36. Misi Rahasia

37 4 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“SEMUA DENGARKAN AKU!!!” Pong, Kapten Kepolisian Kerajaan Thailand meminta perhatian anggota timnya.

Us yang menyelidiki properti ilegal miliki keluarga Bundit di komputer segera menutup halaman pencariannya. Dia tidak mau sang Kapten mengetahui apa yang sedang dilakukannya.
Segera anggota kepolisian mulai berbaris di depan Pong. Mereka berdiri dengan sikap sempurna.

“Aku mendapatkan perintah dari Jenderal Tong yang meminta bala bantuan. Ada penyerangan di sebuah gedung penelitian di daerah Ratchathewi. Kalian semua bersiap dalam waktu sepuluh menit, kita akan segera berangkat.” Perintah Pong.

“SIAP, KAPTEN!!!” setelah itu para polisi itu membubarkan barisan dan bergegas mengambil senjata dan mengenakan rompi anti peluru.

“Us, apa lagi yang kamu tunggu?” tanya Pong melihat Us hanya terdiam.

Us segera menghampiri Pong. Dia melihat sekitar berharap tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Setelah merasa aman, barulah Us mau berbicara dengan atasannya.

“Kapten, aku ingin bertanya apakah serangan yang kamu sebutkan tadi berkaitan dengan nuklir?” bisik Us.

Pong tampak terkejut. “Bagaimana kamu bisa tahu, Us? Itu adalah informasi rahasia yang disebutkan oleh Jenderal Tong.”

“Sebenarnya beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan Phi Mile dan Bible.” Us memberitahu pertemuan penting mereka.

“Jangan bercanda, Us! Bukankah mereka sudah meninggal?” Pong ingat benar dia menghadiri pemakaman kedua anak buahnya.

Us menggelengkan kepalanya. “Aku awalnya juga tidak percaya, Kapten. Tapi aku melihat mereka dengan kedua mataku sendiri. Mereka direkrut menjadi anggota rahasia. Aku akan cerita lagi nanti soal mereka. Karena apa yang akan ku beritahu ini sangatlah penting, Kapten.”

“Baiklah, katakan padaku!” perintah Pong.

“Phi Mile dan Bible memintaku untuk menyelidiki properti ilegal mengenai keluarga Bundit?” Us memelankan suaranya terutama saat menyebutkan nama keluarga yang begitu terkenal itu.

Pong memicingkan matanya. “Bundit? Apakah hal ini berhubungan dengan Pracha Bundit, Direktur Jenderal Kepolisian Kerajaan Thailand?”

Us menganggukkan kepalanya seketika membuat Pong melotot kaget.

“APA KAMU GILA US?” Pong tanpa sadar terbawa emosi. Segera dia menoleh sekeliling. Tampak orang-orang sedang menatapnya bingung. Segera dia hanya tersenyum dan meminta maaf.

Pong menarik tangan Us menuju tempat yang jauh lebih sepi. Setelah merasa aman tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan mereka, barulah dia memusatkan perhatian pada Us.

“Apa kamu sadar apa yang kamu katakan, Us? Jika ada orang yang mendengarnya, bisa-bisa kamu dituduh menyebarkan fitnah kepada Direktur Jenderal Kepolisian Kerajaan Thailand.” Pong menjelaskan hal buruk apa yang akan terjadi pada anak buahnya itu.

Us menganggukkan kepalanya. “Aku tahu, Phi. Tapi serangan ini berkaitan dengan keluarga Bundit, terutama putranya, Jet. Aku tidak terlalu tahu banyak hal, Phi. Tapi yang jelas Phi Mile dan Bible memintaku menyelidiki seluruh properti ilegal milik keluarga Bundit. Mereka berspekulasi jika mereka menyembunyikan sesuatu di sana. Dan tadi aku menemukan satu tempat yang mencurigakan milik keluarga Bundit tapi illegal. Karena itu Kapten, izinkan aku untuk menyelidiki tempat itu, Kapten.”

Pong terdiam berusaha menimbang apakah dia harus percaya pada Us atau tidak. Tapi fakta jika Us mengetahui lebih banyak masalah ini dibanding anggota polisi lain membuat Pong ingin mempercayainya. Pasalnya lawan mereka adalah bos besar mereka. Tapi Long tidak bisa menjamin polisi sepenuhnya baik.

