29. Salam Aliansi

154 6 0
                                    

Malam ini di basecamp, kini sangat ramai karena gedung itu di isi oleh banyaknya sekumpulan geng motor, mereka adalah kumpulan Rafandra. Sedangkan di ruangan tingkat atas Rafandra dan ke enam temannya duduk dan menatap kebawah, di mana begitu banyak tawa dan bercandaan mereka dengan segala aktifitas yang dimainkan oleh mereka, sehingga suasana sangat ramai. Liam pun menatap Rafandra yang fokus menatap kebawah sambil menyesap rokoknya.

"Lo bertiga yakin gakpapa? tu luka masi basah, kenapa gak di rumah sakit dulu si." ucap Zayden memperhatikan ketiga temannya yang sedari tadi meringis.

"Luka gini doang mah gak bikin gue tumbang, yang bikin gue tumbang itu ketika gue lama-lama di rumah sakit, gak betah gue." ucap Rivan.

"Belum juga genap sehari." ledek Zayden.

"Gimana keadaannya?" tanya Liam yang mengalihkan atensi mereka.

"Baik." jawab Rafandra santai.

"Untung nona Ambon gak kenapa-kenapa." ucap Zayden.

"Aresta sama Dirga kerja sama dan ngejebak kita buat datang ke tempat itu, mereka juga nyulik Arumi." ucap Darpa kesal.

"Dirga juga di jebak tanpa dia sadari." balas Liam.

"Maksud lo?" tanya Jupiter bingung.

"Gue gak sengaja melihat Aresta sama Dirga saat pulang dari basecamp, gue ngerasa ada sesuatu jadi gue nguping pembicaraan mereka dan gue dengar Aresta ngomong kalau dia tau siapa pelaku penusukan tawuran lalu, dan dia bilang dia akan kasi bukti tetapi sebagai gantinya Dirga harus menculik seseorang dan membawa orang itu kepadanya, dia tidak menyebutkan namanya, dia hanya menunjukkan fotonya melalui handphone dan gue tidak tau, setelah itu Dirga pergi." ucap Liam kemudian membuang napas beratnya sebelum melanjutkan ceritanya.

"Gue kira udah selesai, ternyata gak, setelah Dirga pergi, ada seseorang yang datang dan ngomong kalau semuanya udah saya siapkan seperti yang bos minta, trus dia memberikan beberapa photo dan sebuah rekaman dan ternyata itu adalah bukti yang dimaksud, ada bukti yang asli dan yang sudah di edit dan gue berhasil mendapatkan bukti asli sama rekamannya pada saat orang itu pergi, gue ngikutin dia dan mengambil bukti sama rekamannya, gue buat kesepakatan bersamanya dengan dia memberikan semua bukti dan biarkan Aresta menjalankan misinya tanpa tau kalau gue udah tau bukti aslinya, kalau dia tidak mau kesepakatan yang buat gue akng serahin rekaman suara yang dimana dia ngaku kalau dia memegang bukti yang selama ini polisi cari namun tidak dapat, karena bukti itu sudah berhasil di hilangkan sama anak buah Aresta." ujar Liam mengingat kejadian waktu itu, mereka semua mendengarnya dengan baik, mereka tidak menyangka bahwa Aresta selicik itu.

"Gue gak nyangka, Aresta bisa ngebunuh mereka dan mengubah semua buktinya ke kita." ucap Darpa tak habis pikir.

"Emang brengsek tu anak." kesal Zayden.

"Sekarang itu bukan urusan Kita lagi." balas Liam dan mereka pun sepakat tidak ingin mengikut campur lagi karena semua bukti udah di serahin sama polisi biar mereka yang mengurusnya.

Tiba-tiba ada sekelompok orang-orang yang masuk tanpa permisi dan mengalihkan atensi mereka semua di ruangan itu. Rafandra dan yang lainnya melihat apa yang terjadi dari atas sana dengan ada yang mengepalkan tangannya erat-erat.

"Ngapain kalian ke sini." ucap salah satu anggota Rafandra tidak santai.

"Santai kita disini gak bermaksud apa-apa, gue cuman mau ketemu sama bos Lo." ucap Dirga membuat mereka mengerutkan kening tanda tanya.

"Maksud lo Rafandra?"

"Iya, di mana dia?"

"Ngapain Lo nyari gue." ucap Rafandra dari atas sana dan berjalan turun bersama teman-temannya mendekat ke arah Dirga dan pasukannya.

CLEOSANA (And)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang