari atas nampan yang dibawa oleh pelayan.
“Inilah yang kusukai dari pesta.” Bas meminum sampanye itu nyaris setengahnya.
“Jangan terlalu banyak minum, Bas. Ingat tujuan kita datang kemari.” Job memperingatkan.
Apo menepuk bahu pria itu. “Job, Ini adalah pesta. Sangatlah aneh kalau kita tidak minum. Mereka bakal mencurigai kita. Ingat kita harus berbaur di pesta ini untuk mencari informasi.”
Bas pun menyunggingkan senyuman lebar karena mendapatkan dukungan dari Apo. “Kamu dengar, Sayangku.” Kemudian Bas menunduk untuk membisikkan sesuatu di telinga Job. “Kalau aku mabuk, maka kamu yang bertanggung jawab membawaku ke ranjangmu.”
Setelah itu, Bas dan Apo pun mulai berpencar. Mereka bergabung di kerumunan yang beberda. Sementara Job mengambil sampanye dan meminumnya sedikit untuk menekan hasratnya yang timbul karena sang kekasih.
Apo menggerakkan tubuhnya mengikuti musik. Namun tatapannya tertuju pada Ryan Chumnanyong, orang yang mengadakan pesta ulang tahun ini. Dia bisa melihat Ryan sedang bercanda dengan teman-temannya. Apo pun mencari kesempatan untuk mendekati mereka. Kemudian Ryan berdiri dan berjalan meninggalkan teman-temannya. Dia menuju ke arah toilet. Merasa ini adalah kesempatan emas, Apo pun berjalan ke arah Ryan. Dia berpura-pura menikmati musik dan dengan sengaja menabrakkan dirinya ke arah Ryan. Minuman yang dipegang oleh Apo pun tumpah membasahi kemeja biru yang dikenakan oleh Apo.
“Auw! Sorry! Aku tidak sengaja.” Sesal Apo yang mengambil tisu di atas meja bar dan mengelap casual suit yang dikenakan oleh Ryan.
Awalnya Ryan hendak marah pada orang yang sudah menabraknya. Namun saat melihat senyuman manis Apo, amarah itu menguap begitu saja. Bahkan ekspresi kesal Ryan digantikan dengan senyuman lebar.
“Tidak apa-apa. Aku bisa menyuruh seseorang membawakanku pakaian baru.” Ryan memegang tangan Apo yang masih mengusap casual suit-nya.
“Aku sangat menikmati musiknya, sehingga tidak menyadari keadaan sekitar.” Apo menjelaskan.
“Senang kamu menikmati pesta ini. Siapa namamu? Kenapa aku tidak pernah melihatmu.” Ryan tampak penasaran dengan Apo.
Suara Barcode terdengar di earphone yang terpasang di telinga Apo. “Namaku Way Patarapol.”
Apo pun mengikuti ucapan Barcode yang membantunya. Ryan tampak mengenali nama itu. Apo berharap laki-laki itu tidak curiga padanya. Berdasarkan informasi dari Barcode, ini adalah pertama kalinya Way diundang oleh putra konglomerat itu. Karena perusahaan asuransi DP baru-baru ini sedang berkembang pesat. Sehingga kecil kemungkinan Ryan mengenali Way yang asli.
“Ah, kamu putra Dean Patarapol, Presiden Direktur asuransi DP itu?” tanya Ryan.
Apo menganggukkan kepalanya. “Benar. Ini pertama kalinya untukku tapi aku justru membuat kesalahan. Aku minta maaf.”
Tiba-tiba Ryan menunduk untuk membisikkan sesuatu di telinga Apo. “Aku bisa saja memaafkan kamu, tapi kamu harus melakukan sesuatu untukku.”
“Melakukan apa?” Apo pura-pura tidak tahu meskipun dia sudah mencium niat bocah kaya itu.
“Aku tertarik padamu. Bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan?” dengan tidak sopan Ryan menyentuh salah satu pantat Apo dan meremasnya.
Kalau saja ini bukan misinya, Apo sudah menjatuhkan tubuh anak muda itu dan menghajarnya. Tapi dia tetap tersenyum dan menyentuh tonjolan dibalik celana Ryan.
“Aku pikir itu ide yang bagus.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Human, But Cyborg (MileApo)
RomanceMile dalam perjalanan menuju Chiangmai menggunakan kereta bersama tunangan, Cherry, dan sahabatnya, Bible, saat sebuah serangan menimpa mereka. Rupanya itu adalah serangan teroris Oxynus yang menggunakan bakteri pemakan segala bernama Rhodococcus Op...