“Baiklah, aku akan mengizinkanmu pergi menyelidiki tempat itu. Tapi ini misi rahasia. Jangan biarkan semua orang tahu.” Perintah Pong.

Us menganggukkan kepalanya. “Siap, Kapten!”

***

BRAK!!!!

Tubuh Bump terlempar dan menabrak dinding sebelum akhirnya jatuh ke lantai. Job tersenyum senang karena serangannya kali ini berhasil. Job meregangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk bersiap menghadapi Bump kembali. Tapi dari sudut matanya, Job bisa melihat Mio kembali menggoreskan pisau ke lengan Bas. Terlihat Bas semakin lemah karena kehilangan banyak darah.

“SHIT!!!” umpat Job segera menghampiri Bas untuk melindungi kekasihnya.

Job menahan tangan Mio yang hendak menggunakan pisau untuk melukai Bas. Dia memelintir tangan Mio membuat laki-laki berteriak kesakitan. Mendengar suara Mio, Bump segera menghampirinya. Namun sebelum melayangkan serangan ke arah Job, Bas terlebih dahulu memukul tangan laki-laki itu dengan tongkatnya.

“Aku tidak akan membiarkanmu melukai kekasihku.” Kesal Bas.

Bas menyerang Bump dengan tongkat di kedua tangannya. Beberapa kali Bump berhasil menepis serangan itu. Tapi beberapa kali dia terkena pukulan Bas. Meskipun serangan Bas tidak sekeras sebelum tubuhnya terluka, tapi tetap bisa menciptakan bekas kemerahan di kulit Bump.

“Aku akan mengakhirinya.” Bump mengambil pistol yang tidak jauh darinya dan mengarahkannya ke Bas. Namun dengan gerakan cepat, Bas menjatuhkan satu tongkatnya sebelum akhirnya merebut pistol itu. Namun Bump masih belum melepaskan pistol itu sehingga membuat perebutan itu tampak sengit.

DOR!!!

Sampai akhirnya suara tembakan itu pun terdengar. Job dan Mio yang sedang bertarung pun langsung menoleh. Mereka melihat ke arah Bas dan Bump yang berdiri mematung. Namun tiba-tiba tubuh Bump terjatuh ke lantai. Laki-laki itu menyentuh dada kirinya yang mengeluarkan darah karena peluru baru saja menembus tubuhnya.

“BUMP!!!” seru Mio penuh amarah.

Segera Mio berlari menghampiri Bas hendak menghunuskan satu pisau yang masih tersisa di genggaman tangannya. Namun Job dengan sigap menahan tangan Mio. Karena amarah dalam dirinya, Mio menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Namun keinginan Job untuk melindungi kekasihnya juga membuatnya bertekad kuat. Bahkan Job berhasil membuat arah ujung pisau itu berbelok ke arah Mio. Sampai akhirnya Job berhasil menghunuskan pisau itu ke perut Mio. Tubuh Mio seketika menegang. Job pun mendorong Mio sampai tubuh laki-laki itu jatuh ke lantai. Job tampak terengah-engah setelah pertarungan panjang.

“Bas!” Job segera menangkap tubuh sang kekasih yang jatuh. Mereka duduk di lantai bersandar ke dinding sembari berpelukan.

“Bas!” panggil Job dengan nada cemas.

“Jangan menatapku seperti aku mau mati, Bodoh! Aku cuma kelelahan saja.” Omel Bas.

“Maafkan aku gak bisa melindungimu dengan baik.” Job mencium puncak kepala kekasihnya.

“Bodoh! Kamu bahkan sejak tadi melindungiku terus. Aku yang begitu takut saat melihatmu pingsan tadi.” Bas memejamkan matanya merasa begitu nyaman berada dalam dekapan kekasihnya.

“Aku tidak akan pergi kemana-mana. Karena aku akan selalu berada di sisimu.” Job kembali mencium puncak kepala kekasihnya.

Bas tersenyum senang. Sayangnya ketenangan mereka terganggu saat mendengar sebuah suara.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang